Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Suasana di dalam ruangan yang besar itu sudah ramai. Meskipun begitu masih terdapat beberapa orang yang masuk-masuk ke ruangan. Aula itu mungkin memuat dua ribu orang. Mereka berasal dari seluruh distrik di setiap sudut planet. Semua yang ada di dalamnya mengenakan pakaian yang sama, baju tempur taktikal berwarna hitam dari bahan serat karbon berteknologi tinggi, juga kacamata cyber berwarna hitam pekat.
Terdengar suara berisik orang-orang di aula yang saling mengobrol satu sama lain. Tempat duduk mereka sudah diatur sedemikian rupa agar satu slot bangku ditempati satu tim bersama satu manajer. Beberapa ada yang menempati slot bangku di lantai dua dan tiga. Beberapa slot hanya ditempati satu orang saja, kemungkinan adalah manajer tim disaat semua anggota timnya tidak bisa hadir. Semua pertemuan di ruangan ini melarang adanya kehadiran dengan hologram, harus hadir secara fisik.
Ziel artinya soul atau jiwa. Vechter artinya fighter atau petarung. Pemilik Ziel yang menjadi anggota tim dalam turnamen akan mendapat julukan sebagai Ziel Vechter.
Ini adalah pertemuan tertutup Ziel Vechter bersamaan dengan Komite Turnamen Global Ziel Vechter di gedung pusat Biro Stabilisasi Ziel. Pertemuan ini begitu rahasia, hingga setiap kali pertemuan diadakan, semua orang di ruangan terutama anggota tim harus mengenakan pakaian yang sama, menyembunyikan wajah mereka dengan kacamata cyber hitam yang lebar. Tujuannya adalah untuk memenuhi protokol Ziel Vechter. Bahwa setiap Ziel Vechter tidak diperkenankan mengetahui identitas tim lain. Jika pun tahu, mereka wajib merahasiakan ketahuan mereka akan identitas Vechter yang lain, demi keselamatan dan keamanan semua Ziel Vechter.
Turnamen Ziel Vechter diadakan setiap dua tahun sekali, namun terkadang diadakan turnamen kecil misalnya pertandingan antar distrik. Dua bulan lagi seharusnya akan diadakan Turnamen Ziel Vechter tingkat global.
Hal itu yang membuat Aleksei sebagai kapten tim cukup grogi. Ia dan anggotanya beserta manajer tim, yakni Simone duduk di lantai dua. Aleksei, Lin, Prim sudah duduk berderet. Di masa lalu mereka memenangkan beberapa turnamen antar distrik, namun tim mereka masih sangat muda. Ini akan menjadi turnamen global mereka yang pertama.
Turnamen ini selalu disiarkan secara global, dimana orang bisa menonton secara livestream lewat cloud. Dimana semua orang di planet ini bisa ikut berjudi, membeli merchandise resmi, juga mendukung tim kesukaan mereka. Bahkan dibuat juga game virtual reality atau VR game bergenre aksi untuk meningkatkan pamor turnamen ini dan para Ziel Vechter.
Dengan adanya sponsor dan publisitas yang positif, ini adalah salah satu kiat Biro Stabilisasi Ziel untuk menciptakan kesadaran masyarakat akan citra positif Ziel. Awalnya beberapa pihak ekstrimis menentang, namun seiring berjalannya waktu, entah bagaimana juga media berhasil membuat Ziel Vechter sebagai cabang pertandingan futuristik yang positif.
Dengan banyaknya sponsor dan uang yang berputar di industri olahraga dan hiburan ini membuat orang-orang seperti Lin, Ginger, dan Gilbert berusaha masuk ke dalamnya. Sedangkan beberapa orang masuk karena mereka semata-mata tak mau terus-terusan menahan dan menyembunyikan kekuatan mereka. Turnamen ini adalah satu-satunya wadah untuk meluapkan kekuatan ini, meskipun banyak sekali protokol ketat yang harus diikuti. Rentan diskualifikasi jika melakukan pelanggaran, atau bahkan lebih buruk.
