Hari yang ditunggu pun tiba. Dengan bersemangat, Revan diantar oleh Bapaknya menuju rumah nenek menggunakan sepeda tua milik sang Bapak. Ia tidak diperbolehkan membawa sepeda miliknya agar tidak tergoda untuk berkeliling dan menjelajahi daerah sekitar.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjY4quzf2SI
Setelah menempuh perjalanan singkat, mereka tiba di rumah nenek yang hangat dan penuh kenangan. Bapak Revan menitipkannya kepada nenek, sambil menyampaikan beberapa pesan penting mengenai batasan yang harus diikuti, ia tidak boleh pergi jauh dari rumah, dan diharapkan untuk membantu nenek dengan segala yang diperlukan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnW7JzwHd3C
Setelah obrolan yang menyenangkan, Bapaknya pamit pergi bekerja. Momen itu adalah saat yang berharga, karena Revan diantar pagi oleh Bapaknya bertepatan dengan waktu keberangkatan sang Bapak. Sebelum pergi, Bapaknya mengingatkan Revan untuk berperilaku baik, tidak merepotkan nenek, dan selalu siap sedia membantu.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVprS9X6xj2
Begitu Bapaknya pergi, Revan segera membereskan semua barang-barangnya ke dalam kamar. Perlahan, ia mengatur barang-barang ke dalam lemari. Selesai mengatur, nenek memanggilnya untuk makan, lalu meminta Revan istirahat sejenak.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdhgJ37D5B5
Setelah makan, Revan merasa lelah dan tertidur siang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu seorang gadis cantik yang belum pernah ia kenal sebelumnya, bernama Audy. Kulitnya putih dan wajahnya ceria, menambah kesan misterius di benak Revan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEFyxIlHiEE
Namun, belum sempat mereka berbincang lebih jauh, nenek membangunkannya karena hari sudah sore. Nenek meminta Revan membantunya membersihkan ladang yang selama ini terabaikan. Dengan semangat, Revan bersiap membantu nenek meskipun ia sedang berlibur.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUnTQfGAIpO
Berdasar pada janji yang ia buat dengan Bapaknya, Revan langsung membasuh muka dan bergegas menuju ladang. Bersama nenek, mereka mulai membereskan rumput liar dan merapikan semak-semak, karena nenek berencana menanami ladang dengan ubi jalar. Perlahan-lahan, ladang itu mulai terlihat rapi, hanya tinggal mencangkul untuk menyiapkan tanah.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTDMWkdyO1j
Namun, menjelang sore, nenek memutuskan bahwa mereka cukup bekerja untuk hari itu dan memintanya untuk mandi dan bersiap menikmati malam. Revan pun patuh dan segera membersihkan diri sebelum menikmati makan malam yang lezat.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnbWqhV0tby
Malam semakin larut, dan Revan bergegas ke tempat tidur, siap untuk istirahat. Namun, pikiran tentang gadis dalam mimpinya, Audy, terus menghantuinya. Siapa dia, dan mengapa wajahnya terus muncul dalam mimpinya? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya hingga ia tertidur.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjmIt77HQlV
Dalam dini hari, mimpinya kembali menghadirkan Audy. Kali ini, mereka bermain dan bersuka ria di tengah taman indah, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Namun, petualangan mereka terputus saat nenek membangunkannya di pagi hari.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz1XPpmmu05
Hari itu, nenek mengajaknya berbelanja ke pasar sayur. Revan dan nenek segera pergi ke tempat tukang sayur, Pak Somat, di mana nenek mulai memilih sayuran segar untuk dimasak. Sementara Revan duduk di dekat keranjang, nenek memberinya izin untuk jajan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWlzNhgWtQe
“Kalau mau, ambil saja, Van,” kata nenek.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmEIhXjGOTu
“Iya, nek,” sahut Revan dengan senyum.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI99IXFthsm
Di tengah kesibukan nenek memilih sayuran, seorang ibu, salah satu tetangga yang kaya namun rendah hati, menghampiri mereka. “Bu Surti, sudah lebih dahulu sampai di sini,” sapa ibu tersebut.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxI2vxsWkIq
“Ah, Bu Tati! Tumben Ibu agak siang datangnya,” jawab nenek.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEar3d7RCbM
Sambil berbincang, Ibu Tati menceritakan cucunya yang juga baru datang. “Kasihan, Bu, cucu saya itu satu-satunya, selalu ditinggal sibuk orang tuanya.”
