Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi namun Alea belum juga kembali pulang. Di ruang tamu Bambang masih duduk termenung menyaksikan kembali foto serta video yang dikirimkan oleh Jacob beberapa jam yang lalu. Bambang bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana Alea dan Raka memasuki pintu lobi sebuah hotel bintang lima. Desah nafas panjang kembali terdengar dari mulut pria itu, perasaannya hancur lebur menyaksikan kemesraan istrinya dengan pria lain.
Tak berselang lama terdengar deru suara mobil berhenti tepat di depan pintu masuk rumah yang berukuran cukup besar itu. Pintu terbuka, Alea masuk dengan sedikit sempoyongan.
"Darimana Kamu?!" Hardik Bambang, Alea yang baru menyadari jika suaminya sudah menunggu di ruang tamu nampak terkejut.
"Eh sayang...Kok belum tidur?" Ujar Alea mencoba mengalihkan pembicaraan. Bambang bangkit dari duduknya, lalu melangkah mendekati Alea dengan wajah merah padam menahan emosi.
"Aku tanya, dari mana saja Kamu?!" Tanya Bambang sekali lagi dengan intonasi lebih tinggi.
"Loh? Kan Aku udah pamit ke pestanya Celine. Kamu kenapa sih kok tiba-tiba marah nggak jelas kayak gini?" Alea berusaha mengelus pipi Bambang namun pria itu langsung menepis tangan istrinya dengan kasar .
"Bohong! Terus ini apa maksudnya?!"
Bibir Alea langsung kelu saat Bambang menunjukkan layar ponselnya dimana ada foto kemesraan Alea dan Raka saat melangkah masuk menuju lobi hotel bintang lima di pusat kota. Alea adalah wanita kebanyakan yang punya seribu satu cara untuk berkelit dan memutar balikkan fakta serta menjadikannya sebagai seorang korban sekalipun keculasannya telah dibongkar.
"Oooo, jadi sekarang Kamu memata-mataiku?! Iya?!" Balas Alea tak terima.
"Bukan itu poinnya! Ini siapa?! Kenapa Kamu tega nglakuin ini sama Aku? Apa salahku sampai Kamu tega selingkuh dengan pria lain?!" Cerca Bambang tak mau mengikuti jebakan percakapan Alea yang berusaha mengalihkan topik sedari tadi.
"Kenapa?! Karena Aku nggak cinta sama Kamu Bambang!! Aku muak hidup dengan seorang bandar narkoba! Aku jijik Bambang! Aku benci Kamu!!" Teriak Alea seperti menumpahkan segala kekesalannya selama berumah tangga dengan Bambang.
"Ta-Tapi kenap..."
NINU! NINU! NINU!! NINUUU!
Belum sampai Bambang menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba terdengar suara raungan sirine mobil Polisi mendekati rumah kediaman pemimpin kartel narkoba tersebut. Kilatan lampu strobo mobil Polisi sampai terlihat dari dalam ruang tamu, beberapa orang anak buah Bambang yang berjaga di depan rumah langsung mendekati mobil Polisi itu, mulai terdengar keributan hingga akhhirnya suara ledakan senjata api meledak membuat keadaan makin mencekam. Bambang panik, pria itu langsung berlari menuju kamarnya, dia sepertinya sudah tau jika ada sesuatu yang tidak beres akan menimpa dirinya.
"Lari sana! Dasar pengecut!" Teriak Alea menyaksikan suaminya mengambil langkah seribu, meninggalkan dirinya. Bambang bergeming, mengacuhkan wanita cantik itu.
Sesampainya di dalam kamar, Bambang langsung membuka lemari pakaiannya, sesaat dia mengobrak-abrik isi lemari tersebut untuk mencari keberadaan perangkat kecil yang diberikan oleh jin cewek. Setelah ketemu, Bambang langsung menekan angka 6969, dan...
BLAAASSTTTT!!!!!
