Aku bangun keesokan harinya dengan tubuh penuh keringat dan vibrator yang masih menyala di memekku. Dengan malas-malasan aku meraih hpku dan kulihat sekarang jam enam pagi.
"Astaghfirullah," aku kaget karena tak ada yang membangunkanku. Subuh sudah kelewat lama sekali. Aku lalu bangun dan berdiri dari kasurku.
"Nghh," aku mendesah pelan saat mencopot vibrator di memekku. Sluurp, sluurp. Kujilati cairan memekku sendiri yang menempel di vibrator itu. "Rasanya ada yang kurang sih, kalau aja memekku dikontoli terus dipenuhi sama peju, pasti enak," gumamku.
Membahas kontol jadi membuatku teringat tentang Ustazah Halimah dan Mbak Latifa kemarin. Penasaran, aku keluar kamar dan berjalan menuju ke kamar di pojok lantai dua ini.
Semakin dekat aku ke sana, semakin jelas suara desahan dan dengungan kecil yang berasal dari kamar pojok itu.
"Ohhhh, enakkkkk, ana pengen kontolll, pleaseee kontoll, nghh, ouhhh,"
Kulihat dari sela-sela pintu kamar, Ustazah Halimah kini sedang ditali di kursi. Memeknya dijejali dildo getar dan dilakban, nipple clamps yang menjepit pentilnya itu diberi pemberat, dan toketnya merah seperti habis ditampar berulang kali semalaman.
"Sakit banget pasti digituin," ucapku. Walaupun begitu aku tetap merasa sange melihat Ustazah Halimah yang disiksa habis-habisan. Ada rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuh akhwat seperti kami ketika disiksa demi kepuasan nafsu birahi. Entahlah, mungkin memang tubuh kami diciptakan seperti itu dari lahir.
“Ouhhhhh, ampunnn Latifaaa, ana pengen kontolll, kontolhhhh,”
Plak!
Mbak Latifa menampar wajah Ustazah Halimah hingga sang Ustazah itu menoleh ke samping.
“Kamu beneran pengen kontol?” tanya Mbak Latifa.
“I-iyahhh, aku pengen kontolll di memekku, anuskuu, mulutkuuuu, semuanyahhhh,” desah Ustazah Halimah.
Sama seperti malam kemarin, aku mulai sange mengintip perbuatan mesum Ustazah Halimah dan Mbak Latifa. Jari-jariku sudah mulai mengobel memekkku yang becek.
"Nghh," desahku lirih.
Tak tahan, aku lalu berbalik ke kamarku. Tapi sebelum aku bisa menyelipkan diriku ke dalam kamar, Mbak Wulan memanggilku dari belakang.
"Eh, Anisa pas banget," ucap Mbak Wulan melihat diriku di depan kamar.
"Kenapa Mbak?" aku berbalik melihat Mbak Wulan yang memakai rok hitam panjang, serta hijab kombor yang panjangnya sepaha.
"Jogging yuk, pagi-pagi gini biar sehat," ajak Mbak Wulan kepadaku.
Aku menggeleng pelan, "Emm, kayaknya engga dulu deh Mbak," ucapku menolak. Aku ingin melampiaskan rasa sangeku dengan colmek sepuasnya, bukan mau olahraga capek-capek.
"Ayo dong, kamu disini karena pengen dilatih jadi lonte akhwat sejati kan? jogging gini juga ngelatih stamina lho biar pas dientot sama banyak orang kuat,“ ucap Mbak Wulan.
Aku terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Mbak Wulan, kalau selama aku tinggal disini aku hanya melampiaskan nafsuku dengan colmek terus menerus, apa bedanya dengan aku cuma tinggal di rumah?
Aku mengingat kembali tujuanku disini, yaitu untuk memenuhi fitrah diriku sebagai wanita pemuas nafsu birahi lelaki.
"I-iya Mbak, aku ganti baju dulu aja ya," ucapku sambil hendak masuk ke dalam kamar tapi dicegah oleh Mbak Wulan.
"Gausah, ini udah Mbak bawain," ucap Mbak Wulan sambil menyerahkan kepadaku rok berwarna krem dan hijab kombor.
"Atasannya Mbak?" tanyaku.
Mbak Wulan tak menjawab, ia hanya menyingkapkan hijabnya dan langsung tampaklah toketnya. Ternyata, dari tadi Mbak Wulan telanjang pada bagian atas tubuhnya. Aku tadi tak menyadarinya karena hijab kombor yang Mbak Wulan pake menutupi tubuhnya dari atas kepala hingga paha.
"Pake disini aja langsung," perintah Mbak Wulan.
"Iya Mbak," ucapku. Aku lalu langsung memakai rok dan hijab yang diberikan kepadaku. Aku kini merasa mirip seperti Ummiku yang selalu memakai gamis dan hijab kebesaran seperti ini. Tak lupa aku memakai cadarku juga.
