Jakarta, 2014.
Gemuruh tepuk tangan menggema di gedung olahraga milik Fakultas Ekonomi Universitas Pambudi. Puluhan mahasiswa dan mahasiswi nampak antusias menyaksikan ketua BEM Fakultas mereka, Raka Hermana, sedang memberikan sambutan perihal acara festival seni tahun ini. Sebuah evet rutin yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi untuk menyambut mahasiswa dan mahasiswi baru.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, festival seni ini akan menghadirkan band ternama ibukota, bahkan di tahun ini BEM fakultas ekonomi melakukan gebrakan dengan mengundang pula beberapa artis Ibukota dalam pagelaran workshop, sebuah gebrakan yang makin membuat harum nama fakultas ekonomi sebagai salah satu fakultas elit di Universitas Pambudi, sekaligus mengangkat pamor Raka Hermana sebagai ketua BEM yang tak hanya cakep secara penampilan, tapi juga cakap dalam berorganisasi.
"I love You Raka!"
"Bravo Raka!"
"Hebat Raka!!"
"Hamilin Gue Raka!!!"
Berbagai macam sorakan dari para mahasiswa saling sahut menyambut pengumuman yang sedang dibacakan oleh Raka. Mahasiswa tingkat akhir itu hanya tersenyum bangga sembari melambaikan tangannya ke arah tribun penonton yang dipadati oleh ratusan mahasiswa lain. Namun sebelum Raka mengakhiri sambutannya, tiba-tiba dari arah pintu masuk gedung muncul enam orang mahasiswa berlari kencang sambil membopong paksa tubuh gendut seorang pria. Keenam mahasiswa tersebut berteriak keras sebelum melemparkan tubuh gendut pria itu ke tengah lapangan, tepat di samping Raka. Pria gendut itu jatuh tertelungkup dalam keadaan telanjang bulat.
"HAHAHAHAHAHA!!!!"
"BOOOOOOO!!!!"
Ratusan mahasiswa sontak tertawa menyaksikan aksi bullying tersebut beberapa diantara mereka bahakan sempat mengabadikan momen memalukan tersebut menggunakan kamera ponsel. Salah satu mahasiswa yang ikut melemparkan tubuh pria gendut tadi meraih paksa mic yang digenggam oleh Raka.
"Tahun ini, Bambang akan menjadi maskot festival seni!!!!" Teriak mahasiswa itu yang langsung disambut oleh gelak tawa ratusan mahasiswa lain. Bambang, pria gendut tadi, menatap nanar sekeliling, ratusan mata ,menatap tubuh telanjangnya di tengah lapangan.
"Hei! Brengsek kalian!" Hardik Raka pada enam mahasiswa iseng yang merusak acara sambutannya.
"Hahahah! Rilex bro, ini cuma hiburan! Hahahaha!" Seloroh salah satu mahasiswa sebelum berlari menjauh meninggalkan Raka dan Bambang di tengah lapanagn. Gemuruh suara mahasiswa lain masih terdengar, mereka tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan Bambang hanya bisa tertelungkup tak berdaya dengan pandangan mata bingung.
"Lu nggak apa-apa Bro?" Tanya Raka sembari melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh Bambang. Pria gendut itu perlahan bangkit berdiri, menggunakan jaket yang diberikan oleh Raka untuk menutupi bagian depan tubuhnya.
"Ma-Maaf..." Balas Bambang dengan bibir bergetar, mahasiswa bertubuh tambun itu kemudian berlari kecil meninggalkan lapangan dengan iringan teriakan serta gelak tawa dari mahasiswa lain. Raka menatap miris.
17204Please respect copyright.PENANAYLNkxgYXiT
***
Surabaya, 2023
Bambang melirik jam tangannya ketika melihat Andira, salah satu staff marketing di tempatnya bekerja baru saja memasuki kubik kerja. Pria berbadan tambun itu bagkit dari kursi, kemudian keluar dari ruang kerjanya untuk menghampiri Andira.
"Tau ini jam berapa?" Ujar Bambang saat sudah berada di depan kubik kerja Andira. Beberapa staff marketing lain yang melihat nampak saling berbisik.
"Maaf Pak, tadi kena tilang Polisi." Sahut Andira sambil mengeluarkan beberapa peralatan make up dari tas kerjanya.