Cahaya menyilaukan mulai menyelimuti tubuhnya. Bambang merasakan kepalanya seperti berputar-putar melihat sekelilingnya menjadi gelap gulita dalam waktu sekejap. Seketika itu juga ia menutup matanya menunggu kejadian selanjutnya. Tak lama indera penciumannya mencium bau apek yang sangat ia kenali yaitu bau apek selimutnya yang sudah lebih dari setahun tidak pernah dicuci. Perlahan Bambang membuka mata dan yang ia lihat kini adalah kamar kosnya. Bambang mengedarkan pandangan untuk meyakinkan diri, setelahnya ia bangkit dan berlari ke arah cermin. Sorot matanya menatap cermin di depan, melihat bayangan tubuhnya sendiri. Bambang melihat dirinya yang dulu lagi, bukan Bambang yang tampan dan berbadan sempurna.
Tiba-tiba saja tubuhnya kehilangan tenaga dan lututnya lemas sampai tak kuat menahan berat tubuhnya yang besar, Bambang jatuh bersimpuh di atas lantai. Kejadian yang baru saja ia alami membuatnya merasa shock. Nafasnya tersenggal hebat dan jantungnya seperti berhenti berdetak. Sesuatu yang membuat jiwanya cukup terguncang. Mengetahui jika Alea berselingkuh, kemudian nyaris disergap oleh Polisi adalah pengalaman tergokil yang pernah dia alami sepanjang hidup.
Sejurus kemudian, muncul kemarahan yang menyesak dalam dada Bambang. Pria tambun itu bangkit lalu menghampiri mejanya. Dengan tangan gemetar menahan amarah, Bambang mengambil teko kecil yang terbuat dari tembaga itu. Kemudian dilemparkan teko itu kuat-kuat ke tembok hingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Diambilnya teko itu lagi lalu dibantingnya sangat keras ke lantai.
"Keluar Anjing .!!!" Teriaknya sangat keras. Diambilnya teko itu lalu dibantingnya lagi sambil berteriak-teriak sangat keras.
"Keluar Anjing!!!" Kata itulah yang diteriaki Bambang berulang-ulang. Tak berselang lama, pintu kamar kosnya digedor orang dari luar.
"Bambang! Bambang ! Ada apa?" Suara Susan terdengar keras dari luar kamar kosnya.
Bambang tersadar kalau perbuatannya itu sampai didengar oleh Susan, tetanggak kosnya yang paling dekat. Akhirnya ia sudahi kemarahannya, setelah mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, Bambang pun membuka pintu kamar kosnya.
"Maaf Mbak, tadi lagi keasyikan nonton film action." Ujar Bambang beralasan, Susan yang hanya mengenakan celana pendek dan tangtop tipis nampak mengrenyitkan dahi, kepalanya berusaha melongok ke dalam kamar berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Bambang berteriak seperti orang kesetanan.
"Lu nggak aneh-aneh kan?" Tanya Susan dengan wajah menyelidik tak bersahabat.
"Aneh-aneh? Eh, nggak Mbak! Nggak! Saya cuma nonton film aja tadi." Jawab Bambang panik.
"Awas Lu ya kalo sampek make narkoba! Gue aduin ke Pak Kos Lu!" Ancam Susan.
"Heh narkoba?! Nggak Mbak, Saya nggak pernah make barang kayak gitu!" Bambang makin panik setelah mendengar kata narkoba dari bibir tipis Susan, ingatannya seperti dibawa kembali pada momen saat dirinya menjadi bos besar sebuah kartel narkoba. Susan pun akhirnya kembali ke kamarnya.
Tak mau jadi perhatian, Bambang langsung menutup pintu dan menguncinya. Bambang pun mengambil teko tembaga yang tergeletak di lantai. Berulang kali ia menghela napas, berusaha meredakan amarah yang tengah menguasai kepalanya. Setelah hatinya mulai agak tenang, Bambang mulai memanggil jin teko untuk keluar.
"Jin teko! Keluarlah!" Ucap Bambang yang suaranya dibuat nge-bass sambil mengusap-usap teko tembaga di tangannya.
Hanya sepersekian detik, keluar asap dari teko tembaga itu dan tak lama asap tersebut bertukar menjadi jin. Jin teko menggosok-gosok kedua matanya dan menggeliat sambil menguap lebar. Kedua tangannya direntangkan ke atas, semakin ditarik ke atas dan digerakan ke kiri ke kanan sambil terus menguap, dengan matanya yang masih mengantuk.