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP6ZdFA4kbl
“Oh, ya? Besok ajak dia ke sini, biar bisa berteman dengan Revan!” kata nenek penuh harap.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiSNkSGzqGZ
Setelah berbelanja, mereka pulang dan Pak Somat melanjutkan keliling menjajakan dagangannya. Di rumah, Revan membantu nenek menyiapkan sarapan. Usai selesai, mereka kembali ke ladang untuk melanjutkan kerja.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiSipkKsB1L
Dari pagi hingga sore, mereka mengolah ladang dengan tekun, hanya mengambil waktu sejenak untuk istirahat. Setelah satu hari penuh, mereka akhirnya berhasil mencangkul seluruh ladang. Setelah beres, Revan segera mandi dan menikmati makan malam.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNXp5aYM1hE
Malam kembali menyelimuti, dan Revan bergegas ke tempat tidur, berharap bisa tidur lebih awal. Namun, bayangan Audy kembali menghantuinya, kepenasaran akan siapa dia dan mengapa menjadi bagian dari mimpinya tak kunjung sirna.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKgkPDpYVFk
Ketika mimpi terulang kembali di tengah malam, Revan merasa semakin dekat dengan Audy, seolah dunia mereka terjalin dalam siluet kenangan yang indah. Namun, alarm pagi menyadarkannya dari mimpi, dan ia segera melangkah ke depan, mencari nenek yang sedang mempersiapkan sarapan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqg3uXJk7Br
“Eh, tumben kamu belum dibangunkan. Sudah bangun ya, Van?” tanya nenek ketika melihat Revan yang masih mengantuk.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdPVvT7ZWkK
“Iya, nek. Mimpi yang bikin Revan kaget,” jawabnya sambil menguap.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1Z9dyppjez
Sebuah senyuman muncul di wajah nenek. “Mimpi aneh ya? Mungkin penunggu ladang ngamuk karena rumahnya dibersihkan!” lelucon nenek mengundang tawa, meski Revan masih terbayang oleh Audy yang misterius.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5HPaesoT42
“Nek, mimpi saya sudah tiga kali tentang gadis bernama Audy. Kenapa ya?” tanyanya penasaran.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBS2XaDB2Q6
“Ah, itu bunga tidur saja,” jawab nenek sambil mengalihkan pembicaraan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZXyZnwrmWr
Meskipun nenek mencoba mengalihkannya, dalam hati Revan, rasa ingin tahunya akan Audy semakin membara. Dengan semangat baru, ia bersiap menjalani hari yang penuh kemungkinan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡomgo8YNR5F
Revan mencuci muka dan menggosok gigi, sebelum akhirnya membuang air kecil. Setelah menyegarkan wajahnya, ia menunggu sejenak, sementara neneknya masih mengisi air panas ke dalam termos untuk persediaan siang nanti.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZCMAehKlkF
Tak lama kemudian, mereka berangkat menuju pangkalan Pak Somat untuk berbelanja bahan-bahan yang akan dimasak hari itu. Dengan cepat, mereka tiba di tempat penjual sayur yang terletak tak jauh dari rumah mereka.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ47804LmRzn
Revan pun duduk di dekat keranjang jajanan. Meski tidak begitu suka jajan, ia senang mengamati jajanan yang terdapat di depannya, membolak-balikkan bungkus-bungkusnya dengan penuh teliti, mencari yang menarik perhatian.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDNek0G7CHt
Tak lama setelah mereka tiba, suara hangat Ibu Tati terdengar dari kejauhan menyapa nenek. Revan tidak menghiraukan percakapan orang dewasa itu; ia asyik membolak-balik jajanan, terlarut dalam dunia pilihannya.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfDqZgkTkbR
“Revan, sibuk banget pilih-pilih,” ucap Ibu Tati dengan nada akrab.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ89XgukAQ6z
“Iya, Bu. Bingung mau pilih yang mana,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari jajanan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXE4m17v6R9
