“Tok…. Tok….tok…tok…tok.. “ terdengar suara kentongan bakso yang dipukul dengan nada khas. Panjang sekali, pendek tiga kali dan diakhiri ketukan panjang satu kali. Semua orang di desa itu sudah hafal bunyi kentongan bakso seperti itu.
2284Please respect copyright.PENANAZF6e3gEei8
“Fit.. itu.. Bang Pajang sudah datang, katanya mau beli bakso..” kata seorang wanita muda pada temannya yang juga masih muda. Gadis yang disapa “Fit’ tadi melongokkan kepalanya , nama lengkapnya Nurfitriana. Sering disapa dengan sebutan Fitri. Usianya baru menginjak 20 tahun. Wajahnya cantik sekali dengan kulit putih bersih, wajahnya bulat dengan hidung mancung bermata hitam bening berkilat-kilat. Orang akan menyangka Fitri adalah seorang bintang sinetron kalau belum tahu. Rambutnya hitam legam sepunggung, dibiarkannya selalu tergerai, senantiasa melompat ke kiri dan ke kanan jika Fitri berjalan. Tidak heran kalau Fitri berada di dekat temannya, dia akan menjadi sangat menonjol, apalagi dengan temannya yang sekarang bersamanya, sangat jauh bedanya. Yang satu putih, yang satu agak hitam, yang satu cantik, yang satu tidak menarik. Untungnya Fitri bukan tipe gadis yang sombong dan pilih-pilih teman, mungkin itu yang membuatnya disukai di antara teman-temannya.
“Mana sih?” Fitri melongok ke arah suara kentongan. Dia berlari kecil ke luar pagar Asramanya. Fitri memang tinggal di Asrama. Sekolahnya mengharuskan itu. Kebetulan Fitri sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan di Tasikmalaya. Orang paling senang melihat Fitri memakai seragam perawatnya yang serba putih, itu membuat tubuhnya jadi terlihat makin putih.
2284Please respect copyright.PENANA4ml4v4t7lL
“Itu, di ujung jalan,” temannya yang menyusul di belakang menjawab sambil menunjuk. Sebuah gerobak bakso kecil berwarna biru kusam berjalan mendekat dari arah ujung jalan dan makin-lama makin mendekat. Tukang baksonya bernama Pajang, orangnya sudah berumur sekitar 40 sampai 50 an, rambutnya sudah memutih sebagian, sementara kumis dan janggutnya yang juga memutih terlihat tidak terawat, kalau saja dia tidak berdagang bakso, orang mungkin akan mengira dia orang gila kerena suka tersenyum-senyum sendiri.
2284Please respect copyright.PENANAVq55Nf4gOY
“Eh, Non Fitri,” Pajang mengembangkan senyumnya saat bertemu dengan Fitri, sebaris gigi kuning kehitaman terlihat berbaris di balik bibirnya yang tebal, wajahnya yang kotor tidak terawat berusaha tersenyum, tapi yang ada justru sebuah seringai mengerikan.
2284Please respect copyright.PENANAMzoxsmw76a
image
2284Please respect copyright.PENANADWBS1jeBa2
image
2284Please respect copyright.PENANAImTt0ipIYo
“Eh.. iya Bang..” Fitri berusaha ramah dan membalas senyum Pajang.
2284Please respect copyright.PENANAkvmNh992z6
“Yang biasa Non?” tanya Pajang dengan nada aneh, seperti ramah yang dipaksakan. Dengan gerakan terburu-buru Pajang menyiapkan Bakso yang dipesan.
2284Please respect copyright.PENANAFnietWhis2
“Kok nggak kuliah Non?” tanya Pajang di tengah kesibukannya. “Memang lagi libur ya?”
2284Please respect copyright.PENANA2FSbBKOtxs
“Eh..” Fitri terkaget sesaat. Dalam pikirannya dari mana Pajang tahu kesibukannya. “Iya Bang, lagi libur. Besok baru masuk lagi.”
