Sepuluh tahun sebelumnya
Indonesia
Jakarta
Di rumah pak Joko
Di ruang tengah..
"Ini undangan untuk Titah, karena kamu bisa melihat Titah untuk yang terakhir kalinya di hari pernikahan kamu dan Nisa, setelah itu kalian pindah ke Singapura", kata pak Joko.
"Tapi pak, Arfani sayang sama Titah, Arfani tidak bisa menyakiti Titah, pak", sambung Arfani.
"Bapak tidak mau tahu dan juga tidak mau dengar alasan kamu, kamu sekarang antar undangan pernikahan itu dan ucapkan salam perpisahan pada Titah", kata pak Joko.
"Iya pak, Titah maafkan saya, saya terpaksa melakukan ini", kata Arfani dengan terpaksa di dalam hati.
Di rumah pak Suyatno
Di depan rumah pak Suyatno..
"Assalamu'alaikum", Arfani memberikan salam pada mbah Sakiman.
"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman menjawab salam dari Arfani.
"Eh Arfani, Titah belum pulang kuliah", kata mbah Sakiman.
"Oh iya mbah, Arfani tunggu Titah pulang kuliah mbah", sambung Arfani.
"Oh ya sudah masuk yuk ke dalam rumah", kata mbah Sakiman.
"Iya mbah", sambung Arfani.
Di ruang tamu..
"Jo..", mbah Sakiman memanggil Paijo.
"Iya mbah, ada apa ?", tanya Paijo.
"Bikin minum untuk Arfani ya", jawab mbah Sakiman.
"Iya mbah, permisi", kata Paijo.
Di dapur..
"Loh mas jo, itu es sirup untuk siapa ?", tanya Jumiati.
"Mas Arfani, Jum", jawab Paijo.
"Oh..", kata Jumiati.
Di ruang tamu lagi..
"Permisi ini minum dan cemilannya, permisi saya mau lanjut lagi ke belakang", kata Paijo.
"Assalamu'alaikum ", Titah memberikan salam pada mbah Sakiman dan Arfani.
"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman dan Arfani menjawab salam dari Titah.
"Nah itu dia, Titah sudah pulang kuliah, oh iya diminum dulu Arfani", kata mbah Sakiman.
"Iya mbah Sakiman", sambung Arfani.
"Tumben mas langsung ke rumah biasanya ke kampus dulu baru ke rumah bersama Titah ?", tanya Titah.
"Iya mas Arfani mau ajak jalan kamu, mbah Sakiman bolehkan ?", tanya Arfani.
"Boleh, tapi pulangnya jangan malam-malam ya nanti bapakmu marah nak", jawab mbah Sakiman.
"Iya mbah, kalau begitu Titah mandi dan siap-siap dulu ya", kata Titah.
"Iya", sambung Arfani.
"Maafkan aku Titah, apakah saya bisa mengatakan pada Titah, kalau aku sudah dijodohkan oleh Nisa sahabatnya sendiri, karena perjodohan dan perjanjian ibuku dan ayah nya Nisa, apakah saya juga sanggup memberikan undangan pernikahan ini pada Titah", kata Arfani di dalam hati.
"Arfani", kata mbah Sakiman.
"Iya tah, maaf mbah Sakiman", sambung Arfani.
"Iya, kamu kenapa Arfani ?", tanya mbah Sakiman.
"Tidak apa-apa kok mbah Sakiman, cantik sekali sayang ku malam ini", kata Arfani.
"Terimakasih mas, yuk kita langsung jalan saja nanti keburu malam" sambung Titah.
"Oke, mbah pamit ya", kata Arfani.
"Mbah Sakiman, Titah juga pamit ya", sambung Titah.
"Iya hati-hati ya", kata mbah Sakiman.
"Iya mbah", sambung Arfani dan Titah.
"Assalamu'alaikum", Arfani dan Titah memberikan salam pada mbah Sakiman.
"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman menjawab salam dari Arfani dan Titah.
Di gang mawar
Di motor Arfani..
"Saya ingin membicarakan sesuatu padamu", kata Arfani.
"Apa itu mas ?", tanya Titah.
"Soal ini", jawab Arfani yang memberikan undangan pernikahan nya dengan Nisa pada Titah.
"Undangan pernikahan, kamu dan Nisa, maksudnya apa semua ini mas ?", tanya Titah.
"Sebelumnya mas minta maaf, sebenernya mas Arfani berat mengungkapkan soal ini sayang, mas itu dijodohkan dengan Nisa, karena almarhum ayah nya adalah rekan bisnis almarhumah ibu mas Arfani, mas minta maaf pada Titah hubungan kita sampai disini, mas harap kamu datang ya di hari pernikahan mas Arfani dan juga Nisa tiga hari lagi", jawab Arfani yang menceritakan semuanya pada Titah.
