6
Sore itu Ji Bin baru pulang sekolah, kebetulan hari itu ia pulang ekskul menggambar. Jangan tanya kenapa Ji Bin mau ikut ekskul itu, ia pun juga tak tahu. Dengan langkah gontai karena capek akibat cuaca panas, Ji Bin memutuskan duduk sebentar di taman sambil meminum minuman isotoniknya. Minuman itu habis seketika dan perempuan itu langsung membuangnya ke tempat sampah.
Di depan sana nampak Sehun sedang bermain basket. Oh iya Sehun kan masuk ekskul basket. Jika dilihat-lihat laki-laki itu tampak mainly dibandingkan awal-awal gadis itu mengenalnya. Udah ga terasa lelaki itu tambah dewasa dan sepertinya Kai bukanlah penganggu baginya.
Mengenai Kai si namja yadong itu, sepertinya lelaki itu udah tidak mengganggu Ji Bin dan Sehun lagi. Mungkin ia telah menemukan mangsa yang lebih cocok dan pas. Walaupun perumapaannya terdengar menjijikkan bagi Ji Bin.
Di kejauhan Sehun melambaikan tangannya kepada Ji Bin. Ji Bin hanya membalasnya dengan lambaian singkat. Lalu Chanyeol yang juga bermain dengan Sehun meneriaki Ji Bin untuk bergabung dengan mereka. Mau tak mau Ji Bin akhirnya kesana.
Awalnya sih Ji Bin ingin menemui Sehun, namun niatnya kandas ketika mendapati Jae Eun telah berada di depan Sehun sambil memberikan handuk kecil dan minuman. Ji Bin mengernyit bingung. Sejak kapan perempuan itu datang? Dia hantu? Batin Ji Bin kesal. Yeoja tidak jelas itu entah datang dari mana.
Sehun menerima pemberian Jae Eun dengan senyum tipis. “Thanks Jae Eun-ah.” Lalu meminum minuman itu sedangkan Jae Eun terlihat senang sekali.
Ji Bin mengenggam tasnya erat. “Hah?! Wa-wait, Sehun kau tidak salah bicara, kan?” kata Ji Bin dengan mata membulat. “Sejak kapan kau menjadi akrab dengan perempuan itu?” ucapnya tak suka seraya menunjuk wajah Jae Eun tidak sopan. Jae Eun yang mendengar namanya dijelek-jelekkan menepis lengan Ji Bin dengan muka yang dibuat-buat sedih.
“Kenapa kau berbicara seperti itu Jung-ssi. Kau tidak suka padaku, ya?” Nafas Jae Eun tercekat ketika mengucapkan itu. “Padahal aku ingin terlihat baik di depanmu,” katanya masih dengan raut sedih.
Ji Bin yang mendengarnya melipat tangan di dada. “Di depanku? For what? I dont need that.”
Chanyeol dan Kris sepertinya tidak berniat memasuki lingkaran drama picisan itu dan memilih terus bermain basket. Sehun yang semula sibuk melap tubuhnya terpaksa berhenti ketika mendapati teman barunya itu memasang wajah sedih.
“Ji Bin kau tidak boleh bersikap seperti itu. Dia kan juga temanmu.”
Ji Bin mendesis seraya menatap Sehun tajam. “Dengar ya Oh Se Hoon. Sejak kapan aku menjadi teman dia?” Lalu berbalik menghadap Jae Eun. “Dan kau Kang Jae Eun-ssi berhenti bersikap seperti itu. That’s disgusting!”
“A-apa?”
“Aku tidak tahu bagaimana cara kau mendekati Sehun tetapi satu hal yang aku tahu kau itu kelihatan jahat.”
“Jung-ssi kenapa kau berbiacara begitu?”
Ji Bin tersenyum meremehkan,”Heh. Bilang saja kau-“
“CUKUP!” Suara itu menggema, bahkan Kris dan Chanyeol terkejut. Bukan karena teriakan itu melainkan pelakunya, Sehun. “Jung Ji Bin jaga ucapanmu! Jangan MENUDUH Jae Eun yang tidak-tidak!” Sehun berucap dengan satu tarikan nafas sambil melihat Ji Bin dengan pandangan tajam. “Emangnya siapanya aku sampai kamu melarang-larang aku buat dekat sama Jae Eun?” sambungnya dengan pandangan datar.
Setelah mengucapkannya, Sehun melangkah pergi sambil menarik lengan Jae Eun. Ia tidak mempedulikan Kris dan Chanyeol yang memandang sikap pemuda itu bingung. Ia terus melenggang pergi dan menghilang dengan mobilnya.