2284Please respect copyright.PENANAD0HpUMMKWR
“Biasanya Non kalau libur kan jalan-jalan, sama siapa.. yang sering ke sini pakai motor RX King itu..?” Pajang bertanya lagi. Fitri teringat ke Ivan, pemuda yang sering mengunjunginya, meskipun bukan pacarnya, tapi Fitri memang suka pada Ivan.
2284Please respect copyright.PENANAGhIIOXF4O8
“Memangnya Abang kenal dia?” tanya Fitri sambil tersenyum.
2284Please respect copyright.PENANAo5DlXek5PN
“Ya.. dia kan juga sering beli bakso saya Non..” Pajang menjawab canggung. Kemudian menyerahkan semanguk bakso yang mengepulkan uap panas ke tangan Fitri, tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan Fitri yang halus. Sesaat entah kenapa badan Pajang meremang, dia belum pernah merasakan kelembutan tangan gadis secantik Fitri. Kaget kerana ada yang meraba tangannya, secara refleks Fitri menarik tangannya membuat pegangannya pada mangkuk bakso goyah, sebagian kuah bakso yang panas tumpah menyiram tangan Pajang, membuatnya meringis kesakitan sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
2284Please respect copyright.PENANAUBmLKsiwvf
image
2284Please respect copyright.PENANADJkOQLj36l
“Aduh, maaf Bang, sa.. saya tidak sengaja..” Fitri gugup setengah mati, kekagetannya saat tangannya diraba oleh Pajang sekarang berubah menjadi kepanikan kecil. Dengan spontan karena naluri sebagai perawat, Fitri langsung menyerahkan mangkuk baksonya pada temannya, dia lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya, dengan cekatan Fitri mengelap tangan Pajang yang tersiram kuah panas.
“Nggak apa-apa..” kata Fitri, rasa paniknya berkurang dengan sendirinya melihat tangan Pajang tidak terluka atau melepuh. Semula Fitri takut Pajang akan marah, tapi ternyata tidak, Pajang hanya diam saja, bahkan tidak berkata apa-apa sampai Fitri selesai makan bakso.
2284Please respect copyright.PENANA8zqr2FlXBc
Bagi Fitri, kejadian itu dengan mudah bisa dilupakannya, tapi tidak bagi Pajang. Kejadian itu sangat membekas di hatinya. Selama berhari-hari wajah Fitri selalu berada di dalam pikiran Pajang, seolah menari-nari di depan matanya. Dan perlahan-lahan segala pikiran itu berkembang menjadi sebuah perasaan aneh dalam diri Pajang. Perasaan yang menyimpang yang membuatnya ingin memiliki Fitri. Dan perasaan itu berkembang bagaikan makhluk buas yang mencabik-cabik dirinya dari dalam, membuatnya lupa pada keadaan dirinya, membuatnya lupa pada istri dan empat anaknya yang ditinggal di kota asalnya. Dan bila sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya pada Fitri, dia melampiaskannya dengan beronani sambil membayangkan dirinya sedang menyetubuhi Fitri. Tapi Pajang selalu bersikap biasa jika bertemu dengan Fitri, dan Fitripun selalu bersikap ramah padanya. Hal ini yang membuat keinginan Pajang untuk memiliki Fitri makin kuat. Pajang sudah salah mengartikan keramahan dan kebaikan Fitri.
2284Please respect copyright.PENANA4kifrolusC
Keinginan menyimpang dari dalam diri Pajang itu membuatnya malu setiap kali bertemu Fitri, bagaimanapun dia sadar dirinya terlalu jauh jika dibandingkan dengan Fitri. Fitri seorang gadis yang sangat cantik dan masih sangat belia, sementara dirinya sudah tua dan berwajah jelek. Tapi keinginan itu sangat kuat menyerang dirinya, cukup kuat untuk mendesaknya melakukan perbuatan terkutuk, dia berusaha mengguna-gunai Fitri. Dan didorong oleh keinginan yang menggebu-gebu itulah maka Pajang memberanikan diri pergi menemui dukun yang selama ini dia percayai. Pajang memang sering berkunjung ke dukun itu, terutama jika berhubungan dengan penglarisan dagangan baksonya.