“Selamat malam semuanya,” seorang pria mengenakan jas panjang berwarna putih menghentikan obrolan-obrolan acak yang hadir disana. Ia berdiri di atas podium, memandangi seluruh hadirin dari balik kacamata cyber hitamnya.
“Saya adalah perwakilan dari Komite Turnamen Global Ziel Vechter. Hari ini kita bertemu dengan sangat mendadak. Maka dari itu saya ucapkan terimakasih bagi semua yang telah berusaha hadir malam ini.”
Seluruh yang hadir disana kini mendengarkan dengan khidmat. Lampu di bangku peserta dipadamkan, hanya fokus pada pria itu yang berdiri di panggung.
“Ada beberapa pengumuman yang akan saya sampaikan,” pria itu mengusap-usap layar isenium di podiumnya. Proyeksi hologram sukses mengapung di ruangan yang besar itu. Semua orang disana bisa melihat dengan jelas logo Turnamen Global Ziel Vechter tahun ini.
“Turnamen Global Ziel Vechter seharusnya diadakan bulan depan, namun dengan sangat menyesal kami akan mengundurkan turnamen ini lima bulan lagi.”
Seisi ruangan terkesiap. Mulai terjadi bisik-bisik di kerumunan yang gelap itu. Beberapa terdengar ada yang tidak terima kalau turnamen diundur hingga selama itu. Beberapa seperti Aleksei menghela lega.
“Mohon tenang, kami paham, mungkin sebagian kalian merasa ini sangat mendadak. Namun kita sudah melakukan turnamen berkali-kali dengan pola permainan yang sama. Maka kami memutuskan untuk mengganti pola turnamen tahun ini.”
Beberapa peserta masih terdengar melempar ungkapan protes, namun sisanya lebih penasaran pada apa yang sedang direncanakan oleh biro. Pria itu kembali mengusap-usap layar isenium-nya. Kini tertampil holovid atau video hologram yang menampilkan rekaman turnamen sebelumnya. Sebelumnya turnamen ini dilakukan dengan lima lawan lima. Kombinasi pertarungan bela diri dengan aerokinesis atau manipulasi udara.
Yang awalnya turnamen ini murni menghajar lawan, akhirnya diganti dengan kombinasi merebut orb, bela diri, dan aerokinesis. Dimana setiap tim harus merebut dan mencuri orb dari altar lawan dan memasukkannya ke keranjang orb sendiri untuk mendapatkan poin. Mengoper, membawa menggunakan kaki dan tangan, juga diperbolehkan memantulkan atau mengoper orb dengan aerokinesis. Di saat yang sama menjatuhkan dan melumpuhkan lawan juga diperbolehkan dengan cara apapun. Itu adalah pola turnamen yang biasa mereka lakukan. Seragam tempur khusus turnamen juga berperan sebagai detektor kondisi tubuh peserta sekaligus pelindung agar tidak terjadi luka fatal yang menyebabkan kematian.
“Tahun ini akan dibagi menjadi beberapa babak. Babak pertama adalah bertahan hidup,” proyeksi hologram menunjukkan hutan hujan, lalu tundra, pegunungan bersalju, gurun, juga savana ditunjukkan berurutan. Semua yang ada di ruangan itu kembali berbisik-bisik.
“Di babak pertama ini setiap tim akan diturunkan di sebuah kawasan ekstrim. Satu kawasan bisa terdiri dari sepuluh hingga dua puluh tim. Lalu masing-masing akan diberi sebuah. Lokasi dan misi akan ditentukan dengan sistem undian.”
“Jadi misi yang akan diklasifikasi adalah …,” tampilan layar depan menunjukkan klasifikasi misi.
[Builder]
Membangun kemah atau arsitektur sesuai spesifikasi.
[Hunter]
Memburu suatu spesies dengan metode dan jumlah tertentu.
[Cooker]
Memasak dan menyajikan sejumlah menu dengan standar yang telah ditetapkan.
[Savager]
Mengalahkan dan melumpuhkan peserta lain.
