Tokoh kita kali ini adalah Sarah. Gadis muda yang dikaruniai wajah jelita. Usianya baru 22 tahun saat dia menikah. Heru, suaminya kini, melamarnya setelah 2 tahun memacarinya. Bagi sebagian orang terutama kalangan modern penghuni kota besar, usia itu jelas dipandang terlalu muda buat menikah. Sarah sendiri menyadari hal itu. Teman-temannya saat itu juga banyak yang mengkritik, “Buru-buru amat lo Sar, ga pingin meniti karir dulu?”, “Beneran lo dah mantep sama si Heru?”, “Kuliah lo gimana Sar?”, dan banyak lagi kata-kata semacam itu dari teman-temannya, tak terkecuali dari orang tuanya sendiri. Tapi Sarah tak bergeming. Usia Sarah terpaut 6 tahun dengan Heru yang saat itu 28 tahun. Sebenarnya di usia itu Heru telah menjadi seorang eksekutif muda yang sukses, jadi masalah ekonomi sudah bukan masalah bagi keluarga baru mereka kelak. Tapi, di samping masalah ekonomi itu, Sarah punya alasan lain mengapa ia langsung menerima saat Heru melamarnya. Sepanjang 2 tahun berpacaran dengan Heru, mereka telah terbiasa dengan hubungan seks yang bebas. Sarah sendiri memang sudah terbiasa dengan pergaulan bebas sejak duduk di bangku SMA. Sebelum berpacaran dengan Heru, dia menghitung sudah 5 pria yang pernah bersetubuh dengannya. Tidak semuanya pacar, hanya 2 orang yang pernah benar-benar berpacaran dengannya, 3 lainnya hanya teman, bahkan salah satunya hanya hubungan one night stand. Jadi heru adalah laki-laki keenam yang hadir dalam kehidupan bebas Sarah. Diam-diam, saat itu Sarah yang benar-benar mencintai Heru sempat berpikiran bahwa Heru harus menjadi laki-laki terakhirnya. Sebenarnya saat berpacaran dengannya pun Sarah beberapa kali menjalin hubungan persetubuhan dengan seorang mantan pacarnya. Orang bilang itu selingkuh, tapi bagi Sarah sendiri, dia melakukannya hanya untuk bersenang-senang karna dia memang sudah terbiasa melakukan itu. Mantan pacarnya itu pun sudah mempunyai pacar yang lain lagi. Jadi, Sarah tetap mencintai Heru yang dia pandang sudah mapan, lebih dewasa, dan secara penampilan, bagi Sarah Heru itu paling tampan dibanding lainnya.30166Please respect copyright.PENANAgwuV56TAm3
30166Please respect copyright.PENANAkb6Z16Co93
Selama menikah Sarah bersyukur memiliki Heru dan tak ingin kehilangan dia. Tapi dasar kelakuannya itu sudah susah dirubah, kadang dia pun memaki dirinya sendiri yang terlalu ‘kegatelan’. Sarah tidak berdaya dan kembali jatuh ke dalam hubungan persetubuhan dengan laki-laki lain lagi yang baru dia kenal. Anton, namanya. Mahasiswa tingkat dua, penghuni baru kos sebelah. Anton ini ini memang terkenal playboy. Penjahat kelamin sejati. Wajahnya memang cukup ganteng, pacarnya barangkali ada selusin lebih. Tapi, sekali lagi, hubungan Sarah dengannya juga sebatas bersenang-senang. Anton dan Sarah sama-sama tahu keliaran masing-masing. Anton tahu bahwa Sarah tahu tentang keplayboy-annya. Jadi hubungan mereka benar-benar tanpa ada embel-embel cinta dan tuntutan apapun. Semuanya murni nafsu. Celakanya, karna Anton itu tetangga kos Sarah, maka hubungan persetubuhan mereka pun intensitasnya mulai melebihi hubungan Sarah dengan Heru yang berjarak cukup jauh darinya. Apalagi ditambah dengan kesibukannya gara-gara karirnya yang memang sedang menanjak. Sungguh Sarah benar-benar lemah kalau soal godaan seks ini. Walhasil, sudah 7 laki-laki pernah mengisi kehidupan liar Sarah saat itu. Angka 6 yang dianggapnya lebih dari cukup, ternyata tidak bertahan lama. Tapi bagaimanapun Sarah berpikir, hatinya tetap milik Heru, sang laki-laki keenam. Itulah sebabnya dia langsung menerima lamaran Heru saat itu. Bahkan Sarah meminta Heru untuk mempercepat pernikahan mereka. Heru yang baru dapat promosi senang saja waktu itu tanpa ada kecurigaan apapun. Sarah sendiri juga merasa tulus, hubungannya dengan laki-laki lain tidak pernah dianggapnya sebagai penghianatan, walau tentu saja tetap dirahasiakan dari Heru. Sarah benar-benar berharap dengan status barunya sebagai seorang istri bisa meredam gejolak liarnya, dan juga menghalangi orang untuk menggoda dirinya yang memang berwajah di atas rata-rata itu.30166Please respect copyright.PENANAcEpjNJg8UC