"Ayo keluar," ucap Mbak Wulan sambil melangkah menuruni tangga. Aku segera mengikuti Mbak Wulan dari belakang.
Kami berdua lalu keluar dari rumah dan mulai jogging, aku tak tau kemana kita akan jogging dan ketika aku bertanya kepada Mbak Wulan ia hanya menyuruhku untuk melihat saja nanti. Kata Mbak Wulan untuk mengukur kecepatan jogging santai yang pas adalah pelari harus bisa berbicara dengan lancar tanpa kehabisan nafas. Jadi, aku dan Mbak Wulan berbicara untuk memastikan kami tak berlari begitu cepat, kami menghabiskan waktu saling mengenal satu sama lain lebih dalam waktu jogging ini.
"Kamu paling banyak ngelayanin berapa kontol dalam satu waktu sekaligus?" tanya Mbak Wulan
"Cuma tiga mbak," ucapku jujur.
"Mbak dulu pernah ngelayanin sebelas kontol sekaligus, punya temen-temenku satu jurusan," ucap Mbak Wulan bangga. "Ana dipake terus-terusan selama seminggu dan ana ga pingsan sama sekali lho."
Aku menelan ludahku. Sebelas? gila! Ternyata beginilah menjadi lonte akhwat yang sebenarnya, aku yang hanya melayani tiga kontol secara bersamaan belum ada apa-apanya.
"Ana denger dari Ustazah Latifah kalau kamu dientot tiga kontol itu pingsan kan ya?" tanya Mbak Wulan selanjutnya.
"I-iya Mbak," jawabku. Aku jadi malu mengingat kejadian itu, hanya melayani tiga kontol saja aku pingsan.
"Makanya kamu harus latihan stamina yang banyak, lari, ngegym, olahraga lah intinya biar kamu bisa ngelayanin semua laki-laki yang pake tubuhmu itu,"
"Iya Mbak," ucapku.
Menjadi akhwat tak semudah yang aku kira. Fitrah kita memang hanya sebagai tempat pelampiasan nafsu para pria, tapi bukan berarti aku hanya membuka pahaku aja lalu dientot. Aku juga harus belajar bagaimana melayani kontol para tuan-tuanku itu dengan baik dan memuaskan.
Kibaran angin pagi ini cukup kencang sehingga jilbab kami berdua kadang sampai terbuka dan memperlihatkan toket kami. Untungnya, kompleks area sekitar rumah Mbak Latifa cukup sepi pagi ini, mungkin masih pada tidur.
Aku dan Mbak Wulan terus berjogging melewati beberapa rumah besar, lalu menuju jalan raya dan menyebranginya, kami lalu memasuki sebuah gang.
"Di area ini banyak orang miskin, pemulung, begal gitu," ucap Mbak Wulan menjelaskan.
Hal pertama yang aku sadari adalah daerah ini kumuh sekali, rumahnya banyak yang reyot dan ada bau busuk menyengat.
"Suit, suit," beberapa pria bersiul melihat kami berdua sedang jogging. "Cantik banget neng,"
Mbak Wulan tersenyum, "Makasih Mas," ucapnya. Ia lalu mengangkat jilbabnya naik, memperlihatkan toketnya kepada pria-pria yang sedang duduk nongkrong di pinggir jalan.
Gerombolan lelaki itu saking terkejutnya hanya bisa diam melongo melihat keindahan toket ukhti sholihah seperti Mbak Wulan. Aku pun sama terkejutnya melihat Mbak Wulan seberani itu, apalagi Mbak Wulan itu tak bercadar sepertiku. Bisa saja pria-pria yang menongkrong itu mengenal Mbak Wulan lalu melacak rumahnya nanti.
Aku mendengar para pria itu tertawa terbahak-bahak. Mereka tak mengejar kami berdua, mungkin mereka bingung dan tak menyangka ada wanita, apalagi ukhti-ukhti seberani itu.
"Kamu harusnya juga angkat jilbabmu Nis," ucap Mbak Wulan. "Itu cara kita berterimakasih kalau dipuji oleh laki-laki."
"Iya Mbak, nanti selanjutnya aku juga begitu," jawabku. Aku mengingat-ingat perintah dari Mbak Wulan itu.
Kami berdua lalu terus jogging dan baru berhenti saat melihat seorang Kakek tua yang membawa karung sampah di punggungnya.
"Maaf kakek permisi," ucap Mbak Wulan. Kami berdua berdiri di depan pemulung itu.
"Iya Mbak kenapa?" ucap Kakek tua itu heran ada dua wanita cantik yang tiba-tiba menyetop dirinya.