"Kemarin Kamu alasan nenek meninggal, dua hari lalu alasan nyasar, dan sekarang alasan kena tilang. Besok alasan apalagi? Gempa bumi?" Suara Bambang sedikit meninggi.
"Ya namanya juga musibah Pak, Saya juga nggak mau datang telat mulu." Ujar Andira sebelum membasahi bibir tipisnya dengan lipstik.
Perempuan berusia 28 tahun tersebut nampak tak begitu menanggapi komplain dari Bambang, yang notabennya adalah atasan Andira di divisi marketing. Bambang melirik ke kanan dan ke kiri, beberapa orang staf marketing lain nampak melihatnya sambil berbisik-bisik. Bambang panik, seperti biasanya, tak kuat menjadi sumber perhatian banyak orang.
"Ba-Baik kalau begitu, besok jangan diulangi lagi ya?" Bambang buru-buru meninggalkan kubik kerja Andira. Perempuan itu melongokkan kepala memandangi punggung Bambang menjauh sambil mengacungkan jari tengah yang disambut cekikikan staf marketing lain. Wibawa Bambang sama sekali tak diacuhkan oleh mereka.
***
Suasana riuh terhampar jelas sebatas mata memandang di dalam sebuah cafe. Belasan pengunjung yang rata-rata masih mengenakan pakaian kerja terlihat asyik menikmati hidangan yang disajikan ditemani suguhan alunan musik jazz dari home band accoustic. Cafe tersebut memang sudah terkenal di kalangan para pekerja kantoran, letaknya yang strategis di pusat kota Surabaya menjadikan cafe itu sering dijadikan tempat rujukan untuk berkumpul atau sekedar melepas lelah setelah seharian bekerja.
Di salah satu meja, duduk dua orang pria dan satu orang wanita memakai pkaian kerja khas dengan emblem garuda dan ular dengan tulisan "The Est" di bagian bawahnya tersemat rapi pada dada kemeja, logo perusahaan advertising ternama, tempat dimana Bambang juga bekerja di situ. Mereka adalah Hanin, Andrew, dan Jacob. Ketiganya merupakan bagian dari tim legal The Est, sebuah jabatan prestisius di perusahaan tersebut. Sebetulnya Bambang juga sempat berada di tim legal bersama tiga orang tersebut, namun karena dianggap menghambat kinerja tim, pria berbadan tambun tersebut terpaksa didowngrade dan dipindah ke bagian marketing sebagai supervisor.
"Jangan noleh! Jangan noleh!!" Jacob memberi tanda pada Hanin dan Andrew yang duduk membelakangi pintu masuk cafe. Bukannya menuruti, keduanya malah menoleh ke belakang.
"Mampus!" Pekik Hanin lirih.
"Kenapa si gendut bisa tau kita ada di sini sih?!" Sahut Andrew dengan wajah masam saat melihat Bambang berdiri dengan senyum lebar sambil melambaikan tangan ke arah mereka.
"Apes deh Gue hari ini!" Sesal Jacob sembari mengacak-acak rambutnya sendiri. Bambang tanpa beban segera mendekati meja, pria gemuk itu langsung mengambil satu kursi dan langsung ikut nimbrung tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Halooo geessss!!! Ternyata kalian nongkrong di sini juga ya."
"Halo Mbang, apa kabar Lu?" Balas Jacob dengan malas, Andrew dan Hanin memaksakan senyum pada Bambang.
"Pernah lebih baik daripada hari ini sih! Hehehehe!" Jawab Bambang, yang langsung dibalas dengan desahan nafas tak bersahabat dari ketiga mantan rekan kerjanya.
Sempat terjadi jeda beberapa saat antara mereka berempat karena memang kehadiran Bambang membuat suasana nongkrong menjadi rikuh dan kaku. Jacob dan Andrew pura-pura sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, sementara Hanin memilih untuk memainkan ujung sedotan pada gelasnya, sungguh kegiatan yang unfaedah sekali. Di satu momen tiba-tiba pandangan mata Bambang tertuju pada sosok Alea, wanita cantik nan anggun, kepala bagian accounting di The Est yang selalu menjadi incaran para eksekutif muda untuk dijadikan teman kencan, masuk ke dalam cafe. Momen yang secara tak sengaja juga diperhatikan oleh Jacob.