30166Please respect copyright.PENANAIziuljTeke
Kalau saja niat Sarah yang tulus itu benar-benar bisa berjalan lancar tentu cerita ini tidak akan pernah ada. Yah, apa daya, walau dia telah menikah, Anton tetap saja kerap mengunjunginya. Sarah juga tak kuasa menolaknya. Suatu ketika dengan perasaan was-was, Sarah mengingatkan pada Anton, “Ingat Ton, jangan ada cinta! Hatiku tetap milik mas Heru!” Dia khawatir Anton yang tak berhenti mengunjunginya itu gara-gara diam-diam menaruh cinta padanya. Tapi kekhawatirannya agaknya tak terbukti. “Tenang mbak, siapa sih yang tidak senang bisa berhubungan dengan wanita secantik mbak tanpa ada tuntutan tanggungjawab apapun?” Jawabnya terkekeh, “Aku juga masih muda, semua ini kita lakukan just for fun kan? Aku masih sadar dan merasa beruntung dengan itu.” Anton menegaskan pada Sarah untuk tidak khawatir dengan perasaannya. Kurang ajar juga, pikir Sarah, tapi Sarah sendiri pun sudah terbiasa menikmati hubungan semacam itu. Dia pun mencoba menunjukkan sikap tidak tersinggung dengan itu. Kadang dalam hati saat sedang merenung Sarah kerap berapologi membela diri sendiri. “Suamiku sudah sangat sibuk di kantornya. Dia berangkat kerja pagi jam 7 dan pulang ke rumah jam 7 malamnya. Itu kalau tidak lembur. Apalagi tidak jarang juga di akhir pekan dia ada tugas keluar kota,” gumamnya dalam hati. “Walau memang hal itu sama sekali tidak mengurangi kemesraan kami sih… Saat ada di rumah, mas Heru agaknya tahu bagaimana memanfaatkan waktu yang tidak lama itu untuk habis-habisan bercumbu denganku. Aku pun merasa senang dengan hal itu. Hubungan sex-ku dengan suamiku tetap mesra, panas, dan baik-baik saja. Yang menjadi masalah mungkin hanya ‘kurang sering’ saja,” pikirnya lebih lanjut. “Agaknya libidoku ini terlalu tinggi…” Keluhnya.30166Please respect copyright.PENANApwT7pxJAoX
30166Please respect copyright.PENANARnRu2Pitrz
#############30166Please respect copyright.PENANAvovB2qp2DL
30166Please respect copyright.PENANAy0YGPZMzMQ
A PIECE OF BAMBANG30166Please respect copyright.PENANApUvX5lwbPK
30166Please respect copyright.PENANAn2hok40eJn
Namun, belakangan Sarah mulai menyadari bahwa masalahnya bukan hanya itu. Otak nakalnya mulai menyatakan; “beda ‘batang’, beda rasa dan beda sensasi”. Sarah mulai memahami hal itu saat dia tak kuasa menerima laki-laki lain lagi selain Anton masuk ke dalam kehidupan seks-nya. Gila, 2 pria sudah yang diajaknya berselingkuh. Dialah Bambang, teman Heru -suaminya sendiri- saat kuliah. Nasibnya tidak seberuntung Heru. Pekerjaan dan penghasilannya biasa-biasa saja. Dia seorang salesman yang kerjaannya keliling. Karna itulah dia sering sempat mampir ke rumah di tengah hari. Sarah yang sudah kenal Bambang lama sebagai teman Heru baik-baik saja menerima dia. Bambang selalu curhat pada Sarah tentang pekerjaannya. Keakraban mereka yang memang sudah lama membuat perselingkuhan terjadi tanpa membutuhkan waktu lama. Hanya dalam kunjungan ketiga, Bambang sudah berakhir di ranjang Sarah. Bambang memang supel dan humoris, Sarah merasa sangat nyaman dan terhibur ngobrol dengannya. Yah, begitulah… Di tengah hubungan