Revan kembali melanjutkan pencariannya di keranjang tersebut, hingga Ibu Tati berkata, “Ayo, kamu juga pilih jajanan seperti Revan.” Sebuah kalimat yang langsung menarik perhatiannya karena namanya disebut.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnR6h92CeVQ
Dalam hati, ia berpikir bahwa Ibu Tati tidak datang sendirian. Dengan rasa penasaran, ia menoleh. Betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis yang menghiasi mimpinya kini berdiri nyata di hadapannya.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhuPBjsE4tn
“Nek…,” serunya pelan, sembari menatap gadis itu, Audy.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrkjOZgKObF
Nenek yang merasakan ketegangan itu, langsung menoleh dan melihat ke arah Audy. Seolah mengerti kerumitan pikiran cucunya, nenek mendekat dan mengalihkan perhatian Revan agar tidak membingungkan orang-orang di sekitar.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡreK12SPeq4
“Jadi, Van, kamu mau jajanan yang mana?” tanya nenek, sambil berdiri di hadapan Revan, menutupi pandangannya terhadap Audy.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR6iV7HdJUT
“Nek, gadis itu…” bisiknya penuh harap.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdwbYoTDE5V
“Shh, jangan berisik. Tenang dan simpan saja dalam hati,” jawab nenek sembari mengangguk penuh makna.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSgJpLeR6GE
Revan menuruti petunjuk nenek, merasakan betapa nenek menyimpan sebuah rahasia penting. “Mau jajanan yang mana, Van? Nenek bawa ke Pak Somat untuk dibayar,” ucap nenek lembut.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIMCtwwimLk
“Yang ini saja, nek,” jawab Revan seraya mengambil satu jajanan tanpa ragu lagi.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5Khjq5U4eB
“Cuma ini?” tanya nenek lagi.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡppnEgjTdcM
“Iya, ini saja, nek,” tegaskan Revan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtz2M35tLvg
“Baiklah, nenek bayar dulu,” ucap nenek sambil membawa jajanan yang dipilihnya menuju Pak Somat.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlaF68lk4UH
Di sisi lain, Ibu Tati masih berusaha membujuk Audy untuk memilih jajanan.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIrmbvAh1R2
“Sudah, ayo pilih jajanan, seperti Revan yang sudah menemukan pilihannya,” rayu Ibu Tati.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpJ9yWMRylM
“Ah, nggak mau, malu, Oma. Nanti saja,” jawab Audy, terlihat tidak bersemangat.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzehpNGbL4l
“Tidak apa-apa, kenalan saja dulu dengan Revan agar punya teman. Kamu kan tidak punya teman sama sekali,” bujuk Ibu Tati.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡftGVgPj0bD
“Aku punya teman, Oma jangan bikin aku malu saja,” balas Audy.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZxUNQp72qc
“Mas Revan, sini, kenalkan ini cucu Oma, namanya Audy,” panggil Ibu Tati.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJg8nAhIHhu
Revan menoleh kepada neneknya, yang mengangguk mengizinkannya untuk mendekati Audy.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWy6p7hIcxX
“Iya, Ibu,” ucapnya sambil melangkah mendekati gadis itu.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3dX7Weg34y
“Mulai sekarang, jangan panggil Ibu lagi. Panggil Oma, seperti Audy,” kata Ibu Tati.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqOuwKsdVf0
“Eh, iya, baik, Oma,” jawab Revan, merasa hangat dengan panggilan baru itu.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW9KHV3jry1
“Sekarang, mulai kenalan dengan cucu Oma yang cantik ini. Revan, temani ya,” ucap Oma, mendorong mereka berdua untuk berinteraksi.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS9xrPZtGWc
“Oma…” bisik Audy, tampak sedikit canggung.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQnshRUkIEt
“Iya, siap, Oma,” jawab Revan, tersenyum.
105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBn9W6hMwwu
Akhirnya, tanpa terasa, mereka berdua pun saling berkenalan, mulai menjalin pertemanan yang diharapkan bisa membawa kebahagiaan di antara mereka.105Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6EE92fx9og