"Maksudnya mas, kita putus ?", tanya Titah.
"Dengan berat hati mas bilang iya, iya kita putus", jawab Arfani dengan terpaksa.
"Oke, baik mas Arfani, kita putus, Titah mau pulang saja ke rumah mas Fitroh turunkan Titah disini", kata Titah dengan menangis.
"Biar mas Arfani antar ya", sambung Arfani.
"Tidak perlu mas, Titah bisa sendiri kok dan pesan taksi online, berhenti mas", kata Titah masih dengan menangis.
"Tapi tah", sambung Arfani.
"Berhenti saya bilang mas", kata Titah masih dengan menangis.
Di rumah Fitroh
Di depan rumah Fitroh..
"Assalamu'alaikum mbak Safira, mas Fitroh", Titah memberikan salam pada Safira dan Fitroh.
Di ruang tengah..
"Wa'alaikumussalam", Safira dan Fitroh menjawab salam dari Titah.
"Siapa sayang ?", tanya Fitroh.
"Tidak tahu sayang, Safira buka ya", jawab Safira.
"Iya..", kata Fitroh.
Di depan rumah Fitroh lagi..
"Iya sebentar", kata Safira.
"Mbak Safira", kata Titah yang memeluk Safira dengan menangis.
"Titah, loh kamu kenapa dik kok nangis, sayang ?", tanya Safira.
Di ruang tengah lagi..
"Iya, ada apa ya ?, ke sana saja deh daripada penasaran", kata Fitroh.
Di depan rumah Fitroh lagi..
"Sayang", kata Safira.
"Iya sayang kenapa, loh kok Titah nangis sayang, kenapa kamu dik ?", tanya Fitroh.
"Tidak tahu sayang", jawab Safira.
"Ya sudah masuk yuk ke dalam, Dilla", kata Fitroh.
Di dapur..
"Pak Fitroh manggil saya, kompornya saya matikan dulu deh", kata Dilla.
Di ruang keluarga..
"Dilla", Fitroh memanggil Dilla.
"Iya pak", jawab Dilla.
"Tolong ambilkan minum untuk adik saya ya", kata Fitroh.
"Iya pak, permisi", sambung Dilla.
"Kamu kenapa dik ?", tanya Fitroh.
"Titah putus dari mas Arfani, mbak, mas", jawab Titah.
"Kamu ceritakan saja dik, mbak Safira dan mas Fitroh siap mendengarkan kok ya kan sayang ?", tanya Safira.
"Iya sayang, benar apa yang di bilang mbak Safira, dik ceritakan", jawab Fitroh.
"Jadi seperti mas, mbak..", kata Titah yang menceritakan semuanya pada Safira dan Fitroh.
**
Pada waktu itu..
Di gang mawar
Di motor Arfani..
"Saya ingin membicarakan sesuatu padamu", kata Arfani.
"Apa itu mas ?", tanya Titah.
"Soal ini", jawab Arfani yang memberikan undangan pernikahan nya dengan Nisa pada Titah.
"Undangan pernikahan, kamu dan Nisa, maksudnya apa semua ini mas ?", tanya Titah.
"Sebelumnya mas minta maaf, sebenernya mas Arfani berat mengungkapkan soal ini sayang, mas itu di jodohkan dengan Nisa, karena almarhum ayah nya adalah rekan bisnis almarhumah ibu mas Arfani, mas minta maaf pada Titah hubungan kita sampai disini, mas harap kamu datang ya di hari pernikahan mas Arfani dan juga Nisa tiga hari lagi", jawab Arfani yang menceritakan semuanya pada Titah.
“Maksudnya mas, kita putus ?”, tanya Titah.
"Dengan berat hati mas bilang iya, iya kita putus", jawab Arfani dengan terpaksa.
"Oke baik mas Arfani, kita putus, Titah mau pulang saja ke rumah mas Fitroh turunkan Titah disini", kata Titah sambil menangis.
"Biar mas Arfani antar ya", sambung Arfani.
"Tidak perlu mas, Titah bisa sendiri kok dan pesan taksi online, berhenti mas", kata Titah masih dengan menangis.
"Tapi tah", sambung Arfani.
"Berhenti saya bilang mas", kata Titah masih menangis.
**
Pada saat ini..
Di rumah Fitroh
Di ruang keluarga..
"Keterlaluan si Arfani itu, tidak bisa dibiarkan, saya akan balas dendam pada Arfani dengan cara menjodohkan Titah, ya salah satunya dengan cara menjodohkan Titah", kata Fitroh didalam hati.
ns 15.158.61.17da2