"Ganggu aja! Lagi enak-enak mimpi disuruh keluar! Ada apa Bembiieeee?" Tanya jin cewek malas.
"Loe rese ya! Dasar jin penipu!" Walau pelan tapi nuansa kata-kata Bambang berkesan marah.
"Penipu??? Yang betul kalo ngomong!!!" Jin cewek agak sewot.
"Lu jadiin Gue gembong narkoba?! Udah gila Lu ya?!" Umpat Bambang emosi.
"Kaya dan berkuasa kan? Apa salah Gue Bembiieee???"
"Oke..Oke..anggap itu kesalahan Gue yang nggak spesifik menyebutkan permohonan, tapi bagaimana dengan Alea? Kenapa dia jadi selingkuh??" Kata Bambang keras tak bisa menahan kekesalannya.
"Bambang sayang, Lu minta nikah sama Alea udah Gue turutin, kalo Alea selingkuh karena nggak cinta sama Lu bukan jadi tanggung jawab Gue kali!" Jin cewek tak mau kalah dalam beradu argumen. Dengan wajah dingin Bambang memperhatikan sosok jin cewek yang sedang berdecak pinggang di hadapannya. Bambang kesal, hatinya dongkol bukan main
"Boleh Gue ngasih saran Bembie?" Lanjut jin cewek kali ini raut wajahnya yang sempat tegang berubah menjadi lebih manis. Kalau dilihat-lihat jin satu ini cukup nafsuin.
"Apa?" Tanya Bambang masih dengan muka masam karena kecewa permohonannya yang pertama sama sekali tak memuaskan.
"Kaya dan berkuasa sebetulnya bukan hal yang tepat untuk dapetin cinta sejatiu Bembieee. Asal Lu tau, semua manusia yang menjadi klien Gue, hampir semuanya meminta hal itu dan berakhir tidak baik." Bambang menyimak penjelasan jin cewek dengan serius.
"Sebenarnya, cewek nggak hanya tertarik dengan kekayaan dan kekuasaan. Semua itu nggak berarti apa-apa buat mereka kalo Lu nggak bisa tau apa yang diinginkannya." Bambang mengrenyitkan dahinya, bingung dengan penjelasan jin cewek.
"Maksud Lu apa sih jin? Gue makin bingung bangsat!" Umpat Bambang kembali emosi.
"Maksud Gue, Lu harus bener-bener tau apa yang bikin Alea bisa jatuh cinta sama Lu, apa kesukaannya, apa kriterianya dalam menentukan pasangan! Gitu tolol!"
"Terus caranya gimana? Buat ngobrol aja sama Alea Gue udah ditolak jin..." Keluh Bambang mengulang kembali momen saat dirinya ditolak mentah-mentah oleh Alea ketika memperkenalkan diri.
"Lu tu cowok Bembiee, ditakdirin sebagai pemburu! Lu harus cari tau kelemahan calon mangsa Lu! Hmmm, atau Lu mau langsung mengajukan permohonan berikutnya?" Tawar jin cewek sambil tersenyum licik.
"Oke, sebentar. Gue harus mikirin dulu permohonan ini biar nggak gagal lagi!"
"Silahkan, panggil Gue kalo udah siap ya Bembieee."
Asap pekat langsung mengepul di dalam kamar kos Bambang, asap itu kemudian masuk melewati lubang kecil di bagian ujung teko bersamaan dengan holangnya sosok jin cewek. Bambang merebahkan tubuh tambunya di atas ranjang, diamatinya kembali teko ajaib tempat dimana jin cewek bersemayam. Pikirannya kembali melayang membayangkan kisah cinta sempurna yang ingin dia gapai bersama Alea.
***
Sekian tahun hidup menjadi pecundang dan secara tiba-tiba kini Bambang memiliki kesempatan untuk merubah seluruh takdirnya lewat bantuan jin teko membuat pria bertubuh tambun itu bertambah percaya diri. Seperti hari ini saat dia masuk ke ruang kerja. Tak ada lagi raut wajah muram yang seringkali diperlihatkan Bambang, semuanya berubah menjadi senyum harapan, senyum kemenangan. Tapi meskipun begitu beberapa orang anggota tim marketing yang berada di bawah komandonya masih belum memberikan sikap respect. Bambang tak menutup mata akan hal tersebut, tapi dia punya cara untuk membalasnya.
