Percakapanku dengan Ibuku ditutup dengan Ibuku melumat bibirku. Rasanya asin, begitu kata Ibuku setelah menjilati sisa-sisa peju Pak Aris di mulutku. Pipiku bersemu merah, bukan hanya berzina saja kini aku justru menikmati aksi lesbian dan juga incest dengan ibuku sendiri. 1615Please respect copyright.PENANAYO6EZbL0Gc
"Kamu cepet tidur ya, besok nanti ada keluarganya Tuan Hendra yang lain dateng buat make tubuh kamu lagi," ucap Ibuku.
"Eh? beneran buk?" tanyaku kaget.
"Iya, mereka akan ngetes memekmu itu cocok apa ngga, kan tugas wanita itu harus bisa buat keluarganya nyaman," ucap ibuku dengan santai layaknya apa yang ia katakan itu hal lumrah yang biasa terjadi.
Aku terus memikirkan perkataan ibuku itu bahkan hingga aku terlelap tidur dan bangun keesokan paginya. Aku sholat subuh dengan keadaan tubuhku yang masih pegal dan capek akibat kemarin dientot. Ibuku mengatakan kepadaku bahwa tamu yang akan datang nanti jam 11 siang sehingga masih ada kesempatan untuk mengajariku tata cara menjadi lonte muslimah.
"Yang pertama," ucap Ibuku. "Kamu harus memanggil semua laki-laki yang ngentot kamu dengan sebutan Tuan, kayak ibuk manggil Tuan Hendro, Tuan Aris, begitu."
Aku mengangguk-angguk. Aku sudah disuruh telanjang oleh ibuk selepas sholat tadi, meninggalkan atasan mukenaku saja yang kusampirkan di leherku, sehingga toketku terlihat.
'Yang kedua, kamu harus ganti kosakatamu, biasain ucapin kata-kata kayak memek, kontol, lonte, perek, toket, inget laki-laki itu suka wanita binal."
"Iya buk," ucapku, sedari kemarin memang ibuk lugas sekali mengatakan kata-kata kotor seperti itu.
"Terus, kamu gaboleh pake kata 'aku' di depan Tuan-Tuanmu, diganti pakai 'Lonte Auliya', jadi misalnya 'Silahkan pake memek lonte Auliya ini Tuan' begitu," ucap Ibuku. "Kamu juga harus siap buat kedepannya di tindik pentilmu, terus di tato kaya Ibuk gini, pokoknya kemauan laki-laki di keluargamu itu mutlak dan wajib dilakuin."
Ibuk lalu menjelaskan beberapa aturan lainnya, yang kesemuanya makin merendahkan martabat seorang wanita. Entah kenapa, memekku perlahan-lahan jadi becek ketika Ibuk menjelaskan semua itu.
"Terakhir, kamu habis ini ditali tubuhmu terus nonton bokep, genrenya rape, bdsm, dan sejenisnya. Nanti di memekmu dipasang vibrator, biar tubuh sama pikiranmu terbiasa."
"S-sekarang buk?" tanyaku kaget.
"Iyalah, lha mau kapan?" Ibuku bertanya balik. "Ibu ambil tali sama vibratornya dulu,"
Ibuk kembali ke kamar beberapa menit kemudian. Ia menyuruhku untuk duduk di kursi lalu mengikat tangan dan kakiku hingga aku tak bisa gerak. Ia lalu menaruh laptop di meja belajarku dan memutar film bokep.
"Ibuk tinggal dulu ya," kata ibuku. "Selamat berorgasme,"
Drrrt, drrrt.
Vibrator di memekku mulai bergetar dengan kecepatan rendah. Cukup untuk membuatku sange namun tak bisa membuatku orgasme.
"Uhhh, ngghhh, nghhh," 1615Please respect copyright.PENANAeV5pRqpdL8
1615Please respect copyright.PENANAOLYLw3udb7
Ibuk memilih bokep seorang pria gendut yang sedang dilayani oleh dua wanita berhijab, satu menjilati kontolnya yang satu menjilati buah zakarnya, kadang bergantian. Ketika adegan mulai memanas, kecepatan vibrator di memekku juga bertambah kencang. Pasti Ibuk yang mengaturnya dengan remote vibratornya.