"Namanya Kakek siapa ya?" tanya Mbak Wulan.
"Sugeng Mbak," ucap Kakek tua itu.
"Oalah Kakek Sugeng. Kami berdua dari pesantren Arrohmah, ingin bertanya beberapa pertanyaan boleh?"
"Boleh Mbak," jawab Kakek Sugeng.
"Maaf ya Kakek Sugeng kalau pertanyaannya sensitif, Kakek punya istri?" tanya Mbak Wulan.
"Engga Mbak," ucap Kakek Sugeng, ia tampak tidak nyaman ditanyai oleh kami berdua dan hendak pergi.
Tapi sebelum Kakek tua itu pergi, Mbak Wulan langsung mengangkat jilbabnya ke atas sampai-sampai Kakek Sugeng melongo.
"Hihi, bagus ga Kek toketku," ucap Mbak Wulan sambil mengerlingkan matanya.
"B-bagus Mbak," ucap Kakek Sugeng terbata-bata.
"Kalau punyaku gimana Kek?" tanyaku. Aku juga ikut mengangkat jilbabku keatas, memperlihatkan toketku.
Kakek Sugeng menelan ludahnya. Ia tak percaya dua wanita sholihah dihadapannya sedang memamerkan toket mereka dengan gratis seperti ini.
"B-bagus banget Mbak," ucapnya. Tangan Kakek Sugeng reflek langsung memegang toketku dan Mbak Wulan bergantian. Merasakan kenyalnya buah dada kami.
"Kakek terakhir kali disepong kontolnya kapan?" tanya Mbak Wulan.
"Udah lama banget Mbak, istri saya pergi bertahun-tahun udahan," ucap Kakek Sugeng berterus-terang. Tangannya masih asyik meremas toket Mbak Wulan dan diriku.
"Wahh, kasihan banget ya Kek. Kakek mau kami bantu puaskan nafsu birahinya?" tanya Mbak Wulan selanjutnya.
"I-iya," jawab Kakek Sugeng tergagap. Ia bingung mau percaya atau tidak mendengar tawaran dari Mbak Wulan.
Mbak Wulan lalu segera berlutut dihadapan Kakek Sugeng, ia menarik tanganku juga agar ikut berlutut. Kakek Sugeng tak bertanya lebih lanjut, ia langsung membuka celananya dan memperlihatkan kontolnya.
Aku hampir muntah mencium bau kontol Kakek Sugeng yang entah sudah berapa lama tak dicuci itu. Ada campuran bintik-bintik debu dan kotoran yang menempel dari pangkal hingga ujung kontolnya. Kulihat Mbak Wulan malah menunjukkan ekspresi sebaliknya. Pandangannya terpaku ke kontol Kakek Sugeng itu dan air liur hampir tumpah dari ujung bibirnya.
"Sluurp, Sluurp," Mbak Wulan dengan lahap langsung menjilati tiap inci kontol Kakek Sugeng membuatku terpana. Kontol yang aku anggap menjijikkan itu justru dianggap begitu lezat oleh Mbak Wulan.
"Ayo Anisaa, layani kontol tuan kita inii," ucap Mbak Wulan membuyarkan lamunanku. Mbak Wulan kini sedang menjilati buah zakar Kakek Sugeng yang penuh dengan jembut keritingnya.
Aku mendekat dan mencopot cadarku. Meniru Mbak Wulan, aku menjilati batang kontol Kakek Sugeng itu dengan lahap dari ujung ke ujung. Sementara Mbak Wulan masih menjilati buah zakarnya, sesekali mengulum bola-bola itu.
"Sepong kontolnya Nis," ucap Mbak Wulan disela-sela menjilati buah zakar Kakek Sugeng.
Aku mematuhi perintah Mbak Wulan dan mulai memasukkan kepala kontol Kakek Sugeng ke dalam mulutku.
“Oghhh, oghhh,” aku memaksa diriku untuk menelan seluruh batang kontol Kakek Sugeng itu, awalnya aku ragu untuk menggerakan kepalaku maju mundur menyepong kontol itu tapi tangan Mbak Wulan membantuku dengan memaksa kepalaku untuk maju hingga mentok ke pangkal kontol Kakek Sugeng.
