Roda mobil melaju di atas medan abu – abu, membawa awaknya dengan konstan dan tenang. Jendela sopir dibuka setengahnya. Beckey dengan rambut semi coklat kehitam - hitaman lurus sebahu, melambai – lambaikan dengan meriah saat kepalanya mendongak sedikit pada celah awak hitam sedan itu.
“Sudah kubilang berapa kali, kepalamu jangan dibegitukan, blimey! Grrrr! Tidakkah terpikirkan di otak kecilmu kau bawa dua penumpang?” wanita dengan kepala seperti bungkus permen mendongak ke arah yang berlawanan dengan geram.
“Oh ayolah, Gwen! Ini namanya menikmati hidup! Mobil baru, cuaca cerah, angin sepoi – sepoi. Bagian mana yang aneh dari hal itu? Benar bukan, Cake?” balasnya dengan abai dan santai.
Sementara penumpang di bagian belakang hanya diam saja. Duduknya bersandar, sementara kedua tangannya ditaruh di pangkuan paha, matanya dipejamkan seolah – olah memikirkan hal yang paling serius. Tetesan keringat sedikit terjatuh dari dahinya meskipun mobil itu ber-AC. Ia terlihat seperti satu – satunya orang yang paling intelektual diantara ketiga orang yang berada di awak sedan itu.
“Kau seperti psikopat, Beckey! Paling tidak korbanmu di belakang,” ia menoleh ke belakang sambil memberi tas kresek. “Kau sudah mulai?”
Wanita yang dipanggil Gwen itu mengulurkan tangannya bermaksud mengkasiani Cake. Namun Cake menyeka dengan cepat dan kasar, seakan merusak ketenangan pria yang sedang konsentrasi itu.
“Ja-jangan bercanda! Aku tidak seperti anak-“ katanya terpaksa berhenti lalu menutup mulutnya. Pipinya kembang kempis, sementara wajahnya lebih pucat membuat pria itu tidak punya pilihan lain selain mengambilnya.
“Oh, oh, mama tidak tahu kalau pria kecilnya sedang berjuang, fufufu,” nada Beckey mengejek.
“Tapi, aku tidak menyangka Cake bisa mabuk daratan,” sahut Gwen sedikit kecewa, sediki menghela nafas. Kata Gwen sambil memencet hidungnya agar terdengar seperi suara badut, “Well, well, mantan Scotland Yard loh, begini, begini! Kwakwawka!”
Dua wanita yang duduk di depan tertawa cukup keras, sementara pria itu sibuk mengatur nafasnya. Saat pipinya kembali mengembang, ia menggenggam tas kresek itu lagi. Untungnya setelah Beckey memberinya sebuah cairan aromaterapi dalam bentuk botol kecil yang kemudian dihirupnya dalam – dalam, keadaannya semakin membaik.
“Aku tidak akan pernah melupakan ini, ” pria yang dipanggil Cake itu mendengus, lalu segera menempelkan hidungnya di botol kecil itu.
Beckey segera menempatkan kepalanya kembali ke dalam mobil dan menutup jendela. Itu sedikit membuat Gwendoline lega.
“Saat kupikir aku mengizinkan Feline untuk berlibur yang ia setuju bahwa kalian menjagaku, tapi malah mengajakku berlibur, aku mulai menyesalinya,” tambahnya sambil menunjuk wajahnya sendiri. “Kau lihat? Ini wajah orang sakit dan membutuhkan perawatan, bukannya liburan!”
Raut muka kedua wanita yang tadinya agak terkikih – kikih itu menjadi agak bersalah.
“Maaf, Cake, kami sebenarnya tidak ada maksud. Masalahnya…,” Beckey menghela nafas dan menoleh ke kiri. “Gwen lupa kalau punya janji dengan temannya.”
“Huh? Teman?”
Gwendoline diam saja dan menatap jendela. Raut wajahnya sedikit cemberut.
