Kira's POV
Semalam, gue habis stalking Kak Deva yang lagi main di rumah Kak Zia. Bukan stalking lewat instagram dengan liat aktivitas terakhir akun sosmednya Kak Deva. Stalking yang gue lakuin menggunakan teknologi canggih. Gue nge-stalk Kak Deva lewat kamera CCTV mini yang gue sembunyiin di kamar Kak Zia.
Mungkin kalian bertanya-tanya, gimana gue bisa nyembunyiin kamera CCTV di kamarnya Kak Zia.
Dulu Kak Zia itu satu ekstrakurikuler dengan gue. Ekstra Olimpiade. Gue cukup dekat dengan Kak Zia di ekstra. Kita berdua sering berdiskusi tentang pelajaran, olim, dan sastra.
Sekitar 3 bulan yang lalu, gue mulai ngefans dengan Kak Deva yang manis, kulitnya eksotis, jago dance, rambutnya hitam lurus sebahu, suka gaya rambut kuncir ekor kuda dan dia gak pernah ngomong kasar ke orang.
Pertama kali gue ngefans dengan Kak Deva ialah saat for the fist time gue liat show Kak Deva dengan grup dancenya di acara ulang tahun sekolah.
Begitu gue tau Kak Zia itu sahabatnya Kak Deva, tiba-tiba gue punya inisiatif tentang kamera CCTV itu. Gue langsung ngontak Kak Zia dan minta tolong buat ajarin gue materi olim. Seperti sebelum-sebelumnya, gue diminta Kak Zia untuk belajar di kamarnya. Saat Kak Zia ninggalin gue di kamarnya buat ngambil cemilan, saat itulah gue beraksi.
Kurang lebuh demikian cerita gue.
Semaleman, gue ngelihat aktivitas Kak Deva dan Kak Zia. Dari dalam hati, gue sungguh prihatin sekaligus salut dengan Kak Deva. Ia selalu bisa menghibur dirinya saat bersedih meski dia maksa Kak Zia buat nemenin. Tapi gue masih bisa mewajari hal itu. Siapa sih yang gak sedih dikeluarin dari grup dance yang merupakan bagian dari mimpinya?
Setelah stalking sampe mereka berdua merapikan origami burung yang mereka buat, gue memutuskan untuk tidur tanpa menyangka akan terjadi hal yang aneh pada gue.
Gue terbangun di kamar cowok. Serius, kamar cowok. Ya, C-O-W-O-K. Gimana gue tahu? Dari bau aneh, yang jelas bukan bau cewek. Juga dari barang-barangnya. Berantakan.
Oke, fix.
Gue yang tadi malam tidur nyenyak di kamar gue yang bersih, wangi, dan tertata rapi, terbangun di kamar antah berantah.
Oke, fix, gue bingung.
Belum gue memahami segala sesuatu yang terjadi, seseorang membuka (Red : membanting) pintu kamar. Dan seketika terpaku menatap gue.
Cowok, seperti dugaan gue, itu menatap gue nano-nano. Bingung, heran, kaget, bercampur jadi satu. Matanya membulat tidak percaya.
Dan sial sekali, cowok itu cakep. #abaikan
"Neo!" katanya sambil nunjuk gue. Entah pake bahasa apa.
Gue balas menatapnya bingung.
"Kenapa kamu ada di kamarku?" Lanjutnya dengan nada marah + kaget.
Eh? Kok gue ngerti ya?
Oke, fix, gue resmi bisa bahasa alien.
"Aku juga gak tau!" Gue balas berteriak. Entah cowok itu mengerti atau tidak. "Tadi malam aku tidur di kamarku tapi tiba-tiba terbangun disini!"
Cowok itu menatap gue heran. -Btw dia ngerti bahasa gue.
"Tadi malam? Sekarang ini masih malam tau!" perkataan cowok itu membuat gue reflek menoleh ke luar jendela. Bulan purnama yang bersinar terlihat begitu indah.
Gue melongo. Oke, fix, gue mau pingsan aja sekarang.
Cowok itu manatap gue 'menang'.
"Puas? Lebih baik kau mengaku sekarang!" Cowok itu kini sudah duduk di kasur, di samping gue. "Kamu stalker kan? Sasaeng fans?" Lanjutnya.