“Nghhh, nghhh,” Kakek Sugeng mengerang. Mukanya sudah merah padam. Tampaknya ia akan segera orgasme.3946Please respect copyright.PENANAT3LNnszu44
Mbak Wulan terus mendorong kepalaku hingga mentok menelan semua batang kontol Kakek Sugeng, bahkan ketika aku meronta-ronta kesakitan. Baginya, yang penting Kakek Sugeng merasa nikmat.3946Please respect copyright.PENANAOFbvp8Qst6
"Ayo terus Kakekk, entot mulut pecun bercadar inii, dia butuh kontoll," ucap Mbak Wulan. Tangannya memaju-mundurkan kepalaku yang ketika dipadukan dengan Kakek Sugeng yang juga menyentak-nyetakkan kontolnya ke depan membuat mulutku serasa hampir robek dipaksa mengakomodasi kontol miliknya.3946Please respect copyright.PENANACr8IQ0MEHe
GLOKGH! GLOGHKH! GLOGKH!3946Please respect copyright.PENANA3hn6GTXJRj
Tanganku mencengkram paha Kakek Sugeng kuat-kuat, berusaha untuk menahan rasa sakit yang menjalar di tenggorokanku.3946Please respect copyright.PENANA0ZJbdrlP89
“Arrggghhh,” sedikit menggeram, Kakek Sugeng menyentakkan pinggulnya ke depan, aku merasakan kontolnya di mulutku mengeras sempurna, kemudian kontolnya itu memuncratkan cairan hangat yang langsung masuk ke tenggorokanku.3946Please respect copyright.PENANAFy0D93dvwp
Glek, glek, glek. Cairan peju itu langsung kutelan semuanya namun Kakek Sugeng masih menyentak-nyentakkan kontolnya dan Mbak Wulan belum melepaskan cengkramannya di kepalaku. Kayaknya ia ingin memastikan bahwa Kakek Sugeng telah memuntahkan semua cairan pejunya ke mulutku dan tak ada yang mubazir terjatuh sia-sia.3946Please respect copyright.PENANAIuEyf5yWla
Akhirnya, Kakek Sugeng menyemburkan cairan peju terakhirnya dan Mbak Wulan langsung melepaskan cengkramannya di kepalaku. Namun, belum sempat aku mengambil nafas, Mbak Wulan langsung menyosor bibirku. Kami berdua berciuman saling memagut lidah satu sama lain. Peju di mulutku Mbak Wulan sedot-sedot.3946Please respect copyright.PENANApeuoaey2eZ
Setelah selesai menjilati peju Kakek Sugeng yang berada di mulutku itu, Mbak Wulan kembali menghadap ke Kakek Sugeng, "Kakek mau pilih entot memeknya ana atau Anisa? atau malah mau pake anus kami?" tanyanya dengan manja menggoda.3946Please respect copyright.PENANAor2OOqy0em
"Waduh, waduh," Kakek Sugeng terkekeh. Keberuntungannya ternyata belum habis. "Mbak-mbak ikut saya aja ayo ke tempat saya biasanya, disana banyak orang kayak kakek ini yang butuh memek buat dientot."3946Please respect copyright.PENANAbErDOQb8vQ
"Beneran Kek?" tanya Mbak Wulan dengan mata berbinar.3946Please respect copyright.PENANACJSYnRJeks
"Iya lah, masa Kakek bohong," ucap Kakek Sugeng kembali terkekeh. "Ayo ikut Kakek," lanjutnya sambil memasukkan kontolnya yang basah berlumur ludah itu ke celananya.3946Please respect copyright.PENANAnagzXKgOWt
Kakek Sugeng lalu memapak kembali karung sampahnya, ia lalu menyuruh kami untuk mengikuti dirinya. Mbak Wulan dan aku lalu berjalan mengikuti Kakek Sugeng, aku tak memasang kembali cadarku karena sudah kotor terkena debu tanah.3946Please respect copyright.PENANAyL3QBoU96x
"Mbak Wulan udah lama ga digangbang hihi," bisik Mbak Wulan kepadaku. "Terakhir kali hampir sebulan lalu deh kayaknya, tiga harinan memekku dipake nonstop di rumahku."3946Please respect copyright.PENANAWwaKLUMdLN
Pantas ia kelihatan seneng banget pas Kakek Sugeng ngomong tadi, gumamku.3946Please respect copyright.PENANA1ZWKhnbbkg
"Di rumahnya Mbak tiga hari terus ngga takut ketauan orang tuanya Mbak Wulan?" tanyaku heran.3946Please respect copyright.PENANAmfhskV2exr
"Loh, malah Umminya Mbak ikut dientot kok hihi, awalnya marah kan pas tau, tapi Ummi diperkosa sampe akhirnya ketagihan kontol kayak ana," ucap Mbak Wulan.3946Please respect copyright.PENANA18xkRoxv3v