“Well, seseorang yang mengenalku mengenalkan seseorang yang temannya meminta bantuanku. Pada akhirnya Nona Elton, malah menyuruh untuk datang ke Patterdale.” Katanya dengan enggan.
“Lalu karena itu di sebuah vila, maka kupikir itu adalah liburan!” nada Beckey bersemangat.
“Ah, ya terserah.”
Pada akhirnya Cake menguasai semua tempat duduk belakang. Ia meraih bantal berbentuk boneka beruang untuk dijadikan tumpuan kepalanya, kakinya diposisikan senyaman mungkin menyesuaikan tempat. Cake tidak terlalu menggubris, matanya mulai dipejamkan lagi, dan memanfaatkan kesempatan itu untuk sepenuhnya memulihkan kondisinya.
Suasana tenang dan sunyi seakan – akan tidak ada yang berani mengangkat mulutnya. Hingga mobil pun berhenti dengan rem yang halus. Cake pun menyadari sesuatu meski suasana sedang damai – damainya.
“Tunggu sebentar, seorang klien?!”
Kedua wanita itu diam dengan seribu alasan yang terlihat enggan diucapkan. Namun pria itu langsung beranjak duduk dari posisi nyamannya.
“Kenapa kau diam saja, Gwen?”
Saat wanita yang dipanggil Beckey mewakili penjelasannya, teknik jari manis Cake menutup mulutnya dan menyuruh untuk fokus menyetir.
“Well, Cake, apakah aku bilang seorang klien? Meskipun rekanku bilang ini adalah liburan?”
Ia menggeleng, “Setidaknya tidak secara lisan dan Beckey hanya mengatakan secara jujur apa yang ia pikirkan.” Nadanya seperti orang menagih hutang.
“Ini adalah pemaksaan berkedok liburan!”
Setelah itu semua, seisi mobil dipenuhi percekcokan yang membuat Beckey tidak nyaman. Sementara diantara kedua api yang sama – sama saling membakar itu, Gwen dan Cake hanyalah mendebat satu sama lain.
Tak lama kemudian, mobil sedan menaiki medan semi dataran tinggi. Kaca jendela menampilkan sapuan padang rumput hijau, pepohonan yang rimbun tapi tidak bergerombol sehingga tidak terlihat gelap, dan satu bangunan warna putih dua tingkat. Sedan itu berbelok dan mendekat ke bangunan tersebut. Mengikuti jalan yang memutar sehingga terlihat semua sisi tempat itu. Semakin mendekat, terlihat beberapa orang menunggu di depan pintu.
Mobil masuk pada garasi yang dari luar terlihat menyambung dengan vila tersebut. Lalu mereka turun dari sana. Garasi itu cukup gelap, dengan beberapa mobil berjejer. Cukup luas dan berbentuk kotak dari luarnya. Namun Cake sedikit penasaran, karena di dalam hanya menyisakan tempat berbentuk persegi panjang. Kira – kira seperempatnya dari luas kotak dari luar tadi.
Pintu itu dibuka, dan mereka keluar dari mobil. Untungnya api kemarahan dua manusia itu diredam, pasalnya Beckey mengingatkan Gwen untuk bersikap profesional.
Seseorang datang menghampiri mereka.
“Nona Pusscat! Nona Pussett! senang akhirnya anda semua datang!” tambahnya setelah saling bersalaman. “Anda sendiri?”
Cake sedikit melongo dengan wanita kaca mata hitam, bibir sedikit menor, dan dress mawar merah dengan aroma yang sejenis dihadapannya. Kedua tangan pria itu menjabat dengan segera.
“Enchanté, mademoiselle. Carmel Keymark. Panggil saya, Cake.”
Ia tersenyum manis, “Ah, Esme Elton senang bertemu dengan anda juga.”
Wanita iu diam sejenak, namun tangan Cake masih belum melepas tangan wanita itu.
“Anda tidak bilang punya kenalan orang perancis, Nona Pusscat?”
Beckey menjelaskan bahwa ada sesuatu hal yang tidak terduga. Ia menambahkan bahwa Cake adalah sepupu Pusscat yang sama cerdasnya.
