Terasa masuk lebih dalem, dan hentakannya terasa lebih kuat. Om Iqbal kali ini merubah teknik genjotannya dari rough menjadi pounding. Dia tarik kontolnya sampai hanya tersisa kepala kontolnya saja di vaginaku. Lalu dia dorong dan hentak sekuat tenaga.
“Aaahhh! Omm! Gilaa merinding akuu!” Dia tarik lagi kontolnya sampai tersisa kepalanya aja di lubang vaginaku. Dan dia dorong lagi sekuat tenaga, dihentak sangat keras dinding rahimku. “Aaahhh!! Enaakk! Rasanya bikin aku melayang, Om! Aaahhh!! Aaahhh!!”
Rasanya bener-bener gak bisa aku jelasin pakai kata-kata. Rasa merindingnya sampai ke ubun-ubun, aku sampai gak kuat melek saat dia pounding. Satu hentakan kontolnya aja, berhasil bikin vaginaku ngocor. Keluar cairan banyak, gilaa udah kontolnya gede dan keras.
Tenaga hentakan poundingnya juga kuat banget. Meski teknik genjotan pounding ini cukup beresiko. Bisa bikin vagina mengalami cedera, entah di bagian sensitif mana. Karena banyak kejadian temen tongkronganku yang begini. Dipoudning kekencengan jadi cedera.
Vaginanya jadi terasa nyeri, dan pas dicek ada lebam di dalam dinding rahim. Tapi meski beresiko, rasa nikmatnya besar bukan main. Pounding adalah teknik ngentot kesukaanku. Teknik genjotan yang paling aku suka. Aku suka dinding rahim dihentak keras.
Plaakkk!! Plaakkk!! Plaakkk!! Plaakkk!! Plaakkk!!
“Aaahhh!! Aaahhh!! Omm aku gemeteran Omm!! Aaahhh!! Om kamu hebat banget hentak vaginakuu! Aaahhh!! Aaahhh!! Teruss Omm!! Hentak lagi yang kerass!! Aaahhh!!” Aku menjerit teriak gak karuan, tapi aku sama sekali gak ngerasa sakit. Ini nikmat banget.
Terasa banget kepala kontol Om Iqbal menyundul dan menyodok dinding rahimku. Aku gemeteran sampai gak berhenti-berhenti. Padahal baru beberapa menit aja, aku diperlakukan seperti ini oleh Om Iqbal. Tapi rasanya aku udah mau muncrat lagi aja.
Cairan vaginaku rasanya udah ngumpul lagi di kantung kemih. Udah mendorong kuat lagi untuk keluar. Tapi aku berjuang sekuat tenaga untuk menahan. Jangan sampai kenikmatan ini cepat selesai. Risaa, pantes aja kamu tergila-gila sama Om Iqbal Risaa.
Ternyata kontolnya memang senikmat ini. Ditambah lagi, Om Iqbal menghentak vaginaku sambil nenen. Toket sebelah kiriku dihisap kuat sambil digigit kecil. Gak lupa lidahnya terus menjilati putingku juga. “Slurrrppp… Slurrrppp… Slurrrppp… Slurrrppp…”
Rasanya gak karuan, bener-bener gak karuan. David maafin aku, kalo udah begini caranya mungkin aku udah gak butuh kamu lagi. Kamu meski punya kontol besar juga, tapi kamu jarang ngentotin aku David. Sedangkan aku cewe binal, yang butuh dientot setiap hari.
Om Iqbal akhirnya melepaskan hisapannya dari toketku. Dan dia kembali fokus menghentak vaginaku lagi. “Aahhh… Aahhh… Kamu cantik banget, Diana. Om sangat menyukai wajah kamu. Kulit putih kamu, tubuh indah kamu, wajah yang begitu mulus.”
Aku yang mendengar pujian Om Iqbal, dengan sendirinya aku memuji balik dirinya. “Aaahhh! Iyaa Omm! Aaahhh!! Aaahhh!! Om juga ganteng banget wajahnya. Aku juga suka sama ketampanan Om! Aaahhh! Tubuh Om gagah dan berotot. Aku suka banget, Om!”
“Om pengen kamu jadi pacar Om. Om pengen nyetubuhin kamu setiap hari. Om pengen milikin kamu, sayang. Aahhh… Aahhh… Om ingin kamu mencintai Om. Aahhh… Aahhh…” Om Iqbal tiba-tiba menyatakan perasaannya. Secepat ini kah dia mencintai aku?