"Lu suka ya sama Alea?" Tanya Jacob pada Bambang dengan nada menyindir.
"Ah, nggak kok! Tapi Aku kenal akrab dengan dia." Balas Bambang tak mau harga dirinya jatuh karena ketahuan sedang mencuri pandang ke sosok Alea.
"Serius Lu akrab dengan Alea Mbang?! Gokilll!!! Lu emang cowok keren bro!!" Sahut Jacob yang langsung disambut tawa cekikikan dari Andrew dan Hanin.
"Iyalah! Kami udah kerja bareng di The Est selama tiga tahun terakhir!" Bambang masih berusaha mempertahankan harga dirinya di depan ketiga mantan rekan kerjanya tersebut.
"Kalo gitu kenapa nggak Lu sapa dia Mbang?" Tantang Hanin ikut andil untuk mengerjai Bambang. Pria gemuk itu nampak ragu, sambil sesekali memandangi Alea yang berdiri sendirian di depan meja bar.
"Nggak ah, kapan-kapan aja. Alea keliatannya lagi sibuk banget." Jawab Bambang beralasan.
"Alah...Bilang aja kalo Lu bohong Mbang! Hahahahah! Celetuk Jacob disertai gelak tawa kedua temannya yang lain. Bambang menatap wajah ketiga mantan rekan kerjanya itu satu persatu, harga dirinya mulai tercederai saat ini. Tanpa banyak perhitungan matang, pria gendut itu langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Oke! Aku akan berbicara dengan Alea biar kalian percaya!"
Bambang melangkah pelan mendekati meja bar, di belakangnya Jacob, Hanin, dan Andrew makin tergelak saat melihat sikap gugup dan kaku pria gemuk itu berusaha mendekati Alea. Bambang sama sekali tak sadar jika tantangan itu hanyalah sebagai cara untuk makin menjatuhkan harga dirinya. Tapi keputusan telah diambil, Bambang bertekad untuk membuktikan pernyataannya pada ketiga mantan rekan kerjanya bahwa dia mengenal Alea secara personal.
"Ha-Halo.." Alea berbalik badan, wajahnya nampak bingung dengan kening mengrenyit saat melihat Bambang sudah berdiri di belakangnya. Kaku dan gugup.
"Iya?"
"Kamu Alea kan? Saya Bambang, kita satu kantor di The Est." Ucap Bambang.
"Oke...Ada yang bisa dibantu Mas Bambang..?" Tanya Alea dengan mimik wajah makin bingung karena baru pertama kalinya dia berbincang dengan Bambang.
"Ehmm..Nggak ada sih. Saya cuma ingin ngobrol aja dengan Kamu." Balas Bambang masih dengan kegugupan luar biasa.
"Maaf, siapa tadi Mas..?"
"Bambang." Ujar Bambang mencoba mengingatkan namanya pada Alea.
"Oh iya Mas Bambang. Jadi gini, hari ini Saya lagi capek banget dengan kerjaan. Rencananya Saya pengen sendirian sambil menikmati segelas wine dan tidak menanggapi percakapan apapun dari siapapun. So, sorry, sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk memulai obrolan yang nggak jelas kayak gini."
"Oh, baiklah. Saya minta maaf kalau gitu udah ganggu waktu Alea."
Penantian Bambang selama 3 tahun hanya untuk bisa bercakap, dihancurkan oleh Alea hanya dalam waktu tak kurang dari 3 menit saja. Begitulah wanita, memiliki absolutisme dalam menentukan pria mana yang bisa mendekatinya. Bambang tentu bukan dalam kriteria Alea, baik secara fisik maupun dalam strata jabatan pekerjaan, Alea memiliki standar yang jauh lebih tinggi dibanding harus mengahabiskan malam bersama seorang supervisor tim marketing.
Bambang segera berbalik badan, menyaksikan ketiga mantan rekan kerjanya tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan Jacob sampai harus menyeka airmatanya sendiri setelah melihat penolakan Alea pada Bambang. Harga diri pria berbadan tambun tersebut secara mutlak hancur berkeping-keping detik ini juga.
"Apapun akan Aku berikan untuk bisa dapetin Kamu Alea!" Batin Bambang penuh penghayatan dan keyakinan.
17204Please respect copyright.PENANAaOWItbSiAV
BERSAMBUNG
ns 18.68.41.139da2