gelapnya dengan Anton dan ditambah lagi Bambang, Sarah mulai berpikir, “Beginilah diriku… Aku memang binal, i just can’t help it…” Bahkan hubungan suami istri antara dia dengan suaminya yang masih harmonis dan saling mencintai, malah menjadi pembenaran baginya dalam melakukan hubungan gelap itu. “Yang penting aku tetap cinta dengan suamiku, dan tidak sekali-kali hatiku beralih ke laki-laki lain. Hubunganku dengan Anton dan Bambang tidak akan merusak dan tidak membahayakan!” Begitu pikirnya mencari pembenaran yang tentu saja terbalik logikanya. Yah namanya juga pembenaran. Plesetan kata ‘selingkuh’, yakni ‘selingan indah keluarga tetap utuh’ benar-benar terjadi pada kasus Sarah ini. Yah setidaknya begitulah so far…30166Please respect copyright.PENANAUOS1IwD8RZ
30166Please respect copyright.PENANA6zxtfJh7MR
Sejujurnya, berbeda dengan Anton dan apalagi suaminya, wajah Bambang bisa dikatakan jauh di bawah mereka alias jelek. Sarah sendiri merasa heran bagaimana dia bisa berakhir di ranjang dengan orang seperti Bambang. Semuanya mengalir begitu saja saat itu. Maybe it was just the right time and the right place…? Sarah juga tidak berpikir panjang, dan karna ternyata Bambang sama sekali tidak ‘mengecewakan’ dalam hal bercinta, Sarah pun tidak mengeluh. Bahkan, Bambang bisa dikatakan mengalahkan Anton yang playboy itu dalam hal memuaskan dirinya, kalau dibandingkan dengan Heru yang lebih jarang menggauli dirinya, apalagi. Hanya saja kalau dipikir-pikir di malam hari, mengenang-ngenang persetubuhan dengan Bambang yang buruk rupa itu di siang harinya, Sarah tersenyum kecut sendiri dibuatnya. Tapi pada akhirnya dia malah sering merasa geli sendiri dengan hal itu. “Ahh sudahlah…” pikirnya.30166Please respect copyright.PENANATyPxz3P8A1
30166Please respect copyright.PENANA1eIgjJEYsK
#############30166Please respect copyright.PENANAcfo0WYRuBZ
30166Please respect copyright.PENANAWH3kAeXpV6
TEJO THE NEPHEW30166Please respect copyright.PENANAu8iJPKNAdu
30166Please respect copyright.PENANAuZhLoLuQzA
Bagaimanapun, hubungan gelap Sarah itu harus terhenti ketika ia mulai hamil. Anton dan Bambang juga tahu diri. Walau begitu, sebagai teman, mereka kadang tetap mengunjungi Sarah tanpa mengharapkan seks. Sarah senang mereka begitu. Kehamilannya ini tidak mengurangi kesibukan Heru, jadi sering sekali dia membutuhkan teman di siang hari saat Heru bekerja.30166Please respect copyright.PENANAN3ZesIsm1e
30166Please respect copyright.PENANAk0yvarNGlp
Saat itu hadirlah seorang laki-laki lain dalam kehidupan Sarah. Dialah Tejo, keponakannya sendiri yang datang dari desa. Usianya baru 15 tahun-an atau kurang, yang jelas dia masih duduk di bangku SMP. Tejo adalah anak tiri dari kakak Heru, alias kakak iparnya. Berbeda dengan Heru yang merantau ke kota dan menggapai sukses, kakaknya itu tetap di desa dan hidup biasa-biasa saja. Pernikahan pertamanya tidak dikaruniai momongan dan berakhir dengan perceraian. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan janda beranak satu, yaitu ibu Tejo ini. Namun hidup kakak Heru tetap kekurangan dan akhirnya dia mengalami kesulitan dalam menanggung biaya sekolah Tejo yang sudah masuk SMP. Heru mendengar hal itu dan mengutarakan keinginannya untuk mengajak Tejo tinggal bersama dia dan Sarah di kota untuk disekolahkan di sana. Tentu saja Heru akan menanggung seluruh biaya sekolah dan hidup Tejo. Yah bisa dikatakan seperti mengambil anak angkat, tapi memang tidak ada kata-kata mengangkat anak, adopsi, atau yang semacamnya. Niat Heru itu langsung disetujui oleh kakaknya dan dia merasa sangat berutang Budi dengan begitu. Tejo sendiri nurut-nurut saja, dan Sarah juga sama sekali tidak menunjukkan rasa keberatan.30166Please respect copyright.PENANAYNqUvfJRYf