2284Please respect copyright.PENANATTPn1xYL9t
Rumah dukun itu terpencil di pinggiran kota, dikelilingi oleh hutan yang cukup lebat. Butuh waktu satu jam jalan kaki jika ingin bertemu dukun itu karena rumahnya tidak bisa dijangkau oleh kendaraan. Rumah itu sendiri tidak seberapa besar, bahkan bisa dibilang kecil. Sebuah rumah kayu berkesan kumuh dan hampir rusak. Kayu-kayunya sudah usang dan dimakan rayap, semantara sebagian gentingnya juga sudah pecah, ditambal oleh potongan asbes gelombang. Begitu masuk ke rumah itu, perasaan yang muncul adalah keseraman yang luar biasa. Dinding rumah yang tidak seberapa itu dipenuhi oleh tengkorak-tengkorak binatang, bahkan Pajang melihat ada beberapa tengkorak manusia terselip di sela-selanya. Keseraman makin terasa saat masuk ke ruangan dukun yang didominasi warna hitam. Ruangan tanpa jendela itu dipenuhi asap kemenyan yang membuat siapapun yang masih waras akan mabuk mencium baunya. Pajang melihat dukun itu duduk menghadapi sebuah meja pendek yang dipenuhi oleh sesaji, dupa dan benda-benda logam yang kemungkinan adalah jimat sementara di dinding sebelah kanan dan kirinya terdapat rak-rak kayu berisi puluhan kuali dan botol botol porselen yang ditutup kain berwarna merah.
“Kembali lagi rupanya,” dukun itu berujar dengan suara berat. Dia memakai semacam jubah berwarna hitam yang terkesan kedodoran. Rambutnya gondrong menjela-jela di antara bahunya. Kumis dan jenggotnya yang sebagian sudah memutih dibiarkan memanjang dan tidak terawat. Matanya nanar menatap Pajang yang berlutut ketakutan, bagian bawah matanya yang mengantung dan keriput berkedut-kedut saat menatap Pajang. Wajahnya yang tua terkesan seram ditimpa nyala lampu minyak di dekatnya, satu-satunya penerangan yang ada di situ.
2284Please respect copyright.PENANAInQUkW406w
“I.. iya.. Mbah..” Pajang menjawab gemetar, badannya seolah menciut seukuran botol saat mata si dukun menatapnya dengan tajam.
2284Please respect copyright.PENANAL8y1TAMQCl
“Ini bukan urusan jualanmu kan?” si dukun menebak jitu, membuat Pajang mengangguk penuh takzim,mengagumi kehebatannya.
2284Please respect copyright.PENANA85dux2MUW9
“Urusan apa? Apa kamu tidak malu datang ke sini lagi? Yang dulu saja kamu belum bisa membayar, kan?” si dukun bertanya ketus. Pajang merasa mengerut lagi. Urusan penglarisannya yang dulu memang belum dia bayar karena tidak mampu, tapi kali ini Pajang sudah merencanakan sesuatu.
2284Please respect copyright.PENANAkrjuA5PIVm
“Saya pasti akan bayar Mbah..” Pajang terbata-bata. “Tapi saya tidak membayar dengan uang.”
2284Please respect copyright.PENANAoBnOB972Bo
“Lalu dengan apa?” suara si dukun menggedor jantung Pajang, membuatnya pucat ketakutan. Pajang merogoh saku bajunya dengan gemetar dan menyerahkan sesuatu pada si dukun. Si dukun menerima pemberian Pajang lalu diamatinya sebentar.