"Ha?" aku melongo tak percaya mendengar perkataan Mbak Wulan. "B-beneran Mbak?"3946Please respect copyright.PENANAf9J1ViKqJK
"Iya hihihi, udah lain kali aja ya ceritanya," ucap Mbak Wulan bertepatan dengan Kakek Sugeng yang menunjuk sebuah rumah reyot. Rumah itu sepertinya adalah tempat kumpul yang dibicarakan Kakek Sugeng tadi.3946Please respect copyright.PENANADaudCH3BVi
"Ayo masuk," ucap Kakek Sugeng mempersilahkan kami berdua.3946Please respect copyright.PENANAP4c3pYrMOc
Aku dan Mbak Wulan masuk ke rumah reyot itu. Di dalam rumah, keadaannya sungguh miris. Banyak sampah dan barang-barang berserakan, bau rokok dan alkohol bercampur jadi satu, dan ada seorang pria bertubuh tinggi besar berotot yang tertidur di sofa bolong-bolong atau kardus diatas lantai.3946Please respect copyright.PENANAd4MHAWeBDq
"Anjing, loe bawa siapa Geng?!" tanya pria itu yang bangun kaget melihat kehadiran aku dan Mbak Wulan. Lengannya yang besar banget itu membuatku takut kalau-kalau otot bicepnya nanti bisa meledak seperti balon. "Hehehe, halo mbak nama gue Anton, preman daerah sini nih, kalian pasti aman kalau main ke daerah ini." ucapnya sambil merangkul kami berdua.3946Please respect copyright.PENANAUNVBDhQaPr
"Iya Mas Anton, nama ana Wulan." Mbak Wulan menyenderkan kepalanya di dadanya Anton, berlagak manja. Hal itu membuat Mas Anton, yang sebenarnya lebih pantes dipanggil Pak Anton karena sudah tua, kesengsem3946Please respect copyright.PENANAWUwsQoKIzE
"Modus kau Anton!" ucap seorang pria yang muncul dari ruang belakang rumah. "Kau bawa darimana nih dua cewek cantik begini Geng?" Pria itu mengalihkan pertanyaannya ke Kakek Sugeng. "Pasti kau culik ya?"3946Please respect copyright.PENANAEmjCJwpyAA
"Hahaha, " Kakek Sugeng tertawa. "Jangan nuduh kamu Toni, aku bertemu mereka berdua di pinggir jalan lagi nawarin memek mereka."3946Please respect copyright.PENANAG3ZrMakMXJ
Pak Anton dan Pak Toni terkejut mendengar perkataan dari Kakek Sugeng, "Bener Mbak apa yang bandot tua ini omongin?" tanya Pak Toni.3946Please respect copyright.PENANAet2HDSruUw
"Iya Mas," ucap Mbak Wulan membenarkan perkataan Kakek Sugeng. "Ana Wulan dan ini Anisa, kami berdua dari pesantren Arrohmah ditugaskan untuk berdakwah kepada orang yang kurang mampu."3946Please respect copyright.PENANAzxBdSVqHgO
Mbak Wulan menyenggol pinggangku, mengisyaratkan agar aku berbicara. "B-betul Mas-Mas, jadi kami disini ingin menyedekahkan memek kami bagi semua yang berkebutuhan disini.“3946Please respect copyright.PENANAYBnZztltK3
Kedua pria itu sampai melongo saking terkejutnya.3946Please respect copyright.PENANAlq4YGLppyU
“Walah, kalau begini mah semuanya dipanggil aja,” ucap Pak Toni. “Ton, kau panggil yang lainnya,”3946Please respect copyright.PENANASYrQJ4Qu0L
Pak Anton langsung pergi ke dalam untuk memanggil yang lainnya. Sementara itu Pak Anton mempersilahkan aku dan Mbak Wulan untuk duduk di sofa yang busanya sebenarnya sudah ambles. Pak Anton duduk di sebelahku, dan Kakek Sugeng duduk di sebelahnya Mbak Wulan.3946Please respect copyright.PENANAAsqyl1S65u
"Betul itu, emang seharusnya akhwat didikan pesantren kayak gini, jangan cuma dakwah di masjid terus, yang butuh didakwahi justru kita ini ya kan, hahaha," ucap Pak Toni sambil terbahak-bahak selepas mendengarkan Mbak Wulan bercerita tentang pesantrennya.3946Please respect copyright.PENANAWI3YgmgYca
“Lha terus mbak yang satu ini gimana,” tanya Pak Toni sambil mengelus-elus pipiku.3946Please respect copyright.PENANAznRewKcb8L
“Ana murid baru di pesantren Pak,” ucapku jujur. “Jadi baru pertama kali mengikuti program sedekah memek ini.”3946Please respect copyright.PENANAFmH6kPgFcT
“Oalah,” ucap Pak Toni. Ia tak bertanya macam-macam lagi dan langsung mencium bibirku.3946Please respect copyright.PENANAKa1e5IPMpw