“Aaahhh! Ja—Jadi pacar Om? Ta—Tapii… Aaahhh!!” Tiba-tiba Om Iqbal ngencengin hentakannya saat aku lagi berpikir. “Aaahhh!! Iyaa Om! Aaahhh!! Aaahhh!! Om boleh ngentotin aku setiap hari, selama aku masih di rumah. Akum au dientot sama Om tiap hari!”
Aku belum berani menjawab pernyataan cintanya itu. Karena aku yakin itu bukan cinta, itu hanya nafsu belaka. Tapi masalahnya untuk apa juga aku mikirin cinta? Semuanya akan berkembang dengan sendirinya bukan? Yang penting apa yang aku inginkan darinya.
Yang penting dia memiliki semua yang ingin aku miliki. Aku ingin punya cowo kontol besar, tahan lama, ganteng, kulit putih, jago seks, dan kekar. Semuanya ada di dirinya, semua yang aku inginkan dari sebuah laki-laki. Ada di dalam diri Om Iqbal, aku bersedia.
Om Iqbal kembali mengulangi perkatannya. “Tapi Om gak ingin hanya sekedar ngentotin kamu. Om pengen kamu jadi pacar Om. Kita backstreet sama-sama, tanpa sepengetahuan Ibu. Om janji akan merahasiakan ini, asal kamu mau menerima Om sayang.”
Aku yang saat itu gak bisa berpikir waras. Pada akhirnya memutuskan untuk menerimanya. “Aaahhh! Aaahhh! Kalo Om memang mau mencintai aku sepenuh hati! Aaahhh! Aaahhh! Aku akan menerima Om! Iyaa aku mau jadi pacar Om! Aku nerima Om!”
“Sekarang kita resmi pacaran yaa. Kamu sekarang adalah pacar Om. Dan kamu harus menuruti semua keinginan Om. Dan Om janji akan bahagiain kamu selalu,” ucapnya menjelang di detik-detik aku akan orgasme. Cairanku udah gak bisa ditahan lagi rasanya.
Badanku gemetar hebat, tanganku yang memeluk punggung Om Iqbal. Sampai mencakar-cakar punggungnya yang besar dan kekar itu. Aku sekarang udah punya cowo baru, Om Iqbal adalah pacarku. Tapi bisa dibawa kemana hubungan kami? Bisa menikah?
“Aku keluaar Om!! Aku muncrat lagii!! Aaahhh!! Aaahhh!! AAAHHHH!!!” Aku teriak histeris saking nikmatnya orgasme saat itu. Om Iqbal kembali mencabut kontolnya, dan habis sudah cairanku keluar deres lagi. Ini bener-bener gilaa, aku dibuat orgasme 5 kali.
Yang lebih sintingnya lagi, kelima orgasme aku semuanya keluar cairan deres. Seolah cairan vaginaku gak ada habisnya. Padahal ini gak baik, aku bisa dehidrasi kalo terlalu banyak keluar cairan. Tapi masalahnya aku gak bisa hentikan ini. Aku menyukai kontolnya.
Setelah ini aku harus ganti sprei kasur, karena udah gak bisa dipakai untuk tidur. Udah basah semua sprei kasurku, mau tidur di mana semuanya basah. Tapi ini masih belum selesai, Om Iqbal masih belum ngecrot lagi. Setelahnya aku disuruh nungging lagi sama dia.
Aku yang udah lemes banget, bener-bener udah habis tenaga. Hanya bisa nurut menungging di atas kasur. Kepalaku aku jadikan topangan agar tubuhku tetap bisa nungging. Juga dibantu tangan Om Iqbal, yang menahan pantat dan pinggangku agar gak jatuh lemas.
5 menit aku disetubuhi Om Iqbal dengan gaya doggy style. Dan di menit kelima, dia pun mengerang hebat. Sementara aku udah kehabisan tenaga, udah gak bisa mendesah. “Aahhh! Diana Om mau keluar sayang! Aahhh! Karena kamu pacar Om! Om crot dalem ya.”
Aku hanya bisa mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Terserah Om Iqbal aja mau ngapain aku. Aku udah gak bisa berontak juga. “Aahhh! Aahhh! Om keluar, Diana! Aahhhh!!!” Om Iqbal pun mencapai ejakulasi keduanya, dia ngecrot tepat di dalam vagina.
Di dalam vaginaku, aku merasakan cairan hangat itu. Cairan hangat yang terasa sangat banyak masuk ke dalam. Namun vaginaku gak bisa menampung semua spermanya. Sebagian ada yang luber mengalir keluar, terasa ngalir mengenai lubang anusku saat itu.2592Please respect copyright.PENANAFNrDnmzXb6
2592Please respect copyright.PENANAFesvNEDWNA