COTTON CANDY VENDING MACHINE
Akhir - akhir ini di jepang telah menghadapi Demographic Ageing, situasi ketika populasi orang tua meningkat dibandingkan orang muda. Parahnya lagi karena suatu alasan, orang muda jarang mau menikah. Di antaranya adalah biaya hidup yang mahal, atau karena stereotype orang tua di jepang berfikiran mencari pria yang sangat mapan untuk putrinya. Inilah puncak terburuknya.
Untuk itu, pemerintah jepang mulai meriset, apa yang menyebabkan mental orang - orang yang menginjak umur tua selalu punya pemikiran pesimis dan kolot perihal masa depan putrinya. Studi bertahun - tahun mengatakan bahwa garis permasalahannya adalah dipicu karena faktor masa lalu mereka yang terlalu mengalami situasi yang sulit. Sulitnya mencari uang menyebabkan sulit dalam menikmati hidup. Diambil contoh paling sederhana, sulit untuk makan makanan yang difavoritkan. Itu karena kebutuhan lain lebih perlu dibandingkan hanya makanan yang difavoritkan itu. Serta sistem budaya pengkastaan yang perlu direformasi di masing - masing perusahaan juga karena indikasi senior - senior yang lebih tua sehingga menimbulkan sulitnya perusahaan berkembang.
Lantas, pemerintah mempunyai 2 solusi. Cara pertama dengan mengurangi populasi atau cara kedua meningkatkan kesejahteraan. Cara pertama dinilai kurang rasional. Karena Jepang ikut PBB, sebisa mungkin mereka tidak membuat citra negara mereka buruk. Karena itulah, cara kedua menjadi satu - satunya opsi.
Salah satu dari perwujudan opsi kedua adalah, menciptakan waralaba "Vending Machine Cotton Candy (gula kapas)". Vending mesin gula kapas ini rendah gula dan dengan harga yang sama dengan vending mesin gula kapas pada umumnya. Hanya saja, batas umur selain lansia hanya diperbolehkan membeli sekali saja per harinya. Mesin itu menggunakan identitas kartu kesehatan sehingga minim kecurangan. Peningkatan upaya keamanan berlapis juga berdasarkan penempatannya yang berada di pedesaan, tempat sepi atau rumah sakit.
Upaya pemerintah dalam menciptakan Vending Mesin Gula Kapas rendah gula ini ditujukan untuk para lansia agar sedikit demi sedikit mengubah pemikiran mereka terhadap modernisasi Jepang. Menurut penelitian rasa manis itu akan menekan hormon stress mereka sehingga mereka lebih sehat secara mental dan fisik.
Sayangnya, sebuah penemuan brilian itu meninggalkan sedikit ironi. Setelah sebulan tersebar serentak di seluruh jepang, terdapat jumlah kematian lansia dengan per harinya 1 orang. Kejadian itu terus berlanjut sehingga berita di televisi merumorkan sebagai "The Vending Machine Curse."
Karena rumor itu, banyak remaja milenial yang menjadikan itu sebagai konten tantangan yang dimasukkan dalam tiktok.
Semisal Miki, dengan empat kawannya dari suatu Universitas swasta di Tokyo yang paling bergengsi. Kelima orang itu mahasiswi jurusan ilmu komunikasi. Mereka berkunjung di Desa Kamakura, Prefektur Kanagawa, untuk mencari Vending Mesin Gula Kapas Rendah Gula itu. Miki adalah yang menjadi sorotan utamanya, sementara Chika yang menimpali candaan. Dua orang rekan prianya membawa kamera.
Miki seolah seperti Nona kaya, sementara Chika adalah sahabat butlernya. Chika tentu membawa tas perlengkapan seolah untuk kebutuhan Miki dan memang faktanya begitu. Tas panda, yang seirama dengan pakaian Maid Chika.
Mereka temukan dalam 2 hari, 1 hari meriset tempat dan reservasi, 1 harinya lagi menyiapkan peralatan lalu berangkat. Desa Kamakura, adalah desa yang bertepian laut, banyak kuil shinto dan buddha, serta pemandangan yang menakjubkan. Mereka lalu menuju di sebuah kuil, dan ditemuilah oleh mereka Vending Mesin Gula Kapas rendah Gula itu.