30166Please respect copyright.PENANADxELCBMSPi
Pada hari kedatangan Tejo, Sarah mengamati perawakannya dalam-dalam. Badannya kurus, kulitnya hitam legam. Dia tidak terlalu tinggi, barangkali sekitar 150cm. Wajahnya jauh dari tampan, yang terlintas spontan di benak Sarah saat itu adalah, “Benar-benar ndeso….” Walaupun tentu saja banyak sekali orang-orang desa yang tampan. Contohnya ya suaminya sendiri, Heru yang notabene berasal dari desa yang sama dengan Tejo.30166Please respect copyright.PENANAXUujSJYLqc
30166Please respect copyright.PENANAl9O54gUFxD
“Masuk Jo sini jangan malu-malu!” Panggil Heru pada Tejo yang berdiam di ruang tamu. Tejo pun masuk, Heru mengenalkan Sarah padanya, “Ini tantemu, tante Sarah, istri Oom…ayo salaman!” Tejo meraih tangan Sarah dan sebagai sopan santun dia menundukkan kepala menyentuhkan keningnya pada punggung tangan tantenya itu. “Saya Tejo tante…” Dia memperkenalkan dirinya. “Ya, kamu baik-baik ya di sini, belajar yang baik nanti.” Kata Sarah basa-basi. “Di sini santai saja nggak usah canggung, anggap saja rumah sendiri… Tante Cuma berdua sama Oom-mu di rumah ini.” Lanjutnya. “Oom tiap hari ngantor, kami tidak ada pembantu jadi nanti kamu bantu-bantu tantemu ya.” Timpal Heru. Tejo tidak banyak bicara saat itu, hanya sekedar mengangguk atau menggeleng dalam menjawab penjelasan-penjelasan Heru. Pikiran remajanya terusik dengan kecantikan Sarah. Benar-benar Sarah ini wanita tercantik yang pernah dia tahu sepanjang hidupnya. Tejo memandangi Sarah dengan tertegun saat itu. Dia yang masih kecil tidak berusaha menyembunyikan pandangannya, atau mengalihkan muka dan berusaha curi-curi pandang pada Sarah. Tidak. Dia benar-benar terang-terangan memandangi wajah Sarah. Hanya saat bertemu pandangan mata dengan Sarah saja dia merasa segan dan mengalihkan pandangannya dari wajah Sarah, tapi turun ke tubuh Sarah dan bukan memandang ke arah lain. Sama sekali tidak kelihatan salah tingkah, termasuk saat Sarah mengantar ke kamarnya dan membantu membereskan barangnya. Sarah jelas menyadari hal itu. “Anak ini antara lugu atau tidak sopan,” pikirnya. Tampak tipis perbedaannya, tapi tentu Sarah menganggapnya lugu. “Belum pernah lihat cewek cantik mulus ya?” Pikirnya lagi dalam hati kegeeran. Memang dalam pandangan Tejo itu tidak bisa disembunyikan kekagumannya pada tantenya itu. Dalam bahasa binal Sarah; “Gila, mupeng banget ni anak… Hehehehe. Aduh, aku ini mikir apa sih, binal banget!” Sarah menghardik dirinya sendiri dalam hati.30166Please respect copyright.PENANAz0SYSP5nUN
Saat itu Sarah mengenakan pakaian sehari-hari biasa; daster tipis yang bawahnya hampir sejengkal di atas lutut. Pakaian yang dipikirnya jauh dari seksi. Daster yang sangat biasa sekali, jauh dari seksi karna agak longgar supaya tidak gerah. Benar-benar pakaian yang biasa dipakai ibu-ibu di rumah. Tapi, ibu yang satu ini masih muda, putih, langsing, dan segar dipandang… Begitulah Sarah yang walaupun sudah jadi ibu tapi usianya memang masih terbilang muda. Tejo sendiri memang silau dengan paha Sarah yang terbuka bebas itu. Putih dan mulusnya itu benar-benar gak nahan. Desa asalnya yang dekat pesisir itu memang nyaris tidak ada manusia berkulit putih di sana, semuanya berkulit gelap, hitam terbakar matahari yang sangat terik, tidak terkecuali anak-anak sekalipun dan para wanitanya. Heru sendiri juga berkulit gelap. Jadi, maklum saja, jangankan Tejo yang dari desa, pemuda kota seperti Anton pun blingsatan jika memandangi tubuh mulus Sarah itu.