Gue menatapnya melas. Muka gue udah pucat.
"Sumpah, aku gak ngerti apa-apa." Kata gue pelan, terbata-bata. "Tadi malam, aku masih di rumah, masuk kamar-KU, tidur..." Suara gue mulai bergetar. "Bangunnya udah disini..."
Oke, fix. Gue nangis sekarang.
Cowok itu kaget melihat gue yang nangis kejer. Tampang galaknya berubah panik.
"E-eh? Kenapa kamu nangis?" Tangannya sudah menepuk-nepuk punggung gue.
"A-aku mau pulang.." Jawab gue di sela-sela tangis gue.
"Jadi, kamu bukan stalker?" tanyanya, tapi kali ini lebih lembut.
Gue geleng pelan.
Gue bukan stalkerin dia! Gue stalkerin Kak Deva!
"Bukan sasaeng fans?"
Gue geleng-geleng lebih kuat.
"Sasaeng fans aja aku gak tahu"
Eh,, rasanya ada sesuatu di hidung gue.
Oke, fix, gue meler.
Dan, sepertinya, cowok itu juga menyadarinya.
"Tunggu! Aku carikan tisu!" Katanya panik sambil segera loncat dari kasur, memutari seluruh kamar.
Nyari tisu di kamar yang kayak kapal pecah gini? Impossible.
Ingus gue keburu nyampe mulut. Gue harus nyari alternatif lain.
"Ini tis-"
CROOT-V
Terlambat, gue sudah memakai selimut.
Cowok itu lagi-lagi menatap gue tidak percaya.
"Selimutku..." Katanya melas.
"Sorry.." Jawab gue pelan.
Oke, fix, gue sudah nambah masalah baru lagi. -.-
x.o.x
Deva's POV
Benar kata orang. Seringkali realita tidak sesuai dengan ekspetasi.
Gue kira pertemuan dengan tiga malaikat akan menjadi menyenaangkan. Ternyata tidak.
Gue gak bakal munafik. Gue seneng banget waktu gue jatuh yang nangkep bukan hantu. Itu yang pertama. Yang kedua ialah gue seneng akut ternyata yang nangkep gue saat jatuh adalah bias gue, V-oppa.
Saat itu gue bener-bener jadi lucky fans.
Apalagi setelah itu gue shock liat Zia jalan bareng Jungkook-oppa. Saking seneng + kaget liat Jungkook oppa, gue gak sadar kalo wajah Zia waktu itu terlihat campur aduk. Antara seneng, sedih, dan marah. Entahlah.
Dan gak lama kemudian, gue ketemu Hoseok oppa masih di tempat yang sama, yakni dapur.
Awalnya, Hoseok oppa terlihat ramah dengan gue dan Zia. Namun, setelah Jungkook oppa blak-blakan menuduh gue dan Zia adalah sasaeng fans, raut wajahnya terlihat berubah. Ia tidak lagi bersikap ramah pada kami berdua.
Memang, apa salah kami?
V oppa menolak tuduhan Jungkook oppa. Dia bilang tidak boleh asal menuduh tanpa bukti.
Setelah itu yang terjadi adalah perselisihan antara V oppa dan Jungkook oppa.
Gue rasa ini adalah peristiwa paling mengerikan yang gue alami dalam hidup gue.
"Dev," Bisik Zia sambil nyenggol lengan gue. Gue pun tersadar dari lamunan karenanya. "Coba liat Bangtan."
"Iya, gue udah liat." Balas gue pake Bahasa Indonesia.
"Lo sadar gak?"
"Iya, gue sadar. Ternyata mereka lebih ganteng dari yang di foto kan?"
"Bukan itu, Dev!" Zia terlihat geregetan.
"Terus apa?"
"Coba liat lagi!" Perintah Zia agak gemas.
"Iya, ini gue lagi liat. Emang kenapa?" Gue bertanya malas.
"Bangtan cuma enam, Dev. Masa lo ga sadar sih?"
"Eh? Enam?" Gue balik bertanya.
"Iya, enam. Coba hitung."
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tu- Eh?
Mana satunya?
ns 15.158.61.8da2