Sudah sekitar satu jam berlalu, beberapa video bokep yang berganti dan belasan orgasme yang aku rasakan. Tubuhku basah oleh keringat. "Ibukk, nghhh, ouhhhh, ampunn, Auliya gamau crot lagiihhh, nghh, OUHHHH, AHHHHH,"
Aku mengalami orgasme yang kesekian kalinya pagi ini. Percuma, ibuku entah lagi di mana sekarang. Mungkin ia lagi dientot ayahku atau malah lagi dipake sama gelandangan.
Aku tak tau sudah berapa kali orgasme ketika Ibuku akhirnya datang kembali ke kamar.
"Lonte harus punya stamina yang bagus buat muasin Tuannya," ucap Ibuku sambil tersenyum melihatku yang kecapaian akibat orgasme terus-terusan.
"Bukk, pleaseee, Lonte Auliya gamau crot lagii, ouhhh, shhh, nghhh,"
"Ibuk naikin kecepatannya sampai paling tinggi ya hihi," ucap ibuku, di tangannya ia mengenggam
"Ja-jangan bukkk, please, ouhh, nghhh, ja- OUHHHHHH, AHHHHHHH!"
Memekku berkedut-kedut dan mengeluarkan cairan orgasmenya lagi. Anehnya, memekku tetap terasa gatal seakan semua orgasme yang aku alami tadi tak cukup.
"Ibuk lepas tali sama vibratornya, kamu persiapan sekarang buat nyambut Tuan-Tuan kita nanti," ucap Ibuku sembari melepas simpul tali yang mengikatku.
Ketika talinya lepas semua, tubuhku reflek jatuh menggelosoh ke lantai. Aku tak punya tenaga lagi. Ibuk meraih tanganku dan membantuku berdiri. Ia tersenyum berusaha menyemangatiku.
"Semangat nduk," ucapnya menyakinkanku, suaranya lembut menenangkan. "Fitrah wanita seperti kita itu memang untuk membahagiakan keluarga kita, keluarga bahagia kita juga bahagia ya toh?"
Hatiku terenyuh mendengar ibuku berkata seperti itu. Walaupun metode yang dilakukan oleh keluargaku tidak konvensional, aku mulai paham bahwa mereka bermaksud baik. Ibuk benar-benar percaya kalo kebahagiaan seorang wanita terletak di pengabdiaannya terhadap keluarga. Entah itu mengurusi rumah, atau dientot oleh seluruh penghuni rumah.
Ibuk lalu membantuku berjalan ke kamar mandi. Ia memandikanku, menggosok kotoran dan keringat di kulitku hingga bersih. Ia memijat tubuhku yang pegal-pegal hingga aku merasa segar kembali. Ia lalu memakaikanku hijab terbaik yang ia punya dan merias wajahku dengan makeup. Padahal nanti pasti hijabku akan acak-acakan dan wajahku bercampur peju dan makeup yang luntur.
"Sempurna," ucap Ibuku. "Kamu siap buat melayani Tuan kita."
Aku lalu disuruh Ibuk untuk colmek sambil menunggu Tuan kami datang nanti. Tanpa vibrator, tanpa film bokep. Hanya imajinasi dan tanganku saja. Ibuk menyuruhku untuk membayangkan akan diapakan aku nanti oleh keluarganya Mas Hendra.
Ini juga adalah salah satu aturan lonte, yaitu memeknya harus selalu becek agar mudah dimasuki oleh kontol Tuannya nanti.
"Nghhh, shhh, nghh, ouhhhh, "
Ruangan kamarku dipenuhi oleh suara desahanku. Betapa cepatnya kehidupanku berubah, dari wanita mandiri yang kuliah di ibukota provinsi menjadi pecun berhijab yang sedang colmek menanti dientot oleh kerabat calon suamiku.
Suara beberapa mobil yang berhenti di depan rumah menarik perhatianku. Aku tahu siapa itu - para tamu telah tiba. Berselang beberapa menit kemudian Ibuku masuk ke kamar. Sama sepertiku, Ibuku berdandan dan hanya menggunakan hijab saja yang ia sampirkan di pundak, bedanya di lehernya ada kalung anjing yang bertuliskan Lonte Lilis.