30166Please respect copyright.PENANAXvTJSrdUwF
Walaupun tengah hamil saat itu, Tejo tetap terpesona dengan tantenya itu. Berkali-kali dia menelan ludah, dan itu kentara sekali hingga disadari oleh Sarah sendiri. Dasar binal, Sarah tidak merasa risih sama sekali. Dalam hati dia malah jadi tidak bisa berhenti memuji-muji diri sendiri. Akibatnya dari luar tidak sadar dia suka senyum-senyum sendiri. “Ada apa senyum-senyum sendiri?” Tanya Heru membuyarkan lamunannya. Sarah terkaget, “Eh… mas ini, gak papa, gak ada apa-apa!” sahutnya tergagap. “Tejonya mana?” Tanya Heru lagi. “Ya lagi beres-beres pakaiannya di lemarinya mas, banyak juga bawaan dia,” jawab Sarah. “Tadi aku bantu sebentar dengan barang-barangnya, tapi masalah pakaian biarlah dia yang menata sendiri.” Kata Sarah lagi
Tidak lama kemudian, Sarah pun melahirkan. Anaknya cowok, mungil dan sehat. Sarah benar-benar bahagia saat itu, dia dan Heru menamai putra pertamanya itu Doni. Hari-harinya setelah itu pun disibukkan dengan mengurusi bayinya. Di tengah bahagianya, satu hal yang membuat Sarah resah adalah penampilan badannya yang menjadi seakan melar setelah melahirkan. “Benar-benar menjadi tidak menarik,” pikirnya saat memandangi dirinya di depan cermin. Sarah yang menyadari kesempurnaan fisiknya itu memang sangat peduli dengan perawatan tubuh. Dia menyadari betul kelebihannya dan tidak mau kehilangan karunianya itu. Kalau berat badannya naik sedikit saja dia sudah panik dan langsung mengurangi makan. Karna itulah Sarah menjadi sangat pintar dalam menjaga dan merawat kebugaran tubuhnya. Oleh karena itu, di samping kesibukan mengurus bayi, Sarah mencanangkan program pribadi: ‘mengembalikan keadaan tubuh seperti semula!’ Sarah berkata mantap dalam hati. Semangat banget dia kalau sudah bicara urusan penampilan. Dengan kedisiplinan dan keseriusannya, hasilnya pun segera nampak. Bentuk badannya kembali normal tidak lebih dari 2 bulan. Suatu ketika sehabis mandi Sarah terlihat asik berpatut diri di depan cermin dengan hanya berlilitkan handuk. “Yess, sudah ideal lagi bentuk badanku kini!” Sarah berbangga diri. Kebanggaan itu bahkan bertambah lagi dengan payudaranya yang semakin montok berisi gara-gara sudah memproduksi ASI di dalamnya. Dia melepas handuknya dan mengelus-elus sendiri payudaranya yang membanggakan itu di depan cermin. Sambil tersenyum puas dan bangga tidak bosan-bosannya dia berlama-lama di depan cermin. Yah, bernarsis-narsis ria di depan cermin ini juga sudah menjadi kebiasaan Sarah sejak kecil.30166Please respect copyright.PENANAkq2qqhwjgW
kamar suaminya. “Sebelum besok ‘dikerjain’ Anton, habis hamil mustinya suamiku dulu yang merasakan tubuhku lagi,” Pikir Sarah. Seks perdana setelah hamil, ga etis kalau langsung diberikan ke orang lain dulu. Lagipula perbincangan dengan Anton tadi memang membuat dia horny berat. Langsung butuh pelampiasan! Dengan semangat 45 Sarah masuk kamar. Tapi, alangkah kecewanya Sarah mendapati suaminya tertidur pulas tidak bisa dibangunkan. “Nyebelin banget sih…” gerutu Sarah. Tapi dia sendiri sudah hafal, kalau hari minggu seperti ini suaminya itu emang lebih sering menghabiskan hari dengan tidur. Sebelum hari ini Sarah tidak pernah mempermasalahkan hal itu, tapi kali ini dalam keadaannya yang sedang ‘on’ jelas bete Sarah dibuatnya.