Ji Bin menatap kepergian dua orang itu dengan pandangan datar tanpa ekspresi. Ucapan Sehun tadi ia abaikan. Ia pun berbalik sambil mendecak. “Brengsek.”
Chanyeol awalnya diam telah mengambil tasnya. “Wow. Tadi itu mengagetkan,” ucapnya bersiul takjub. Kris hanya bergumam dan mereka berdua sama-sama meninggalkan lapangan itu.
Malam harinya Ji Bin masih berrmuka suram. Ia kepikiran tentang kejadian tadi siang. Ia hanya tidak menyangka saja Sehun akan bersikap seperti itu hanya karena seorang yeoja bernama Jae Eun. Layar laptop di depannya tidak dia hiraukan, semangkuk ramyeon yang telah dingin juga ia abaikan. Kesal rasanya jika lelaki yang telah ia lindungi susah payah membentaknya hanya karena orang asing.
Ketukan pintu terdengar. Seseorang mengetuknya. Dengan langkah yang dipaksakan sambil mengumpat-umpat seseorang yang seenaknya mengusik ketenangannya. Kemudian pintu pun terbuka menampilkan wajah menyebalkan milik Soo Rim.
“Ada apa?” kata Ji Bin tak bersahabat.
Soo Rim merengut ketika kedatangannya disambut dingin seperti itu. Ia ingin memprotes tapi langsung ditepisnya ketika ada sesuatu yang lebih penting. “Binnie aku cuma bertanya.” Ada jeda sewaktu mengatakannya dan Ji Bin diam menyimak. “Kau bertengkar dengan Sehun, ya?” Soo Rim bertanya dengan was-was takut menyinggung perempuan di depannya.
Butuh beberapa detik bagi Ji Bin untuk menjawab. “Ya.”
Soo Rim berdecak. “Kau ini! Seharusnya kau tidak boleh bersikap seperti itu. Jae Eun baru beberapa hari sekolah dan kau telah membuat masalah dengannya apalagi Sehun juga ada sangkut pautnya.”
Soo Rim berbicara panjang lebar. Walaupun mereka masih di depan pintu dan berdiri tapi Soo Rim tidak peduli. Ketika mendapati telepon oleh Kris tadi siang Soo Rim sangat terkejut mendengar penjelasan lelaki blonde itu. Hubungan Ji Bin dengan Sehun dibilang cukup dekat dan hubungan itu harus merenggang hanya karena masalah Jae Eun yang bersikap... genit?
“Lebih baik kamu meminta-“
“Kau bilang tadi cuma ingin bertanya. Kenapa menceramahiku panjang lebar begitu?” Setelah diam beberapa waktu akhirnya Ji Bin angkat suara. Satu alisnya terangkat ketika bertanya kepada Soo Rim. “Kalau kau tidak punya urusan lagi sebaiknya kau pulang Soo Rim. Aku sibuk dan kau menganggu kegiatanku.” Selanjutnya pintu itu tertutup dan meninggalkan Soo Rim yang termenung dan menatap pintu Ji Bin dengan raut khawatir.
**
Di dalam sebuah kamar, nampak seorang pemuda berkulit seputih susu menggeliat tak jelas di atas ranjangnya. Sesekali ia mengacak rambutnya gusar sambil mengumpat-umpat.
“Shit. Shit. Shit. Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
Oh Sehun, lelaki bodoh -menurutnya- yang membuat ulah tadi siang dengan gadis bermarga Jung atau lebih tepatnya perempuan dingin dan kejam bernama Jung Ji Bin. Setelah berguling-guling tidak jelas, lelaki itu pun duduk di atas ranjangnya dengan bersila kaki sambil mengacak surai hitamnya. Ia memijit keningnya yang terasa sakit hanya karena memikirkan kejadian yang jujur tidak ia harapkan sebenarnya.
Ya sebenarnya, jika saja gadis Jung itu mau menutup mulutnya dan berhenti bicara dengan nada ketus dan kasar mungkin ia tidak akan kelepasan seperti tadi. Sekarang tidak hanya pusing, perutnya serasa bergejolak dan ingin memuntahkan hasil makan malamnya sejak dua jam lalu.
Setelah mengantar Jae Eun pulang dan pulang ke rumahnya sendiri, Sehun langsung mengurung dirinya di kamar dan hanya keluar saat makan malam. Tidak ada yang dilakukannya di kamar itu, tidur pun tidak. Lebih tepatnya ia hanya melamun dan merutuki kebodohannya atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Bagi seorang Oh Sehun yang telah bertransformasi dari lelaki polos menjadi lelaki tulen nan gagah, menghadapi Jung Ji Bin dan membuat masalah dengannya rasanya seperti-
-memasuki neraka.
**
ns 15.158.61.44da2