Cupp, cuppp. Kami berdua berpagutan saling bermain lidah dalam mulut kami. Pak Toni mulai menggerayangi toketku dengan kedua tangannya. Tanganku pun tak tinggal diam juga mulai meraba-raba kontol Pak Toni.3946Please respect copyright.PENANAcfFTdF6tE3
“Weh, weh, malah udah main aja sama lonte-lonte ini,” ucap seorang pria yang datang bersama Pak Anton dari belakang. “Minum-minum dulu lah,” sambungnya sambil meletakkan beberapa botol plastik di meja. Pak Anton dan pria disebelahnya itu lalu duduk di sofa reyot di depanku.3946Please respect copyright.PENANAC4jkI0M91w
“Suka-suka aku lah,” ucap Pak Toni. Ia berhenti mencium bibirku tapi tangannya masih menggerayangi toketku dan memilin-milin pentilku. Aku merem melek keenakan.3946Please respect copyright.PENANAc9pP9Z83Ib
“Bagi satu, Dul,” ucap Pak Anton meminta satu botol plastik itu.3946Please respect copyright.PENANAxa92aMGhC8
“Nih,” ucap Pak Abdul sambil memberikan botol itu ke Pak Anton.3946Please respect copyright.PENANAQVxJT9lEW9
Pak Anton dan Pak Toni lalu meminum isi botol plastik itu sambil menonton aksi mesum diriku dan Mbak Wulan. Kulihat Mbak Wulan masih asik berciuman dengan Kakek Sugeng, tubuhnya sudah telanjang dan hanya hijab yang masih terpasang di kepalanya.3946Please respect copyright.PENANAr02KWDwcTX
“I-itu minuman apa Pak?” tanyaku kepo melihat botol plastik yang Pak Anton dan Pak Toni.3946Please respect copyright.PENANAe68uxjDw8B
“Ini namanya miras ukhti,” jawab Pak Abdul. “Ukhti pernah minum?”3946Please respect copyright.PENANANVKN6oMfdB
Aku menggeleng, seumur hidup aku belum pernah meminum khamr.3946Please respect copyright.PENANAhwzgydyAbc
“Ana pernah Pak,” ucap Mbak Wulan. “Bir, wine, miras oplosan, vodka semuanya pernah ana coba hihi,”3946Please respect copyright.PENANA86lagDEVA4
“Wah ini baru ukhti gaul jaman sekarang hahaha,” ucap Pak Abdul sambil tertawa.3946Please respect copyright.PENANAis1C5z5hrI
“Nih Mbak kita kasih satu gratis, ” ucap Pak Anton sambil menyodorkan botol itu ke arah Mbak Wulan.3946Please respect copyright.PENANACfKAmjMM48
“Afwan Pak, peraturan dari pesantren tidak boleh menerima hadiah gratis,” ucap Mbak Wulan. “Kalau ana bayar miras ini dengan memek ana gimana?”3946Please respect copyright.PENANA1wxkgN4Y2I
Perkataan Mbak Wulan itu disambut oleh gelak tawa keempat pria yang ada di ruang tamu ini.3946Please respect copyright.PENANA25nvz9Rqgl
“Nghh, dasar akhwat-lonte ya kamu, binal sekali kamu,” ucap Kakek Sugeng. Ia langsung melumat bibir mungil seksi milik Mbak Wulan itu.3946Please respect copyright.PENANAEyPF6GrLzd
“B-bentar pakhh,” ucap Mbak Wulan sambil menjauhkan bibirnya dari Kakek Sugeng. “Kita ciuman sambil minum miras ini aja.”3946Please respect copyright.PENANACBoQ79ILG0
“Boleh,” ucap Kakek Sugeng mengiyakan usulan Mbak Wulan. Kakek Sugeng meminum miras dari botol plastik itu tapi tidak ia teguk, mulutnya sedikit menggembung menampung miras. Tangannya lalu memegang dagu Mbak Wulan, lalu ia mendekatkan mulutnya yang kembung itu, dengan sedikit kasar dibukanya mulut Mbak Wulan, dan disodorkan mulutnya mendekat.3946Please respect copyright.PENANAog0xSl8JUK
Glgk glgk glgk, kulihat Mbak Wulan menengguk miras yang berpindah dari mulut Kakek Sugeng ke mulutnya itu. Begitu cairan itu habis, Kakek Sugeng langsung melumat bibir Mbak Wulan dengan ganas. “Seksi banget kamu lonte akhwatt,” desisnya sambil melumat kembali bibir itu.3946Please respect copyright.PENANAwYfw9uIDEu
“Ahh, enakknyaa, kamu harus cobaiin Niss,” ucap Mbak Wulan disela-sela ciumannya dengan Kakek Sugeng.3946Please respect copyright.PENANAEp5wELEshf