Tiba-tiba Sarah mendengar tangisan Doni. “Wah, terbangun rupanya dia…” Pikir Sarah. Dia pun segera mendatangi bayinya itu. “Sudah waktunya mimik susu ya cayang?” Sarah mengangkat bayinya, “Yailah biasa deh ngompol…” keluh Sarah. Sarah langsung memanggil Tejo meminta bantuan, “Jon, sudah selesai kan nyiram tanamannya? Tolong ambilin popok Doni ya!” Pintanya.
30166Please respect copyright.PENANADzWPhqwNbJ
Sarah
30166Please respect copyright.PENANAjzMBZ4xEGE
“Ya udah selesai dari tadi dong tante, emang halaman tante segede apa?” Jawab Tejo sambil segera memenuhi perintah tantenya itu. “Makasih ya,” Sarah menerima popok dari Tejo dan dengan sigap mengganti popok Doni. Tejo melihat tantenya dengan kagum, meskipun baru jadi ibu, Sarah memang tidak terlihat canggung dan sangat cekatan mengurusi segala keperluan bayinya itu. Inilah kelebihan Sarah, walaupun binal, naluri keibuannya tinggi. Selesai mengganti popok, Sarah menggendong Doni dengan 1 tangan, sementara tangan satunya mulai melolosi kancing bajunya satu demi satu dari atas. Melihat hal itu mata Tejo langsung melotot tahu apa yang akan terjadi, sebentar lagi tantenya ini akan mengeluarkan buah dadanya untuk menyusui Doni. Glek! tanpa sadar Tejo menahan napas dan menelan ludah. Belum apa-apa penisnya langsung mengeras di balik celananya. Akan tetapi sambil membuka kancing bajunya, dan belum sempat mengeluarkan payudaranya itu, Sarah sudah menyuruh Tejo membawa popok kotor Doni ke belakang. “Tolong, bawa popok kotor ini ke belakang ya, ditaruh di ember biru!” Pinta Sarah sambil melepas kancing ketiga di bajunya. Dugaan Tejo itu kancing terakhir yang harus diloloskan supaya tantenya itu bisa mengeluarkan payudaranya dengan mudah dan bebas. Sungguh sial! “Eeh, i.. iya tante, baik..” Tejo tidak menduga perintah itu dan menjawab dengan napas agak tercekat. Tenggorokannya kering gara-gara terangsang. “Duh belum rejekinya nih,” gerutunya dalam hati saat membawa popok kotor Doni ke belakang.
30166Please respect copyright.PENANA6TGkKtUzRs
Saat kembali Tejo tidak menduga ternyata tantenya yang telah menyusui Doni itu tidak masuk ke dalam kamar, melainkan duduk dengan santai di ruang tengah. Tidak diduga juga, Tejo melihat ternyata Tantenya melolosi semua kancing bajunya walau hanya untuk mengeluarkan 1 buah dadanya itu. Sungguh tidak disangka, padahal dengan meloloskan 3 kancing saja, sudah cukup terbuka untuk bisa mengeluarkan 1 buah dada, tapi tantenya ini sedang kegerahan rupanya, pikir Tejo. Tejo sama sekali tidak punya perasaan bersalah membayangkan tantenya dengan pikiran-pikiran nakal seperti itu. Bahkan dia mulai mempertimbangkan untuk ikut duduk di ruang tengah menemani tantenya yang sedang menyusui itu. Dia membayangkan bisa melihat dari dekat kemulusan kulit payudara tantenya yang putih bersih itu. Tak mengapa, pikirnya, walau dia melewatkan adegan dikeluarkannya payudara itu dari sarangnya sehingga dia akan sempat mengintip puting yang menjadi ‘point of interest’ dari buah dada sebelum dicaplok mulut Doni yang sangat lahap itu. Tejo membayangkan dirinya sudah cukup senang dengan suguhan kulit payudara terbuka tante Sarah. Tapi Tejo ragu juga, jangan-jangan setelah dia ikut duduk di sana, tantenya malah mengusirnya. Malu dong kalau begitu.
30166Please respect copyright.PENANA1xFp2LpOpS
Walau ragu toh Tejo melangkah juga mendekati tantenya itu. Lagi-lagi tanpa terduga, Sarah yang melihat Tejo mendekat memanggilnya, “Gimana Jo, sudah nggak ada kerjaan ya? Sini duduk sini istirahat sambil ngobrol sama tante!” Bagai disamber geledek Tejo mendengar kata-kata tantenya itu. Tante Sarah benar-benar penuh kejutan! Pikirnya girang.