“Orang ini hanyalah tambahan,” Gwen melepas tangan Cake dengan paksa. “Sebagai catatan, Cake bisa mempermainkan anda kapan saja.”
Wanita yang dipanggil Elton itu membalas bahwa pria yang dibawanya unik dan cukup seru. Itu seperti hadiah tambahan. Sementara Beckey menyadari wajah Cake yang mengejek Gwen dari belakang.
Berjalan keluar dari garasi, mereka menuju pintu vila yang masih terkunci. Sebuah Villa yang punya kesan minimalis dan sederhana. Daripada karakter moderen, futuristik dan megah, itu lebih menjual nilai klasik, nyaman dan menyegarkan. Wanita yang dipanggil Elton itu menjelaskan bahwa fondasi luar vila itu sebagian besar menggunakan kayu jati yang tahan lama. Itulah alasan mengapa vila itu sudah berdiri sangat lama dan hanya melalui renovasi kecil seperti pengecatan. Papan yang bertuliskan Zippouch Obsolete Houses.
Nona Elton, mengenalkan mereka pada beberapa orang yang berkumpul dan duduk menunggu pemilik memberikan kuncinya.
“Ikat kepala, brewok, dan baju yang terlihat seperti preman, adalah Deacon.”
“Hey Elton, itu tidak membantu,” ia mengedipkan salah satu matanya pada Beckey. “Deacon St. Eadberd, montir dan pemusik metal.”
Beckey hanya tersenyum ramah.
“Hentikan itu Deek! kau bisa membuatnya takut. Maksudku,” pria dengan potongan rambut rapi jas putih meminta jabat tangan. “Raymond Quill, seorang apoteker. Panggil saja Quill.”
Pria brewok itu mendorong ringan temannya itu.
“Hey, kau mendahuluiku sobat?”
Nona Elton melerai tingkah konyol dan memalukan itu.
Dua wanita lain terpikat dengan Gwen yang agak pendek dan seperti anak kecil, sementara satunya lebih tertarik mengobrol dengan Cake. Wanita berkaca mata dan penampilannya terlihat agak menyesakkan.
“Pippa Zouch,”
“Mademoiselle Zouch, teman – teman anda sangat baik dan akrab. Saya lega anda kembali berkumpul lagi.”
“Anda bisa menebak? Well, yeah setelah 15 tahun tidak berkumpul? Klub fotografi adalah salah satu yang fenomenal di era kami.” Kata wanita yang menggunakan sweeter putih dengan syal dan kacamata warna pink.
Cake sedikit tertawa kecil melihat Gwen yang masih dijahili oleh dua wanita.
“Ah, maafkan teman saya memang begitu. Iona Fernsby, rambut merah, bekerja di taman kanak – kanak. Sedangkan Honora Corbyn, yang rambutnya pendek, adalah bidan di rumah sakit ibu dan anak. Jadi maklumi saja kelakuan mereka.”
“Non, itu sudah sewajarnya. Anggap saja teman sendiri.”
Beberapa orang mulai mendengus, pasalnya mereka telah menunggu sekitar tiga puluh menit. Sementara waktu telah mendekati matahari terbenam. Tiba – tiba, sebuah mobil hitam porsche tua 356a, berhenti di hadapan mereka. Seseorang dengan dress victoria lengkap dengan topinya yang sedikit menutup wajahnya keluar dari mobil. Kulitnya putih pucat pasi, tubuhnya ramping, berjalan mendekati mereka sambil menjinjing krinolin yang agak lebar dan berlebihan itu. Memancarkan aura yang sedikit aneh. Itu terlihat wajar karena kedua pria yang mencoba mendekati Beckey tidak berani mendekat padanya.
“Siapa yang bertanggung jawab di antara kalian semua?” nadanya lembut sedikit melengking yang membuat suasana merinding.
Cake dalam hati berbisik bahwa ia tak berharap dipertemukan dengan scene horor.
ns 15.158.61.8da2