2284Please respect copyright.PENANAOCGj1iwO84
“Kamu mau membayarku dengan dia?” tanya si dukun, tapi kali ini suaranya melunak. Dikembalikannya pemberian Pajang, Pajang mengamatinya sejenak. Ternyata itu adalah foto Fitri yang sedang tersenyum manis sekali. Foto itu dicurinya dari dompet Fitri saat tertinggal di gerobaknya.
2284Please respect copyright.PENANAjm2SBKmlAw
“Jadi kamu mau mengguna-gunai dia ..?” si dukun menebak lagi. Pajang mengangguk, sekali lagi dengan penuh ketakziman. Si dukun kemudian menanyakan tanggal dan hari kelahiran Fitri, Pajang langsung menyebutnya dengan lancar karena Pajang juga pernah melihat KTP Fitri. Si dukun mengangguk-angguk sesaat, lalu dia mulai merapal mantra-mantra sambil menghitung-hitung sesuatu dengan jari-jari tangannya.
2284Please respect copyright.PENANAkDfPMeATk7
“Sulit Pajang..” si dukun berujar setelah diam beberapa lama. Ajang terlihat kecewa.
2284Please respect copyright.PENANAt1yVTDJKUe
“Tapi jika kamu berhasil, maka dia akan menjadi milikmu selamanya.” Si dukun melanjutkan, membuat Pajang kembali lega. “Tapi syaratnya sangat sulit.”
2284Please respect copyright.PENANA1PZhmwZdGT
“Saya akan kerjakan Mbah, sesulit apapun akan saya kerjakan.” Pajang berujar mantap.
2284Please respect copyright.PENANAQbCQIpcuJw
“Syaratnya, pertama kamu harus puasa mutih tujuh hari tujuh malam tanpa putus dimulai pada hari dan weton kelahirannya, lalu kamu berikan ini padanya.” Si dukun cabul itu memberi Pajang semacam cairan yang dikemas dalam botol kecil berwarna hijau.
2284Please respect copyright.PENANAMzRs5PYtlP
“U.. untuk apa Mbah..?” Pajang merasa bingung.
2284Please respect copyright.PENANA0IHIRq0RNP
“Itu ramuan pemikat, tolol,” si dukun membentak.
2284Please respect copyright.PENANA5ytC8oCvCr
“Kamu pikir cukup hanya mantra dan jampi-jampi saja? Pastikan dia meminum cairan itu dan bukan orang lain, kalau tidak, risikonya kamu tanggung sendiri.”
2284Please respect copyright.PENANArmqFgbrj1N
Pajang mengangguk mengerti. Hatinya terasa lebih riang sehingga seolah dia bisa mengambang satu setengah meter di udara saat berjalan pulang. Otaknya segera penuh dengan rencana. Dan pada satu kesempatan, ketika Fitri membeli bakso darinya Pajang dengan gesit memasukkan cairan ramuan pemikat dari dukun ke dalam mangkuk bakso Fitri, dan dengan harap-harap cemas Pajang melihat bagaimana Fitri dengan lahap menghabiskan baksonya.
2284Please respect copyright.PENANAfpL4RhU4TU
Pajangpun melakukan ritual yang diperintahkan si dukun. Dan tepat pada malam yang ditentukan, Pajang mulai melancarkan mantra pengasihan yang didapatnya. Sambil membakar kemenyan, Pajang mulai membayangkan wajah Fitri. Dengan mulut berkomat-kamit dia memanggil nama Fiti sambil terus melancarkan mantra pengasihannya. Di tempat lain, Fitri yang sedang tidur mendadak menjadi gelisah, hawa di sekitarnya seolah bertambah panas mambuat sekujur badannya berkeringat. Nafasnya perlahan-lahan memburu dan terengah-engah. Di dalam tubuhnya seolah meledak sebuah dorongan aneh yang membuat nafsu birahinya meledak, seperti ada binatang buas yang mencabik-cabik tubuhnya dari dalam. Dalam tidurnya, Fitri bermimpi seolah dirinya sedang bercumbu dengan Pajang. Fitri tidak tahan melawan dorongan birahi gaib itu, dia akhirnya melepas semua pakaiannya sehingga dia terbaring telanjang bulat di ranjang.