30166Please respect copyright.PENANAoSeQjFBt1G
Tejo duduk di depan Sarah. Jantungnya blingsatan nggak karuan melihat dada tantenya yang terbuka bebas gara-gara kancing bajunya terlepas semua itu. Satu buah dada keluar dan sedang dihisap Doni dengan lahap. Sementara buah dada satunya tersembunyi di balik kain baju Sarah. Hanya bagian sampingnya yang terlihat karna kancing baju yang terbuka semua. “Putiiihh muluuussss…” batin Jo yang mulai berkeringat dingin melihat pemandangan luar biasa itu. Di dalam benaknya terbayang-bayang seperti apa puting payudara tantenya ini yang saat itu dalam keadaan ‘tersensor’. “Duh, kayak apa ya indahnya, bisa-bisa aku pingsan saking bahagianya kalau bisa melihat susu tante Sarah secara utuh! Lha wong begini saja sudah blingsatan aku dibuatnya…” Lamunan mesum tentang tantenya sendiri itu terus menari-nari di benak Tejo. Walau begitu, tampak luar, Tejo berusaha sekalem mungkin di depan Sarah.
30166Please respect copyright.PENANAA5pz4wS9Fx
Bukan Sarah namanya kalau tidak menyadari kegelisahan Tejo. Sepintar apapun Tejo menyembunyikannya Sarah tetap bisa melihatnya. Padahal, Sarah sama sekali tidak bermaksud menggoda Tejo dengan membuka seluruh kancing bajunya dan mengajak Tejo mengobrol sementara dia menyusui bayinya. Sarah biasa melakukan itu saat menyusui bayinya di dalam rumah. Dia suka payudaranya keluar dengan bebas tanpa hambatan. Dan yang namanya ibu menyusui dianggapnya bukan sesuatu yang binal sama sekali. Jangankan di dalam rumah, di luar rumah saja orang-orang akan maklum jika seorang ibu harus mengeluarkan buah dada untuk menyusui bayinya. Walau ada pakaian khusus ibu yang menyusui, yang memungkinkan seorang ibu membuka area puting susu saja tanpa mengekspos seluruh buah dadanya saat harus menyusui bayi, Sarah sama sekali tidak memiliki baju semacam itu. Mungkin karena dia memang sangat jarang keluar rumah sehingga dia tidak merasa perlu memiliki baju seperti itu.
30166Please respect copyright.PENANAUO9lVOmc8p
“Bagaimana sekolahmu Jo? Tante dengar kamu nakal ya di sekolah?” Sarah mengawali perbincangan. Dia berusaha serileks mungkin supaya keadaan tersebut tampak wajar dan bukannya seperti seorang tante yang sedang merangsang ponakannya sendiri.
30166Please respect copyright.PENANArGFINCoVhl
“Ah nggak kok tante, Tejo rajin belajar kok di sekolah…” Jawab Tejo. Dia pun sama berusaha bersikap sewajar mungkin meski di ‘bawah’ sana terjadi gejolak hebat.
30166Please respect copyright.PENANAk0aFRdDpyP
Sarah sendiri tidak berbasa-basi dalam topik perbincangan ini. Dia memang ingin mengajak bicara Tejo tentang masalah sekolah ini. Sebelumnya orang tua Tejo memang sempat menyampaikan perilaku Tejo yang agak badung. Pergaulannya dengan anak-anak nakal dan kerap membolos sekolah. Meski begitu, otaknya memang cukup encer untuk bisa memahami tiap pelajaran di sekolah.
30166Please respect copyright.PENANAHRwgZwds9L
“Bukan masalah itu Jo, tante tahu kok, tante juga sudah melihat nilai hasil ulanganmu yang sudah-sudah. Nilai-nilaimu memang nggak mengecewakan. Tapi yang tante maksud masalah pergaulan kamu Jo…” Sarah meneruskan pembicaraan. Tejo pernah beberapa kali mengajak teman sekolahnya main ke rumah. Sarah melihat ada 5 teman yang selalu di bawa Tejo main ke rumahnya. Memang Sarah hanya menilai penampilan luar ‘geng’ Tejo yang terlihat urakan. Baju kumal yang dikeluarkan, sepatu tanpa kaos kaki, memakai topi terbalik, bahkan ada yang bertato dan bertindik. Sarah juga melihat ada yang membawa rokok walau belum pernah sekalipun mereka merokok di rumahnya. Sarah dan Heru yang agak liberal sebenarnya cuek dengan hal-hal semacam itu… Asal tidak mabuk, ngedrugs atau tawuran aja sih, pikir Sarah waktu itu. Tapi ada baiknya jangan sampai tidak ada komunikasi antara dia dengan Tejo yang notabene di bawah asuhannya kini.