[Medicator]
Mengobati atau menyembuhkan hewan atau peserta tim lain dengan jumlah tertentu.
Setiap tim dapat melakukan aliansi atau pact (pakta) dengan maksimal dua tim lain saat di arena. Artinya tim yang melakukan aliansi bisa melakukan gencatan senjata dan saling membantu untuk lolos di babak ini. Aliansi atau pakta tidak dapat di batalkan hingga akhir permainan.
Kini semua peserta takzim mendengarkan penjelasan pria di podium itu. Pola turnamen ini benar-benar mengubah keseluruhan permainan.
Holovid menunjukkan berbagai ilustrasi alat dan kegiatan bertahan hidup di alam liar.
“Ketika kalian bertemu dengan tim lain, mereka bisa jadi kawan maupun lawan,” lanjutnya menunjukkan ilustrasi berupa pengobatan dan juga ilustrasi suku pedalaman yang sedang berperang.
“Durasi maksimal babak ini adalah satu minggu. Jika sudah menyelesaikan lebih cepat, kapten tim bisa mengkonfirmasi untuk meninggalkan lokasi turnamen. Jika lebih dari satu minggu belum selesai, maka dianggap gagal. Begitu pula jika tiga anggota tim atau lebih tidak mampu melanjutkan misi karena terluka atau sakit, akan langsung dijemput medic drone dan dinyatakan gagal,” beberapa orang di aula mengangguk-angguk mulai memahami kemana arah penjelasannya.
“Kalian bisa bekerja sama dengan tim lain, atau bahkan menjatuhkan tim lain untuk melanjutkan ke babak berikutnya.”
“Babak berikutnya adalah …,”pria itu kembali mengusap-usap layar isenium-nya. “Seperti yang sudah biasa kita lakukan, yakni Ziel Vechter klasik. Bertarung lima lawan lima dan mengumpulkan poin dari orb di arena.”
Hadirin disana bergumam ‘oh’ kompak merasa paham.
“Tetapi ...,” lanjutnya, “yang tadinya peserta hanya diperbolehkan menggunakan aerokinesis, kami memperbolehkan untuk menggunakan geokinesis, pyrokinesis, dan hydrokinesis!” serunya.
Seisi ruangan tercengang merasa tak percaya dengan apa yang telah mereka dengar. Kembali dilanjutkan dengan bisik-bisik. Adrenalin peserta di ruangan itu merasa terpacu tiba-tiba.
Pria di podium itu tersenyum seolah sudah menduga bagaimana seluruh peserta akan merespon.
“Kami juga menghimbau agar seluruh peserta membuat dan mendaftarkan nama arenanya masing-masing. Pseudonym, atau nama alias yang hanya akan dipakai di saat pertandingan.”
“Apa-apaan itu?!” seruan peserta dari lantai tiga yang nampaknya tidak setuju. Tetapi beberapa peserta di lantai satu justru semakin heboh dan terlihat senang.
“Satu peserta hanya boleh menggunakan satu kinesis selama turnamen ini berlangsung, baik saat babak bertahan hidup maupun di babak arena. Jadi diskusikan baik-baik dengan seluruh anggota tim mau pakai kinesis yang mana saja dan segera diregistrasikan bersamaan dengan nama arena,” tepuk tangan di aula terdengar riuh di beberapa bagian, tetapi terdengar malas di bagian yang lain.
Aleksei dan Prim sudah melipat kedua tangan mereka di depan dada, berusaha tetap khidmat dan tenang. Meskipun begitu bahasa tubuh mereka sedang menahan respon atas peraturan barusan.
Pria di podium itu membetulkan kacamata cyber-nya. “Namun perlu kami peringatkan,” ucapnya memotong riuh di aula, “jika ada peserta yang lepas kontrol saat melatih elemen baru ini hingga mengakibatkan kehebohan publik, di luar arena, dan sebelum turnamen dimulai, apalagi sampai mencelakakan orang lain, maka dia dan timnya akan didiskualifikasi. Selamanya tidak akan diperbolehkan mengikuti turnamen Ziel dan akan disanksi sesuai protokol dari Biro Stabilisasi Ziel, yaitu diasingkan,” seisi aula kini benar-benar hening.