"Udah pada dateng tamunya," ucap Ibuku. "Ayo ke ruang tamu."
"Iya buk," jawabku. Aku lalu berdiri mengikuti Ibuku, namun Ibuku justru memarahiku.
"Kita merangkak ke sana nduk," ucap Ibuku. "Ga sopan kalau kita jalan, ingat kita itu budak sex mereka,"
Ibuku lalu mulai berlutut dan menurunkan tangannya ke lantai, yang diikuti oleh aku. Kami lalu merangkak menuju ruang tamu. Semua pandangan mata para tamu—semuanya lelaki—memandangi kami berdua.
Plak!
Bokongku ditampar oleh salah satu tamu membuatku mendesah kecil. Aku menengok ke belakang untuk melihat siapa yang melakukannya, tapi yang aku lihat hanyalah seringai mesum para tamu.
Plak!
Bokongku di tampar kedua kalinya oleh mereka. Walaupun cukup sakit, tapi aku berusaha tak menggubris hal itu dan tetap merangkak. Ibuku dan aku lalu berhenti dan duduk bersimpuh di sofa sebelah ayahku duduk.
Ayahku dan para tamu lalu berbincang-bincang sementara aku dan ibuku duduk diam. Sesekali tangan nakal para tamu akan menyentuh toketku, atau memasukkan jari mereke ke dalam mulutku. Aku membiarkan tindakan mereka, aku mengingat kata Ibuku bahwa mereka semua ini adalah Tuanku.
Aku melihat Tuan-Tuanku yang hadir dan duduk di sofa. Total ada tujuh orang, tua dan muda yang datang. Aku lihat ada dua orang yang kutaksir usianya masih belasan tahun. Mungkin sepupu dan pamannya Mas Hendra yang datang.
"Ini kalung nanti akan dipakaikan ke Auliya setelah akad nikah nanti," ucap salah satu tamu, ia mengeluarkan sebuah kalung anjing bertuliskan Lonte Auliya. "Sebagai simbol bahwa Auliya udah resmi jadi lonte keluarga Hendra."
"Tapi ada syaratnya, Auliya harus bisa muasin kami semua dulu," ucap tamu yang kutaksir usianya mungkin sama seperti Pak Hendro.
"Kalau itu Lonte Lilis yakin Lonte Auliya bisa muasin Tuan-Tuan sekalian," ucap Ibuku dengan senyum bangga di wajahnya. "Lonte Auliya sudah Lonte Lilis latih sebelum Tuan-Tuan datang."
"Wah bagus itu," puji salah satu tamu. "Memekmu udah dower juga soalnya, gantian dapet memek lonte baru kita,"
Ucapan itu diiringi oleh gelak tawa tamu yang lain. Aku melihat Ibuku yang tetap bisa tersenyum padahal ia baru dihina. Tuan-Tuanku itu sudah mau berdiri sebelum disela oleh ayahku.
"Nanti juga harus ada ritual penyuciannya Pak," kata ayahku mengingatkan.
"Oh iya, Auliya ini udah ngga perawan," ucap salah satu Tuanku. "Auliya punya berapa mantan pacar?" tanya Tuanku padaku.
"D-dua," ucapku gugup. Aku punya firasat buruk ke mana percakapan ini akan mengarah.
"Dua mantanmu itu nanti akan kami undang ke pernikahanmu,"
"Iya Tuan." jawabku pasrah.
Ayahku dan para tamu lalu lanjut mengobrol. Mereka tak membahas kenapa mau mengundang mantanku tetapi aku berharap tak ada hal aneh-aneh yang mereka rencanakan. Berselang beberapa menit, tamu-tamu itu lalu berdiri dan mulai berjalan menuju kamarku. Ibuk mengisyaratkanku agar aku merangkak mengikuti mereka. Layaknya anjing penurut, aku merangkak di belakang Tuan-Tuanku ke kamarku sendiri.
Begitu masuk ke dalam kamarku, salah satu Tuanku membentangkan sajadah di lantai. "Kamu sholat dulu," perintahnya. Aku lalu berdiri, merasa tidak pantas karena sekarang aku sejajar dengan Tuan-Tuanku. Rasanya aneh, seorang budak harus selalu lebih rendah dari Tuannya.