2284Please respect copyright.PENANAiWz3K7o6as
image
2284Please respect copyright.PENANAk2ACvhzYyA
Fitri lalu mulai meremas-remas payudaranya sendiri dengan ganas sambil merintih-rintih penuh kenikmatan sambil sesekali memencet puting susunya sendiri, tangannya kemudian beralih ke selangkangannya dan mengelus-elus gundukan vaginanya sambil sesekali jari-jarinya mengaduk-aduk liang vaginanya. Persetubuhan gaib antara Fitri dan Pajang berakhir setelah Fitri mengalami orgasme, Fitri mengejang sambil merintih penuh kenikmatan, dari vaginanya mengucur cairan kewanitaan sampai akhirnya tubuhnya kembali melemas dan terbaring terengah-engah di ranjang bersimbah keringat. Di tempat lain Pajangpun merasakan kenikmatan yang sama dan akhirnya berejakulasi dengan menyemprotkan spermanya.
2284Please respect copyright.PENANAJJpk52DQwC
Sejak malam itu, perhatian Fitri terhadap Pajang berubah
2284Please respect copyright.PENANAc4PyCAgU2h
sama sekali. Fitri mulai terang-terangan memperlihatkan kesukaannya pada Pajang, Fitri bahkan berani menanyakan rumah Pajang dan berjanji akan mengunjunginya. Beberapa malam terakhir Fitri selalu memimpikan hal yang sama yaitu melakukan persetubuhan dengan Pajang. Hal itu yang kemudian membuat Fitri terus-menerus terbayang-bayangi oleh Pajang. Di mata Fitri sekarang Pajang bukan lagi pria tua buruk rupa tapi sudah menjelma bak pangeran dalam dongeng. Di mata Fitri sekarang Pajang adalah seorang pemuda gagah dan tampan yang senantiasa menggoda matanya, pengaruh mantra pengasihan yang diberikan si dukun benar-benar merasuki jiwa Fitri. Sementara Pajang sendiri tiap malam selalu melancarkan mantra pengasihannya pada Fitri untuk melakukan persetubuhan gaibnya dengan Fitri, Pajangpun selalu menunggu kapan dirinya bisa benar-benar menikmati tubuh Fitri. Dan akhirnya saat itupun datang juga.
2284Please respect copyright.PENANAzw7G209ZqQ
image
2284Please respect copyright.PENANAHZqAwvKWKg
Sore itu, malam Minggu tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kontrakan Pajang. Dengan tergesa-gesa Pajang membuka pintunya. Betapa kaget dan gembiranya dia ketika melihat bidadari yang selama ini diimpikannya sekarang berdiri di depan pintu rumahnya.
2284Please respect copyright.PENANANHaG2ARNLx
“Eh.. Dik Fitri..” Pajang tersenyum antara gembira dan bingung. Dengan canggung Pajang mempersilakan Fitri masuk. Fitri dengan gerakan canggung mengikuti saja ajakan Pajang. Pajang merasa mendapat kesempatan dan hal ini tidak disia-siakannya. Setelah ganti baju, Pajang mengajaknya ngobrol tentang segala hal yang isa diobrolkan.
2284Please respect copyright.PENANAeApC4jUcqb
“Dik Fitri cantik banget ya hari ini” kata Pajang memuji.
2284Please respect copyright.PENANARiOFnRFHrN
“Ah, Bang Pajang bisa aja,” kata Fitri sambil tersipu malu.
2284Please respect copyright.PENANAuQm8OOdqrL
“Eh beneran lho… kamu cantik banget.. kamu mau nggak jadi pacar Abang,” ujar Pajang dengan lugu dan spontan.