Semua menanggapi ucapan barusan dengan serius. “Jadi aku berharap para peserta dan manajer dapat mengawasi dan memperingatkan satu sama lain tentang latihan kinesis yang baru.”
Aleksei tak tahan hingga berdecak. Sementara orang-orang di lantai tiga sudah bergemuruh dengan gerutuan. Peserta di lantai satu yang tadinya bersorak kini terlihat ciut.
Seluruh Ziel Vechter itu paham, bagaimana resiko yang membuntuti mereka dengan kekuatan yang mereka miliki ini. Tersirat dibenak mereka bagaimana berbagai aturan digunakan untuk menekan para Ziel Vechter. Kebebasan bukan milik mereka, akan selalu ada harga yang harus mereka bayar untuk setiap udara merdeka yang mereka hirup.
Jika menyalahi aturan Ziel Vechter akan diasingkan ke Voghan, dimana kekuatan itu lenyap dan mereka harus meninggalkan bumi selama-lamanya, meninggalkan teman dan orang yang mereka kasihi. Segala gimik yang ditawarkan oleh biro sejatinya hanya sebuah ilusi kebebasan semata.
“Hal terakhir yang kami ingin sampaikan yaitu mengenai desain baju tempur Ziel Vechter terbaru. Desain yang sebulan kita rapatkan bersama akan dibatalkan. Kami akan mengganti desain baju tempur dengan yang baru, menyesuaikan pola turnamen untuk kedua babak. Desainnya tidak akan kami tunjukkan hari ini,” ia menggeleng pelan.
“Tumben sekali,” gumam Lin.
Ia melirik ke kanan dimana Prim menghela dan menggeleng-geleng. Biasanya orang-orang ini paling getol dan heboh saat membicarakan desain baju tempur. Pasalnya desain baju tempur dari atas sampai bawah seringkali dijadikan primadona merchandise resmi yang dijual ke para penggemar. Dijadikan action figure, digital figure untuk AI di kendaraan atau smart house, terutama sebagai ‘skin’ baru di game VR-nya.
Seorang berkepala botak berjas hitam menghampiri bangku mereka. Ia membisikkan sesuatu kepada Simone, lalu sang manajer mengangguk dan pria botak itu pergi.
“Tujuan turnamen kali ini agar nantinya selaras dengan game Virtual Reality Ziel Vechter versi terbaru. Tidak hanya pertarungan arena, tetapi juga mode survival di virtual open world. Jadi aku harap kalian bisa mempersiapkan diri untuk pola turnamen yang berbeda ini. Berlatih elemen baru dengan hati-hati dan tanggung jawab, juga siapkan alias untuk di arena nanti. Era baru Turnamen Global Ziel Vechter dimulai hari ini!” serunya.
Seisi ruangan bertepuk tangan. “Selamat malam, dan semoga tim terbaik menang!” pria itu menunduk singkat lalu melambai meninggalkan panggung, diikuti tepuk tangan terakhir seluruh peserta malam itu.
Pengaturan cahaya di aula berubah, seluruh ruangan disinari cahaya yang nyaman. Satu persatu, bangku per bangku ditinggalkan oleh semua peserta yang berpakaian serba hitam. Lin dan Aleksei hendak bangkit dari kursi, sudah mengangkat bokongnya.
“Kapten,” Simone memberi isyarat dengan tangannya pada Aleksei agar ia menahan diri tak beranjak dulu. Aleksei dan Lin agak bingung, lalu mengurungkan niatnya untuk bangkit. Mereka duduk kembali. Beberapa saat ruangan diwarnai lalu-lalang orang yang meninggalkan bangku dan menuju pintu keluar.