Tanpa bertanya, aku memposisikan diriku menghadap kiblat, bersiap untuk salat dalam keadaan telanjang dan hanya memakai jilbab. Aku belum pernah salat seperti ini sebelumnya, semua ini kulakukan demi memenuhi perintah Tuan-Tuanku.
Tuanku yang lain lalu berbicara, "Bacaan suratnya kamu kerasin ya. Kami pengen denger calon istrinya Hendra itu paham agama apa ngga."
"Iya Tuan," jawabku patuh. "Allahuakbar," aku memulai sholatku. Aku memang bukan seorang hafizah 30 juz, tapi aku hafal beberapa surat.
"Alhamdulillahirabbilalamin...." aku mulai membaca al fatihah dilanjut surat pendek. Bacaan suratku terpotong oleh desahanku ketika toketku diremas dari belakang.
"Mmhh," aku mendesah kecil. Bukan hanya toketku yang mereka mainkan, tapi memekku juga mulai digerayangi oleh tangan-tangan nakal Tuan-Tuanku. Walaupun begitu aku tetap berusaha fokus menyelesaikan bacaan surahku.
Salah satu Tuanku lalu duduk bersila di depan sajadahku. Celananya telah ia copot sehingga memperlihatkan kontolnya yang mengaceng. Aku menelan ludahku. Pandangan seseorang saat sholat itu menghadap ke tempat sujudnya sehingga mau tak mau aku terus melihat kontol berurat itu.
"Allahuakbar," aku rukuk. "Subhanarobbiyal adhim- nghh,"
Plak!
Bokongku ditampar oleh mereka. Aku hampir kehilangan keseimbanganku namun aku berusaha tetap fokus dan menyelesaikan bacaan sholatku.
"S-subhanarobbiya-mhhh,"
Plak!
Bokongku ditampar lagi. Butuh waktu dua kali lipat dari biasanya bagiku untuk menyelesaikan rukukku, begitu juga ketika aku i'tidial. Namun hal yang paling sulit baru datang ketika aku sujud.
Dengan posisi bokongku yang menungging keatas dan kepalaku yang lebih rendah, praktis semua Tuan-Tuanku disini akan memanfaatkannya. Kepalaku diinjak oleh salah satu Tuanku, dan aku merasakan memekku digesek-gesek oleh kepala kontol.
Rasa frustasi memenuhi diriku. Selama Tuanku tetap menginjak kepalaku aku tak akan bisa bangkit, aku berharap aku segera dientot saja tapi aku tau seorang budak tak boleh egois dan mementingkan kenikmatannya sendiri. Kenikmatan Tuannya lah yang paling utama.
Akhirnya Tuanku melepaskan kakinya dari kepalaku, tandanya agar aku duduk iftirasy. Aku lalu bangkit dari sujudku, sebenarnya aku sedikit kecewa karena memekku tak kunjung dimasuki oleh sebatang kontol.
"Robbighfirlii warhamnii wajburn-OGHH,"
Glokgh! Gloghk! Glogkh!
Bacaan doa diantara dua sujudku terpotong oleh sodokan kontol Tuanku yang memenuhi mulutku. Air liurku hingga berhamburan ke sajadahku tiap kali Tuanku menghantamkan kontolnya. Nampaknya doa ku langsung terkabulkan, walaupun bukan memekku yang dimasuki kontol namun mulutku saja cukup. Aku adalah hamba yang bersyukur dan tak pilih-pilih.
Berselang beberapa menit, mulutku dipenuhi oleh semburan sperma Tuanku. Aku menelan semua sperma itu semampuku.
"Ahh," aku mengambil nafas sebanyak yang aku bisa sewaktu kontolnya Tuanku sudah lepas dari mulutku. Sebentar saja, karena mulutku kini kembali penuh oleh kontol Tuanku yang lain.
GLOKGH! GLOKGH! GLOKGH!
Aku baru bisa menyelesaikan doa duduk iftirasyku ketika aku sudah menelan semburan peju Tuanku yang kedua kalinya. "Robbighfirlii warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii,"
"Allahuakbar," aku mengucap takbir dengan mulutku yang penuh sperma lalu bersujud.
Plak! Plak! Plak!
"Ayo goyangin bokongmu lonte!" perintah salah satu Tuanku sambil menampar bokongku.