2284Please respect copyright.PENANA8Xp0ONm0RF
image
2284Please respect copyright.PENANAHDPyNhADGJ
Semula Fitri hanya diam mendengar pertanyaan itu, saat itu Pajang mulai melancarkan mantra pengasihannya pada Fitri, dan Fitri akhirnya mengangguk. Melihat hal itu, Pajang bagai mendapat durian runtuh, seketika dia langsung memegang tangan Fitri, Fitri tidak menunjukkan perlawanan apa-apa karena sudah terpengaruh oleh mantra pengasihan Pajang. Lalu karena mendapat angin, Pajang mulai berani mencium bibir Fitri yang merah merekah itu. Dengan gerakan kasar dan rakus, Pajang melumat bibir Fitri penuh nafsu. Perlahan lidah Pajang mulai bergeliat di dalam mulut Fitri. Awalnya Fitri tidak merespon, tapi akhirnya lidahnya pun akhirnya membalas serangan-serangan lidah Pajang di dalam mulutnya secara serasi. Pajang melumat bibir Fitri yang tipis dan merah itu kira-kira hampir 5 menit dengan penuh gairah. Baru pertama kali inilah Pajang merasakan kenikmatan ciuman wanita yang menggairahkan yang tidak pernah didapatnya dari istrinya.
2284Please respect copyright.PENANAkmVGxqWbF5
“Dik…, kita pindah aja yuk! jangan disini, nggak leluasa,” kata Pajang seakan-akan dia ingin mengajak Fitri melakukan hal lain selain berciuman.
2284Please respect copyright.PENANAMdIRd1pTJ7
“Pindah kemana?” kata Fitri.
2284Please respect copyright.PENANA6OLQNYtlGV
“Kita ke dalam aja,” jawab Pajang sambil menggandeng tangan Fitri. Dia kemudian mengunci pintu kontrakannya dan menggandeng Fitri masuk ke sebelah dalam. Di situ terdapat ranjang rendah berlapis kasur busa usang dengan kain seprai yang sama usangnya. Pikiran Pajang mulai tidak karuan bercampur nafsu ketika melihat Fitri tidak bereaksi apa-apa saat diajak ke dalam kamarnya.
2284Please respect copyright.PENANAapAj34hkR8
Sesampainya kami di kamar, adegan kami berciuman kembali terulang, tak hanya itu, sewaktu mereka berciuman kedua tangan Pajangpun beraksi terhadap tubuh Fitri, awalnya Pajang hanya meraba tubuhnya, tapi akhirnya Pajang mulai meremas-remas payudara Fitri yang masih terbalut pakaian.
2284Please respect copyright.PENANA3dRv5UYrAW
image
2284Please respect copyright.PENANAqMDtXbw6GX
“..Ohh.. Fitri sudah lama aku tidak bergaul dengan wanita secantik dirimu..” Pajang mulai meracau di tengah gejolak seksualnya yang kian menggebu. “seandainya kau bersedia, ingin rasanya aku menyetubuhimu… akan kuberikan kepuasan yang kau dambakan..”
2284Please respect copyright.PENANADb6NqO7tLu
Fitri yang sudah dirasuki matra pengasihan hanya bisa mengangguk pasrah, apalagi Pajang juga dengan buas terus-menerus menciumi dan mencumbui Fitri membuat dorongan birahi dalam diri Fitri ikut meledak, nafsu birahinya semakin menjadi jadi. Vaginanya berdenyut-denyut menahan dorongan seksualnya yang menggebu. Satu-satunya keinginannya sekarang adalah bagaimana bisa memuaskan hasrat seksualnya. Tanpa sadar Fitri mulai melepaskan bajunya satu-persatu bahkan sekaligus melepaskan BH dan celana dalamnya tanpa diminta.
2284Please respect copyright.PENANA2jK4jwFaOL
2284Please respect copyright.PENANAjogP6SkHei