Zia's POV
"Bangtan cuma enam, Dev. Masa lo ga sadar sih?" Akhirnya gue ngungkapin hal yang daritadi gue pikirin.
"Eh? Enam?" Deva balik bertanya heran.
"Iya, enam. Coba hitung.."Pinta gue ke Deva agar percaya.
Deva pun ngelakuin apa yang gue minta. Sepuluh detik berlalu, Deva kembali menatap gue.
"So?"Gue bertanya, ingin tahu informasi apa yang ia dapat.
"Lo bener. And There isn't Jimin oppa here."
That's right.
x.o.x
15 menit, 6 member Bangtan berdiskusi perihal kami. Selama itu pula Jungkook oppa dan Yoongi oppa berkali-kali menuduh gue sasaeng fans, stalker, ataupun sasaeng fans. Berkali itu pula, Taehyung oppa membela kami berdua. Ia bilang bisa jadi kami hanyalah turis yang tersesat. Gue senang. Setidaknya ada yang membela kami meski yang dikatakan Taehyung oppa tidak cukup masuk akal karena akses masuk dorm yng terbatas. Jadi bagaimana mungkin turis bisa masuk?
Sekarang, kami berpindah tempat di main room dorm, semacam ruang keluarga, dengan alasan agar tidak terlalu tegang dan lebih santai.
"Tae, bisa kau panggilkan Jimin?" Pinta Rapmon oppa setelah menyuruh gue dan Deva duduk di sofa yang muat untuk 3 orang.
"Ne, hyung." Taehyung oppa pun berlalu, memanggil Jimin oppa yang dari tadi entah kemana.
Lima menit terasa begitu lambat dan Taehyung oppa belum juga kembali. Jika kalian masih berpikir bahwa yang gue dan Deva alami itu menakjubkan, juju raja gue sependapat. Namun, lo harus tau, ditatap tajam oleh sekumpulan orang apalagi mereka adalah idola sendiri di sebuah ruangan tertutup dan kagak ada hal yang bisa lo lakuin selain bernafas itu sangat tidak menyenangkan.
"Zi,gue takut." Deva berbisik pelan menggunakan bahasa kami.
Iya, Dev. Gue tau itu dan gue juga takut. Bahkan sekarang tangan gue lagi tremor.
"What should we do, Zi?"
Gue masih diam. Tidak menanggapi ucapan Deva meski mendengarkan. Gue masih berfikir tentang peristiwa ini, mengumpulkan berbagai informasi, lalu merangkai kata-kata yang akan gue ucapi di hadapan Bangtan nanti.
Saking fokusnya mikir, gue sampe ga sadar Taehyung oppa datang dengan dua orang bersamanya.
"Zi, Zi, Zi, liat!" Deva ribut, menyikut lengan gue, meminta gue melihat ke arah yang ia tunjuk.
Mata gue mengikuti arah telunjuk Deva. Demi melihatnya, gue berdiri, mata gue membelalak.
"Ki, Ki, Kira?"Tanya gue terbata, efek dari keterkejutan.
Bagaimana Kira bisa ada di sini? Apa ia melakuka hal yang sama seperti gue dan Deva di kamar gue? Tapi, bagaimana mungkin? Kenal Bangtan saja tidak.
So, how could?
x.o.x
Gue sadar, sekarang bukan waktunya gue tanya ke Kira. Gue harus segera jelasin semuanya karena gue dan Deva justru semakin dipojokkan dengan hadirnya Kira yang dianggap satu komplotan dengan kami.
Bahkan seusai gue menjelaskan segalanya, semua kronologi yang terjadi pada kami, kami justru semakn dipojokkan oleh Jungkook oppa dan Yoongi oppa.
"Hah, mana mungkin ada teleportasi. Itu hanya ada di film-film dan novel." Yoongi oppa melirik kami, sangat sinis. "Ku rasa mereka sudah tidak waras." Lanjutnya.
"Kau benar, hyung." Balas Jungkook oppa. "Aku juga berpikir begitu."
"Sumpah demi apapun, aku tidak bohong. Jika kalian tidak percaya, coba lakukan saja." Gue membela diri. "Awalnya kami berdua Cuma sekedar iseng buat origami. Bahkan aku sebenarnya tidak mau namun Deva memaksaku."
"Namjoon hyung, ku rasa kita harus memanggil Rumah Sakit Jiwa dan polisi. Aku akan menelfon piha RSJ."Jungkook oppa mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Annyeong, Jeon Jungkook imnida." Ucapnya saat panggilannya telah diangkat.
Apa yang harus gue lakuin? Batin gue.
"Jungkook, matikan ponselmu!" Perintah Rapmon oppa.
"Aku ingin melaporkan. Sepertinya ada pasien RSJ yang kabur." Lanjut Jungkook oppa mengabaikan perintah leadernya.
Ini keterlaluan. Batin gue sekali lagi.
Tangan gue sudah mengepal kesal. Deva terlihat pucat, ia cemas, menarik ujung baju gue lebih kuat, meminta gue ngelakuin sesuatu. Kira menundukkan kepala, tidak suka suasana menjadi lebih tegang.
"Ada 3 orang gila di sini. Mereka ada di daerah..."
Tanpa peduli apa alibatnya, gue melangkah maju dan segera menampar Jungkook oppa.
PLAK!
Semua orang menatap gue tak percaya. Bahkan gue sendiri gak percaya dengan apa yang telah gue lakuin.
Mata Kira membelalak. Deva terpaku. Jimin oppa membuka mulutnya namun tak ada satu kata pun yang keluar. Mulut Taehyung oppa menganga. Rapmon oppa tersentak, namun segera mengendalikan diri. Yoongi oppa terkejut membisu. Jin oppa tak jauh beda, ia terbungkam melihat apa yang gue lakuin. Hoseok oppa mematung, kaget dengan apa yang barusan dilihatnya. Dan Jungkook oppa, ia lebih tak percaya dengan apa yang dilakuin cewek asing di depannya.
Jungkook oppa memutus telfon dan meletakkan kembali ponselnya di saku celana.
"Jangan pernah menganggap temanku gila! Kalau kau mau panggil polisi atau RSJ, laporkan saja aku!" Mata gue menatapnya tajam, gue pengen nunjukin kalo gue gak takut.
Jungkook oppa menatap gue tak kalah tajam. Dari tatapannya, menurut gue, sepertinya kalo gue cowok mungkin gue udah dihajar.
Oke, fine, Zi. Lo udah cari mati.
ns 15.158.61.51da2