Pak Toni mengambil botol plastik yang isinya tinggal setengah dari tangan Pak Anton, “Buka mulutmu Mbak,” ucapnya sambil meminum miras dari botol itu. Tangannya lalu mencengkram leherku dan memaksaku mendongak keatas, aku membuka mulutku lebar siap menampung khamr haram itu untuk pertama kalinya dalam hidupku. Pak Toni menyodorkan mulutnya yang langsung aku sambut, ia menyungkup mulutku sambil mengalirkan minuman itu dari mulutnya. 3946Please respect copyright.PENANA09XLvKoLj9
Glek, glek, glek. Aku merasakan miras itu berpindah dari mulut Pak Toni saat mulut itu memaku erat mulutku. Aku langsung meneguk semuanya hingga habis. Cairan itu terasa hangat di tenggorokanku.3946Please respect copyright.PENANAtWSBdCqucW
“Mhhh, mmhhh,” aku mengeluarkan desahan pelan saat Pak Toni terus meremas-remas toketku, tangannya dengan beringas merobek bagian dada gamisku hingga toketku menyembul keluar. Ditambah, aku merasakan tangan Pak Abdul yang sudah berpindah ke belakangku mulai meraba-raba memekku. Tubuhku meliuk-liuk merasakan rangsangan mereka berdua. Perutku terasa hangat karena miras yang tadi kuminum.3946Please respect copyright.PENANAydUWL6w11m
Pak Abdul mengarahkan tanganku ke kontolnya, aku spontan mulai mengocok kontolnya itu membuat Pak Abdul melenguh.3946Please respect copyright.PENANAuPYQXIZ0Oj
“Nghh, tanganmu kecil lembut ukhti….”3946Please respect copyright.PENANAkCDWXXAvFu
Mulutku masih sibuk bercengkrama dengan mulut Pak Toni. Lidahnya dengan ganas menjelajahi rongga mulutku. “Minum lagi Mbak,” ucapnya sembari menenggak miras lagi dan mencium mulutku.3946Please respect copyright.PENANAtaAImnW5vT
Glek, glek, glek.3946Please respect copyright.PENANAhjtSJ075Nr
“Ahh,” aku mendesis. Tenggorokanku terasa sedikit panas meminum miras oplosan ini, tapi benar kata Mbak Wulan, miras ini sungguh enak. Aku jadi menyesal tak mencobanya sejak dulu.3946Please respect copyright.PENANA6C70f56jf9
Pak Toni lalu berhenti mencumbuku, ia berdiri dan mencopot celana kumuhnya. Aku menjerit kaget ketika ia tiba-tiba mengangkat tubuhku. Pak Toni lalu duduk di sofa dan memposisikan diriku dipangkuannya.3946Please respect copyright.PENANAj91PhNlex0
“Masukin memekmu ke kontolku Mbak,” ucap Pak Toni.3946Please respect copyright.PENANAtdmqnu2UjE
Aku lalu mengangkat sedikit pinggangku dan memegang kontol Pak Toni yang sudah mengacung tegak itu. Kuarahkan kontol itu ke dalam memekku lalu..3946Please respect copyright.PENANAB9MR1uGge9
Bleshh!3946Please respect copyright.PENANAY2ePlq4fDJ
“Sshhh,” aku mendesis saat kontol Pak Toni itu berhasil masuk ke dalam memekku. Aku terdiam beberapa saat membiarkan memekku beradaptasi dengan kontol Pak Toni yang besar itu. Lalu aku mulai menggoyangkan pinggulku naik turun, mengulek-ulek kontol Pak Toni.3946Please respect copyright.PENANAx8HcjXgVAt
“Nghhh, yang ngajarin kamu jadi binal gini siapa lontee?” erang Pak Toni.3946Please respect copyright.PENANAiBqHzDrREQ
“Ouhhh, shhhh, Ustazah Latifaa Pakk, beliau ustazahkuu,” desahku.3946Please respect copyright.PENANAFoD3miaRoy
“Besok bawa dia kesini ya, pasti goyangannya lebih mantap,”3946Please respect copyright.PENANAmXfKXDVJ2X
“Iyahh,” jawabku.3946Please respect copyright.PENANAexUmBV3hl1
Kepalaku lalu dicengkram oleh Pak Abdul dan dipaksa menoleh ke samping, ia lalu menyosor bibirku. Tangannya lalu menuntun tanganku untuk kembali mengocok kontolnya. Pak Abdul makin ganas menciumku waktu aku mengocok kontolnya.3946Please respect copyright.PENANA14ANgV6GAg
Aku tak menyadari kalau tangan Pak Abdul yang lain sedang meraih botol miras di meja dan menuangkannya ke kepalaku.3946Please respect copyright.PENANAhCMzTrOddB