Aku segera menuruti perintahnya, menggoyangkan bokongku naik turun sementara mulutku melafadzkan doa kepada Allah.
"Bagus, bagus, hahaha," ucap Tuanku sambil tertawa. Aku lalu merasakan kepala kontolnya Tuanku menggesek-gesek bibir memekku.
Sleb!
"Nghh," tubuhku terhentak kedepan saat kontol yang aku dambakan itu masuk ke memekku. Tak perlu usaha yang banyak bagi Tuanku untuk menembus memekku yang sudah becek sedari tadi.
Sleb! Sleb! Sleb!
Memekku dipompa oleh kontol Tuanku berulang kali. Desahanku bercampur dengan doa yang kuucapkan.
"Subhaanakallahumma, nggh, ouhhm robbanaa wa bihamdika, ouhhh, shhh, enakkk, ouhhh, allahummaghfirliiiii nghhh,"
Mendengar aku yang sudah mendesah-desah disela membaca doa itu, Tuanku menarik hijabku dari belakang hingga membaut kepalaku mendongak.
"Enak kan dientot sambil sholat?"
"I-iyahhh, enakkk, Lonte Auliya, sukkaaa ibadaahh sambil zinahhh, nghhh, OGH, OGH," Aku mengerang, suaraku bergetar penuh nikmat saat aku merasakan bukan hanya satu tapi dua kontol yang memenuhi tubuhku. Satu masuk ke dalam mulutku, satunya lagi memenuhi memekku.
GOKGH! GOKGH! GLOKGH!
PLOK! PLOK! PLOK!
Suara pinggul mereka yang menghantam mulut dan memekku memenuhi ruangan. Aku dapat melihat perlakuan acuh tak acuh dari Tuan-Tuanku yang lain, salah satunya sedang merekam yang sedang dientot saat sholat ini. Yang lain justru tak mempedulikanku sama sekali, bermain hp dan rebahan di kasurku, seakan mengatakan bahwa diriku yang melonte ini tak cukup untuk menarik perhatian mereka.
"Nghhh," aku mengerang, merasakan vaginaku mulai berkedut saat kontol Tuanku itu memompa memekku semakin cepat. Dengan susah payah aku menahan orgasmeku agar tak keluar lebih dahulu, adab seorang budak dimana majikan harus lebih dahulu crot dibandung budaknya.
"NGHHH, telen semua peju aku lonteee," aku mendengar Tuan yang memakai mulutku menggeram, dan dia menyemburkan pejunya ke dalam mulutku. Tubuhku bergetar saat aku menelan semua pejunya, dan kemudian Tuanku yang memakai memekku mengikutinya, menumpahkan pejunya ke dalam rahimku.
"NGHHHHHH, OGHHHH," aku mencengkram kain sajadahku erat-erat. Tubuhku sampai melengking, dan jari-jari kakiku menjinjit-jinjit. Cairan orgasme yang keluar dari memekku membasahi kontol Tuanku.
Kenikmatanku tak bertahan lama, karena setelah kontol-kontol Tuanku ini lepas dari kedua lubangku, aku tau aku harus segera bangkit dan berdiri untuk menyelesaikan sholatku.
"Allahuakbar," aku berdiri kembali. Sperma perlahan meleleh jatuh dari memekku. Kakiku bergetar saat aku berdiri, efek dari orgasmeku masih terasa sekali. Anehnya, Tuan-tuanku tak mengangguku lagi, paling hanya meremas toketku beberapa kali saja. Dari berdiri, rukuk, sujud pun aku tak diganggu.
Hingga akhirnya aku duduk tahiyat akhir. Aku berusaha khusyuk membaca doa namun Tuan-tuanku kini semuanya berkumpul membentuk lingkaran mengelilingiku rapat dengan kontol keras mereka yang tegak mengacung ke arahku. Akankah aku disuruh melayani tujuh kontol sekaligus? atau akan ada adegan bukkake seperti di film bokep yang tadi aku tonton?
Ternyata bukan keduanya.
Curr...
Tujuh orang Tuanku itu mengeluarkan cairan kencing mereka, mempipisi diriku hingga basah kuyup.