Miki menyodorkan kartu kesehatannya di bagian kotak tipis "Tolong taruh kartu kesehatan anda di sini."
#Ckling!
Koin telah dimasukkan dengan mulus , meski perasaan Miki tidak semulus koin itu masuk ke lubang koin.
"Beginilah, Nona Miki kami yang hebat! melakukan gacha pada hidupnya, pemirsa! Anu... kita bisa - bisa kerepotan cari pengganti nih!" celoteh Chika sambil membumbui suasana agar tidak terlalu horror. Genre tiktok mereka memang horror tapi juga berbobot komedi yang seimbang.
"Hus, itu tidak membantu loh! Daripada begitu, mumpung di kuil nih! Berdoalah untukku, Chikaaa!" balasnya seolah menyentak pelayannya, Chika. Miki bercanda juga.
"Ehhhh? Kudoakan supaya itu terjadi boleh, Nona Miki sayang?"
"Chikaaaaa!"
Mereka berlarut heboh, hingga mesin itu pun telah siap dengan produknya. Miki memesan gula kapas dengan variasi rasa durian. Tidak ada pilihan variasi bentuk, namun yang membuat Miki kaget adalah bentuknya semacam brokoli daripada gula kapas pada umumnya.
"Nani kore? (Apa ini?) Kok agak menggumpal ya, Nona? Tapi kata Uncle Orange 'Makan dulu baru tanya! Itulah satu - satunya cara untuk menikmati snack dengan adil!'. Chika kembali berceloteh sambil memegang - megang gumpalan itu. Memang teksturnya menggumpal.
"Kau selalu berkata begitu ketika yang kumakan selalu bermasalah, Chikaaa!"
"Ehhh? Skripnya kan memang begitu, Nona?"
"Chikaaaa! Itu sama sekal itidak membantu! Skripnya jangan diomongin!"
Begitulah candaan mereka. Hingga Miki mengambil ancang - ancang, membuka mulutnya, dan hap!
Wajah Miki tersenyum, adalah suatu pertanda bahwa lidahnya mengecap makanan yang tidak seperti sebelumnya.
Gigitan pertama, gigitan kedua, hingga gigitan tiga telah dilalui...
"Oishi desu ka, Miki-sama? (Apa itu enak, Nona Miki?)"
"Wow, enak loh! ENAK BANGET LOH-"
Setelah itu Miki tersedak batuk - batuk. Untungnya Chika segera meraih tas dan memberinya minum. Dan permasalahan itu selesai.
"Nona, aku tidak tahu kalau Nona ini sudah Tua. Menelan begitu saja batuk - batuk, ahahahaha!"
"Chikaaaa! Bukan aku yang tua, tapi memang-ini... nah, agak menggumpal. Lebih dalam kau makan ini ada serbuk gula yang tampaknya belum jadi berserat seperti rambut kapas!"
"Begitulah Nona Miki yang selalu terlihat sempurna di mata kalian, pemirsa! Sampai nanti!" tutup Chika yang masih berceloteh menghina Miki.
"Chikaaaa! Itu tidak membantu!" tambah Miki ke arah kamera. "Oi, tolong matiin kameranya dong! Hey editor! jangan lupa potong bagianku batuk - batuk!" Begitulah Miki keluar dari karakternya.
Alhasil, itu tidak terbukti. Dan mereka menghentikan konten mereka sejenak lalu masiing - masing pesan satu gula kapas itu. Dan mereka mengaku kalau gula kapas itu tidak terlalu manis dan rasanya lebih natural daripada yang umumnya.
Dengan begitu, kontroversi Vending Mesin Gula Kapas ini masih berlanjut. Justru semakin banyaknya pemuda yang memakai Vending Mesin Gula Kapas Rendah Gula ini, sementara semakin banyak kematian lansia yang terjadi.
Namun, setelah setahun itu berlangsung, sebanyak 1000 lansia meninggal dengan di penghujung tahun melonjak tinggi. Sedangkan pemerintah jepang mengatakan akan memperbaiki masalah ini. Meski begitu anehnya, tidak ada upaya pencabutan atau larangan terhadap Vending mesin gula kapas itu.107Please respect copyright.PENANA8lELKZ558n