Bambang bergegas masuk ke ruang kerjanya yang berada di ujung bagian gedung lantai empat, jauh dari kubik kerja karyawan lain. Setelah duduk di balik meja, pria gendut itu merogoh isi tasnya dan mengeluarkan teko ajaib. Kedua matanya berbinar layaknya bocah kecil yang mendapatkan hadiah. Namun sebelum dia melakukan aksi pemanggilan jin, Bambang bergegas menutup tirai ruang kerjanya, insiden di kamar kosnya saat suara kegaduhan membuat kecurigaan pada salah satu tetangga kos, Susan, memberi pelajaran pada pria gendut itu agar lebih mawas diri. Tentu dia tak ingin bawahannya melihat sedang berinteraksi dengan mahluk astral, bakal runyam dan membuat masalah baru nantinya.
Setelah memastikan seluruh ruang kerjanya tertutup tirai dan pintu terkunci rapat dari dalam, Bambang bergegas kembali ke meja. Tanpa menunggu waktu lama, dia mulai menggosok permukaan teko ajaib. Tak lama, sebuah asap putih muncul dari lubang yang ada di bagian ujung teko. Jin teko perlahan mulai menampakkan wujudnya, kali ini dalam keadaan bugil sementara wajahnya yang cantik terlihat basah kuyup oleh cairan berwarna putih dan lengket.
"Busyet!! Habis ngapain Lu?!" Pekik Bambang kaget saat menyaksikan wujud jin cewek pagi itu.
"Menurut Lo???? Ya habis ngewe lah! Nggak liat muka Gue belepotan peju kayak gini?" Jin cewek berusaha mendekatkan wajahnya pada Bambang, pria gemuk itu buru-buru menghindar.
"Pfftttt!!! Jorok amat sih!" Protes Bambang sambil mengrenyitkan dahi, satu tangannya mengibas-ibaskan di depan hidungnya yang pesek, seperti sedang mengusir bau tak sedap yang baru saja dia cium.
"Nggak asyik Lu!" Hanya dengan satu jentikan jari penampilan jin teko langsung berubah drastis. Wajahnya kembali bersih dari bekas semprotan sperma, tubuhnya yang bugil kini juga telah terbalut selendang sutera berwarna putih, tak hanya cantik tapi juga anggun.
"So, ngapain Lu pagi buta kayak gini udah manggil Gue? Hmmmm, biar Gue tebak, Lu udah dapet ide permohonan berikutnya ya? Sebutin Bembie sayang, Gue kerjain sekarang juga." Ujar jin teko dengan ekspresi wajah antusias.
"Wait! Gue mau nanya, Lu bilang tadi habis ngewe? Emang di dalam sini ada berapa jin sih yang tinggal?" Tanya Bambang penasaran.
"Helloooo!! Lu pikir rumah Gue kayak kontrakan KPR yang bisa dihuni banyak jin? Sorry ya Bembie, yang tinggal di situ cuma Gue! Eksklusif!" Ucap jin teko sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Nah kalo gitu Lu tadi ngewe sama siapa di dalem sini?" Bambang masih belum selesai dengan keingintahuannya.
"Sama Genderuwo Banyumas." Jawab jin teko santai, kedua matanya menatap langit-langit seolah sedang membayangkan sesuatu. Bambang terperanjat kaget, sampai-sampai melemparkan teko yang dipegangnya ke atas meja kerja.
"ASTAGA DRAGON!!! Jadi di dalam sini ada gendruwo??!!" Jin teko melirik tajam ke arah Bambang, tak terima untuk kesekian kalinya rumahnya menjadi objek kecerobohan pria gendut tersebut.
"Bembiieeee!!! Please deh ati-ati sama rumah Gue!!!" Protes jin teko dengan memberi ekspresi marah.
"Sori-sori, lagian nggak ngomong kalo ada gendruwonya di sini! Jarang-jarang Gue bawa gendruwo ke kantor!" Bambang tak terima menjadi sasaran amarah jin teko yang masih terlihat sewot.