Sekitar lima hingga sepuluh menit menunggu, ruang aula menjadi cukup lengang. Pria botak tadi kini menghampiri mereka di bangku lantai dua. “Manajer Simone, mari ikuti saya, mereka akan menemui kalian,” katanya. Simone mengisyaratkan tangannya mengajak ketiga orang itu untuk mengikuti mereka yang kini merasa agak bingung.
***
Aleksei masih melipat kedua tangannya di depan dada sambil bersandar pada sofa panjang di ruangan itu. Matanya tertuju pada meja kopi di depannya, tertunduk. Pikirannya penuh sekali saat itu. Prim menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, merilekskan otot lehernya. Lin yang duduk di tengah diantara mereka berdua menyandarkan kepalanya ke sofa dan melihat langit-langit ruangan sesekali.
Mereka sudah melepas kacamata cyber-nya semenjak masuk ke ruangan itu. Empat kacamata cyber sudah berada di atas meja kopi. Sementara Simone berdiri memandangi jendela dengan pemandangan bulan yang begitu terang malam itu.
Lin mendengkus. “Kupikir kau akan lega karena turnamennya ditunda,” ucapnya pada Aleksei yang duduk di sebelah kirinya.
“Ya. Sejujurnya aku lega, tapi ...,” tangan kanannya mengelus dagunya yang mulus. “… kali ini selekseinya benar-benar berbeda, bertahan di alam liar,” gumamnya. “Aku memikirkan misi-misinya. Bisa saja kita harus berburu satu jenis kupu-kupu, atau jenis ikan tertentu,” lanjutnya. Kini ia menatap ke arah Lin, “itu artinya kau harus menyapu berhektar-hektar area hanya untuk menemukan satu spesies saja.”
Lin mengangguk pelan. Ia mulai memahami betapa menantangnya aturan kali ini. Kepalanya jadi membayangkan misi-misi yang mustahil. “Betul juga. Memikirkannya aku jadi cemas.”
“Ah, jangan dipikirkan,” ucap Prim sambil menyenderkan punggungnya dan melipat kakinya. “Justru yang paling penting adalah nanti bagaimana kita bertahan hidup di lingkungan ekstrim itu. Kita punya lima bulan untuk belajar bertahan hidup,” jelasnya.
Tangan Lin menepuk bahu Aleksei.
“Aku jadi kepikiran. Nanti bagaimana kita akan buang air di alam liar?” Aleksei terdiam sesaat, lalu tertawa kecil sambil mengangguk-angguk.
“Kau jangan tertawa. Kita harus pikirkan itu nanti!” tegur Lin.
Tantangan ini akan cukup menyulitkan. Mengingat bahwa teknologi saat ini sudah sangat maju, apa-apa serba mudah. Kelak mereka harus bertahan dengan menggunakan kedua tangannya.
Pintu ruangan terbuka seorang pria dan wanita nampak memasuki ruangan. Pria botak tadi ternyata berjaga di depan pintu. Ia terlihat membungkuk singkat ketika mereka berdua memasuki ruangan. Simone sudah membalikkan badannya, sementara ketiga anggota tim sudah menoleh ke arah mereka.
Kaget. Cepat-cepat mereka memberdirikan tubuhnya dari sofa lalu membungkuk sedikit. Pintu ruangan tertutup otomatis.
“Selamat malam,” ucap pria itu sambil tersenyum sedikit. Ia kemudian mengarahkan pandangannya pada Simone. “Manajer Simone, bisa kita bicara sebentar?”
Simone tampak menjadi satu-satunya orang yang tidak terlalu kaget di ruangan itu. Ia mengangguk, lalu memberi kode kepada Prim, melakukan kontak mata dengannya, untuk mendekat dan menghampiri mereka berdua. Seolah mereka memang sudah merencanakan ini sebelumnya.
Aleksei dan Lin masih merasa tidak percaya akan berada di ruangan yang sama dengan pria itu. Pria yang tampan, berwibawa, dan tinggi yang membuat mereka terkesiap. Terutama Aleksei, ia adalah penggemar berat pria berumur tiga puluh lima tahun itu.
ns 18.68.41.148da2