30166Please respect copyright.PENANABjzRoEgEAt
“Tante tidak menghakimi teman kamu atau ngatur-ngatur kamu sih Jo, sejauh tante lihat meski penampilannya urakan teman-teman kamu cukup sopan kalau main kemari…” Sarah tersenyum mencoba tidak terkesan angker. Dia takut Tejo salah paham mengira dia sedang diceramahi apalagi dimarahi.
30166Please respect copyright.PENANAWkZqqYKGAb
“Iya tante, walau penampilannya begitu teman-teman Tejo itu baik-baik kok…” Jawab Tejo singkat.
30166Please respect copyright.PENANARdKqyCaWjx
“Ya makanya itu, sejauh yang tante lihat di sini sih tante tidak ada komplain. Tapi takutnya kamu di luar suka terlibat tawuran atau yang semacamnya… Nggak kan Jo, kamu bisa menjaga kepercayaan tante kan Jo?” Tanya Sarah lembut.
30166Please respect copyright.PENANAwki3hkp7xP
“Wah nggak tante kalau sampe tawuran mah… Tejo nggak pintar berkelahi tante, badan Tejo kan kecil… Tejo ini kalahan tante!” Tejo mencoba meyakinkan.
30166Please respect copyright.PENANAf6VVtIrqDM
“Ah kamu bisa aja Jo… Ya sudah tante sih percaya aja sama kamu. Yang penting kamu jaga nilai-nilai kamu tuh, jangan sampai turun ya?” Sarah berpesan, “Oh ya, kalau bisa teman-teman kamu kalau main ke sini lagi dikenalin lah sama tante. Tante di sini kan pengganti orang tuamu Jo.” Lanjut Sarah.
30166Please respect copyright.PENANA4hrhqVWVVJ
Pembicaraan mereka terus berlanjut santai, sambil saling menyembunyikan perasaannya masing-masing. Sarah mulai menyadari, ternyata keadaan dirinya yang merangsang Tejo itu juga membuat dirinya sendiri terangsang. Jadi Sarah merasa terangsang memikirkan bahwa saat ini di depannya Tejo sedang terangsang dengan dirinya. Lagipula sebelumnya memang dia dalam keadaan terangsang dan tidak mendapatkan pelampiasan. Walau mulai hilang ketika dia menyusui Doni dan bebrbicara dengan Tejo, perasaan itu datang lagi dalam bentuk yang berbeda. Mulanya hal itu dirasakan sebagai perasaan yang aneh mendesir dalam dadanya, belakangan Sarah sadar bahwa perasaan itu adalah rangsangan seksual yang memang tidak lazim. Sarah mulai membayangkan dirinya sebagai wanita penggoda atau jangan-jangan malah seorang ekshibisionis.
30166Please respect copyright.PENANA8ueBLaSHGx
Anehnya, walau sama-sama mencoba bersikap wajar menyembunyikan gejolaknya masing-masing, Tejo ini tidak berusaha menyembunyikan pandangannya terhadap dada Sarah yang terbuka itu. Persis seperti saat pertama bertemu. Sarah tahu hal itu, dan Tejo juga sebenarnya sadar bahwa tantenya itu tahu bahwa dirinya terus menatap buah dadanya. Suasana itu terus terjadi sepanjang Doni menyusu pada Sarah. Terkadang saat topik pembicaraan habis, suasana berubah menjadi serba canggung, baik Sarah maupun Tejo seperti terkunci dalam posisi masing-masing. Tidak satupun dari mereka yang beranjak. Bedanya, jika Tejo terangsang dan membayangkan pelampiasannya pada tantenya itu, Sarah yang terangsang jelas tidak membayangkan pelampiasannya pada Tejo. Dia lebih membayangkan ingin segera bermasturbasi sambil membayangkan Anton yang besok akan datang untuk mendaki kenikmatan bersama lagi seperti dulu.
ns 15.158.61.6da2