"Ahh," aku membuka mulutku sebesar mungkin. Tak boleh ada cairan suci Tuanku yang jatuh terbuang sia-sia. Walaupun begitu tetap saja, saking banyaknya cairan pipis yang keluar dari kontol mereka, cairan itu membasahi diriku lalu perlahan menetes turun ke sajadah yang aku punya.
'Emhh," aku menjliati sekitar bibirku yang basah oleh kencing Tuan-Tuanku. Tak lupa kuselesaikan membaca doa takhiyat akhir. "....fitnatil mahyaa wamamaati wamin fitnatil masiihid dajjaal."
"Assalamualaikum warahmatullah," aku mengucap salam ke kanan dan kiri. Ini adalah sholat sunnah terlama yang pernah aku jalani, lebih dari lima belas menit. Semuanya penuh dengan menyembah Tuhan dan kontol para Tuanku.
"Ayo ikut kita!"
Tanpa memberiku waktu untuk berziikir setelah sholat, salah satu Tuanku mencengkram hijabku dan memaksaku merangkak mengikuti dirinya. Tuan-Tuanku yang lain mengikuti di belakangku.
Aku dibawa ke kamar mandi.
Byur! Byur!
Tuanku langsung menggebyur diriku dengan air berulang kali. Tubuhku tersentak ketika tiba-tiba diguyur oleh air dingin.
"Biar kamu ga bau pesing lagi," kata Tuanku. "Sekalian mandi wajib, kan habis ngentot hahaha,"
"I-iya," jawabku.
Kontol-kontol Tuanku lalu tiba-tiba sudah memampag di depanku lagi. Mulutku penuh oleh sebatang kontol, lalu memekku, lalu anusku, dan juga kedua tanganku yang harus mengocok kontol Tuan-Tuanku. Itu baru lima kontol yang aku puaskan, masih tersisa dua. Yang berarti ketika salah satu dari kontol Tuanku crot, akan ada kontol lain yang menggantinya. Tak ada waktu istirahat sedetik pun bagi hamba kontol ini.
Plok! Plok! Plok! Plok!
Tanpa ampun tubuhku digunakan oleh mereka, tubuhku terasa kembung karena harus menelan semua peju Tuan-Tuanku.
"Nghhh, lonte muslimahh, gw hamilin eluuuuu,"
Crot, croot, croot.
Peju menyembur rahimku kembali. Dengan begini aku yakin sebentar lagi aku pasti hamil dan aku tak tau siapa ayah dari anakku nanti. Tapi aku memilih tak ambil pusing, karena tugasku sekarang hanyalah menjadi tempat pembuangan peju Tuan-Tuanku.
Dari pagi hingga malam tubuhku dipakai oleh mereka, aku hanya diberi waktu beberapa menit untuk makan dan minum. Itupun makanan dan minuman yang telah dicampur oleh peju. Awalnya aku merasa jijik memakan nasi campur peju, ibuku menyuruhku untuk membayangkan bahwa sperma itu seperti mayonais. Rasa jijik yang kurasakan perlahan-lahan berkurang walaupun aku masih tak suka memakannya. Ibuku menyuruhku agar tak khawatir, karena semua akhwat yang ikut pengajian cepat atau lambat akan menyukai semua makanan yang dicampur sperma.
Hari-hari berikutnya, tamu-tamu itu terus datang bergantian. Aku bahkan sempat curi dengar bahwa yang datang bukan keluarganya Mas Hendra saja, tapi juga tetangga dan bahkan pemulung di perumahan keluarga mereka.
Aku ingin mengatakan bahwa apa yang aku alami ini adalah siksaan tapi tiap kali Tuan-Tuanku selesai menggunakan tubuhku dan pulang, memekku terasa gatal dan aku tak bisa tidur tenang. Baru ketika keesokan harinya aku dientot kembali rasa gatal di memekku itu reda.
Memang benar kata ibuku, bahwa wanita itu butuh dientot tiap hari, oleh siapapun dan dimanapun.
***1615Please respect copyright.PENANAgHuulLlaBq
Bagi yang mau membeli karya MirzaAli yang lainnya silahkan hubungi telegram : @mirzaali1 atau join Channel : https://t.me/+7mjZFt-x1UAzZThl1615Please respect copyright.PENANA3nnap91fJi