“Ahhh!” aku menjerit kaget. Tubuhku bergetar merasakan siraman itu yang membasahi hijabku dari atas sampai ke buah dadaku. Pak Abdul lalu menenggak miras yang tersisa dari botol itu sampai habis dan menciumku kembali. Tanganku yang tadi terlepas karena kaget kini mulai mengocok kembali kontol Pak Abdul.3946Please respect copyright.PENANAmA3trE0REx
Pak Toni memegang pinggulku dan menaik turunkan pinggangnya sendiri menyodok-nyodokkan kontolnya ke memekku, tak berhenti disitu Pak Toni juga menjilati dan menghisap-hisap toketku yang basah oleh miras.3946Please respect copyright.PENANA7mFJlQyORg
“Mhhh, mmmhh,”3946Please respect copyright.PENANAYSSqUf0iVd
Kalau mulutku sedang tak dicumbu oleh Pak Abdul pasti aku sudah mendesah-desah keras. Aku menekan erat kepala Pak Toni ke dadaku, Pak Toni yang tau maksudku semakin bernafsu melumat dan menghisap-hisap kedua toket dan pentilku.3946Please respect copyright.PENANATCIFUVhq0L
Aku melihat sekilas Mbak Wulan yang tengah berbaring diatas tubuh Kakek Sugeng sementara diatas tubuh Mbak Wulan ada Pak Anton yang hendak memasukkan kontolnya. Bukan ke lubang anus Mbak Wulan, melainkan ke lubang memeknya yang kini tengah diisi kontol Kakek Sugeng.3946Please respect copyright.PENANAyApx2KqkJs
Sleebbb!3946Please respect copyright.PENANAuOs6OzadNJ
Dengan sedikit tekanan, kontol Pak Anton berhasil masuk ke dalam memek Mbak Wulan.3946Please respect copyright.PENANAWVQO2rVyW9
“Memek ana mau robekkk, ouhhh, memek ana robekkk,” erang Mbak Wulan keras. Tapi wajahnya tak menunjukkan rasa sakit, malah ia menjulur-julurkan lidahnya dan matanya merem melek keenakan.3946Please respect copyright.PENANACzjBpvpfp2
“Kugenjot memekmu lonte!” erang Pak Anton sambil mulai menyodok-nyodok kontolnya ke dalam memek Mbak Wulan, begitu juga Kakek Sugeng yang mulai menujahkan kontolnya dalam-dalam.3946Please respect copyright.PENANAYi4K73x0VW
“Argggg,, ahhhhhhhh,” Desahan erotis yang keluar dari mulut seksi Mbak Wulan itu membuatku iri dan membuatku bertanya-tanya seberapa enaknya double penetration di memek itu.3946Please respect copyright.PENANA4RKoYi7Nv2
Tiba-tiba aku mendengar suara pintu bangunan ini dibuka dari luar.3946Please respect copyright.PENANAArRyBYrhiV
“Kukira kalian bohong waktu kalian bilang ada dua lonte akhwat yang datang kemari!” teriak seorang pria yang masuk ke dalam rumah.3946Please respect copyright.PENANAuqKZOc6ZqY
Aku reflek menengok ke belakang dan aku melihat ada sesosok pria tinggi besar berkulit hitam, dibelakangnya ada sekitar lima atau enam orang yang dari pakaian mereka aku menebak mereka adalah tukang bangunan di sekitar area ini.3946Please respect copyright.PENANAWwsW2PMCLs
Pak Anton dan yang lainnya sedikit kaget waktu sesosok pria itu berteriak keras-keras tapi setelah sadar kalau yang masuk itu adalah teman mereka, mereka berempat lanjut mengentot kami.3946Please respect copyright.PENANAY4bgC0QwFX
“Ga mungkin lah aku bohong,” ucap Pak Anton tanpa memberhentikan sodokan kontolnya. “Pake aja lonte ini langsung, tangan sama mulutnya masih bebas ini, iyakan Mbak?”3946Please respect copyright.PENANAa5fQXv1RNn
“Iyaahhh,” jawab Mbak Wulan. “Sinihh Mashhh, bapak-bapakkhh yang mau aku puasinnn,” Mbak Wulan dengan manja mendesah-desah mengundang mereka untuk memakai tubuhnya.3946Please respect copyright.PENANAt6zIju75vr
Beberapa pria itu lalu mulai mendekati tubuh kami berdua dan bergabung untuk menyicipi kemolekan tubuhku dan Mbak Wulan.3946Please respect copyright.PENANAs75W6OhZCB
Aku memejamkan mataku, menyiapkan tubuhku dan mentalku menghadapi serangan brutal yang akan datang dari gerombolan pria kumuh ini.3946Please respect copyright.PENANA0VLiaPnMUd
3946Please respect copyright.PENANAcSSRDy4U7M
***3946Please respect copyright.PENANAfFcLi8AkUQ
3946Please respect copyright.PENANARbe1WJg2sc
3946Please respect copyright.PENANAyFh1d2v4kP