"Udah pergi dia Bembiieeee, dapat callingan proyek pembangunan jembatan di Semarang."
"Oaalaahhh....Ngobrol dong makanya..." Kata Bambang sambil mengelus dada yang langsung disambut gelengan kepala oleh jin teko.
"Udah! Sekarang sebutin permohonan Lu! Buruan, jadwal Gue padet hari ini." Dengus jin teko.
"Oke..Oke..." Bambang sejenak melirik ke arah jendela ruang kerjanya yang sudah tertutup oleh korden warna gelap, memastikan tidak ada orang lain yang melihatnya.
"Lu liat apa sih? Kan udah jelas ketutup korden Bembiieee!" Celetuk jin teko seperti tau apa yang sedang dipikirkan oleh Bambang.
"Ssstttt!! Oke, Gue pengen ngasih pelajaran ke beberapa anak buah Gue yang selama ini nggak pernah respect!" Ujar Bambang penuh keyakinan, bola matanya yang bulat kembali membesar.
"Pelajaran? Lu mau kuliahin lagi mereka biar lebih pinter?"
"Haduuhhh!! Bukan gitu!!!" Bambang menggaruk kepalanya sendiri dengan kesal.
"Lah terus maksudnya ngasih pelajaran gimana sih?"
"Maksudnya, Gue pengen balas dendam ke anak buah Gue yang selama ini nggak pernah nganggap Gue ada." Ujar Bambang menjelaskan.
"Ckckckckck, emang mereka semua buta ya? Ada cowok segede pos satpam gini kok nggak ada yang liat sih?!" Jin teko kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menatap iba tubuh Bambang.
"Berantem aja yuk jin!" Bambang tampak emosi.
"Hihihihihi...Sabar atuh Bembieee sayang." Tawa jin teko terdengar centil, tubuhnya yang sintal berisi bergoncang, sekilas Bambang meliriki dada jin cewek tersebut sambil menelan ludahnya sendiri.
"Lagian, daritadi kok becanda mulu. Udah buruan kerjain permohonan Gue!" Seru Bambang tak sabaran.
"Ok, sebelum Gue kerjain permohonan Lu. Jelasin dulu Lu mau balas dendam kayak gimana? Terus, siapa target sasaran Lu? Saran Gue pilih satu orang yang paling Lu benci untuk nuntasin dendam, karena kalo kebanyakan selain nggak efektif itu juga bakal bikin fokus Lu terpecah." Bambang nampak manggut-manggut, seperti sedang menelaah tiap barisan kata yang keluar dari mulut jin teko.
"Hmmmm, oke. Andira, Gue pengen bikin karyawan brengsek itu bertekuk lutut di hadapan Gue!" Seru Bambang penuh tekad. Bayangan sikap acuh dan tak menghargai yang sering ditunjukkan oleh Andira kepada dirinya kembali membayangi isi kepala pria gendut itu.
"Done! Target udah ditentukan, sekarang Lu pengen dengan cara bagaimana menuntasakan dendam pada Andira?" Tanya Jin teko. Alis Bambang terangkat, amarahnya ternyata tak terkoneksi dengan sebuah ide brilian untuk membalas dendam pada Andira.
"Enaknya kita apain ya dia?" Gumam Bambang. Jin teko beranjak mendekati pria berbadan besar itu kemudian dengan santainya duduk di pangkuan Bambang.
"Bagaimana kalo Andira Lu jadiin budak sex? Tapi jangan bikin dia jatuh cinta atau kagum dengan Lu, biarkan sifat aslinya tetap ada. Kita hanya perlu menghilangkan keberaniannya saja, jadi sebenci apapun Andira kepadamu, tapi dia tak berani untuk menolak apapun permintaanmu." Suar lampu pijar seolah sedang menari-nari di atas kepala Bambang. Senyum licik bin jahat tergambar jelas di wajahnya setelah mendengar ide busuk dari jin teko.
"Good idea..." Desis Bambang dengan senyum mengembang penuh arti.
"So, silahkan ucapkan permohonanmu Bembie...."
3246Please respect copyright.PENANAskJcV80X5r
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.12da2