Lanjutan Bab 1
Aku berbalik dan pakai jurus langkah seribu, mengabaikan seruan Bu Bejo, "Tidak jadi ya, Mas?" Tidak jadi, Bu!
Sambil berlari terburu-buru, aku membaca ayat kursi, tapi gagal membacanya berkali-kali. Kenapa hafalanku gagal, sialan mungkin aku kena hipnotis oleh hantu kakek Sutimin.
Duh, rumahku masih 2 menit lagi. "Kemana, Met Slamet?" sahut Pendi, teman SMPku.
"Oh, aku buru-buru, Di." Sahutku sambil menoleh ke arah Pendi.
Akhirnya sampai juga di rumahku, "Bagaimana tahlilannya, Met?" Sahut Ibuku, "Oh, ramai, Bu." Sambil napasku terengah-engah.
Dalam hati aku berucap, "duh, apakah arwah kakek Sutimin gentayangan."
"Ibu percaya pada hantu?" Tanyaku, "Oh, kesurupan opo toh Met?, hehe," Ibuku tertawa.
Anu tadi, Bu, aku melihat Kakek Sutimin keluar dari WC belakang rumahnya!
"Ih, serem dong, Met?" Sahut Ibu. "banget, Bu!" Sahutku.
Nenekku menjawab dari dapur, "Waktu seumuran kamu, Mas Sutimin belajar ilmu Rawa Belong, eh apa namanya, Tik?" Nenekku bertanya kepada Ibuku. "Oh, Rawarontek, Bu," sahut Ibuku. Nah, itu dia yang membuatku takut.
Mungkin kakek Sutimin bangkit dari kubur, seperti dalam film-film Barry Prima.
Nah, itu dia, Met, dulu aku mendengar gosip bahwa Mas Sutimin berkelahi dengan tentara Dai Nippon! "Lalu siapa yang menang?" Tanyaku. "Tentara Jepang lari terbirit-birit saat Mas Timin mengeluarkan goloknya. Satu tentara tewas karena terkena sabetan golok Mas Timin.
"Oh, jadi kakek Sutimin memiliki kekuatan sakti, ya?" sahutku.
Ya, tentu saja, Met, kakek Timin adalah komandan laskar rakyat dikampung kita.
"Oh, begitu ya, Bu," sahutku.
Bersambung.
ns 15.158.61.20da2