Malam harinya, saat Mas Fajar pulang dari tempat kerja, raut wajah khawatir langsung tergambar di wajah suamiku itu. Mungkin segala bentuk pikiran buruk ketika aku bersama Narto siang tadi tengah berkecamuk di kepalanya. Aku mencoba bersikap seperti biasa agar tak membuat Mas Fajar makin curiga, satu-satunya hal yang membuatku lega adalah kenyataan jika Narto berjanji tak akan mengganggu kehidupan kami lagi. Meskipun janji itu harus aku tukar dengan sebuah persetubuhan.
“Tadi gimana Dek?” Tanya Mas Fajar saat kami berdua baru selesai makan malam.
“Gimana apanya Mas?” Tanyaku balik, padahal aku tau maksud arah pertanyaan dari Mas Fajar.
“Kamu nggak diapa-apain kan sama Narto?” Dari raut wajahnya tergambar jelas sebuah kekhawatiran dan kecurigaan. Aku menghela nafas panjang sebelum memberikan jawaban yang akan membuat suamiku itu jadi lebih tenang.
“Aman kok Mas, kami tadi cuma sebentar aja ke resepsi, setelah itu Narto langsung nganterin aku pulang. Udah gitu aja, nggak ada sejam malah.” Inilah kali pertama aku membohongi Mas Fajar. Suamiku itu terlihat bernafas lega, senyumnya mengembang seraya menggenggam erat jemariku.
“Syukurlah kalau begitu, Mas jadi tenang sekarang.” Ujar Mas Fajar.
“Aku bisa jaga diri kok Mas.” Balasku.
Mas Fajar memandangi wajahku dengan penuh pertanyaan, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Ada semacam keraguan, tapi mungkin juga sebuah kelegaan. Aku kemudian mengecup lembut bibirnya, mencoba untuk membuatnya jadi lebih tenang lagi. Jujur, ada perasaan bersalah dalam diriku karena telah membohongi Mas Fajar, tapi aku punya alasan kuat untuk tetap menyembunyikan kejadian tadi pagi saat bersama Narto. Mas Fajar tidak perlu tau hal itu karena satu-satunya yang penting saat ini adalah ketenangan rumah tangga kami berdua. Narto tidak akan lagi mengganggu kami.
“Aku mencintaimu Dek…” Ujar Mas Fajar seraya membalas kecupan bibirku.
“Aku tau Mas, terima kasih sudah jadi suami yang baik buatku.” Balasku sembari tersenyum.
Malam itu kami berdua akhirnya bisa tidur dengan tenang. Mas Fajar tenang karena mendapati tak terjadi apa-apa padaku, sementara Aku tenang karena Narto akhirnya berhenti mengganggu rumah tangga kami.
1486Please respect copyright.PENANAdsGE6Cg9LT
***
1486Please respect copyright.PENANABwrEBjI12e
Pagi harinya aku sedang sibuk di dapur mempersiapkan masakan, ketika sedang mencuci sayuran sebelum kemudian tiba-tiba kurasakan remasan tangan pada pantatku. Mas Fajar rupanya sudah berdiri di belakangku, aku ingat semalam dia mengajakku untuk bercinta namun dengan alasan capek aku menolaknya dengan halus. Vaginaku semalam memang masih terasa linu setelah dihajar habis-habisan oleh penis perkasa Narto.
”Eeehh… Pagi-pagi udah genit ya…” Seruku sedikit kaget. Mas Fajar tertawa dan mendekap tubuhku dari belakang, tangannya meraba buah dadaku dengan lembut.
“Ayo Dek, Mas udah nggak tahan nih..” Bisiknya tepat di dekat telingaku.
“Iiihhh… Aku masih mau masak Mas…” Kataku sembari menepis tangannya.
“Ayolah Dek, Mas lagi pengen banget nih. Semalem kamu juga nggak ngasih jatah kan?” Mas Fajar menggesekkan selangkangannya yang sudah menegang pada pantatku.
“Huuu! Dasar genit! Masih pagi udah ngaceng.” Candaku sambil tertawa.
Aku pun pasrah meletakkan sayuran yang sedang kucuci pada wadah dekat wastafel, sebagai seorang istri yang baik aku harus menuruti permintaan birahi dari suamiku. Tangan Mas Fajar menaikkan rokku dan merabai pahaku naik hingga ke vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Mau tidak mau, aku pun mulai hanyut karena sentuhan jemari itu, kurasakan vaginaku mulai basah. Mas Fajar mengecup telingaku serya berkata,
“Dari dulu kamu selalu bikin aku sange Dek!” Katanya sambil mencium pipiku.
Ketika aku menengokkan wajah, ia langsung melumat bibirku dengan lembut. Aku mengeluarkan lidahku membalas lidahnya yang menjilati bibirku, kulingkarkan tanganku ke leher Mas Fajar. Karena sudah terbakar nafsu, aku pun tak perlu waktu lebih lama untuk mengimbanginya. Sebentar saja kami sudah beradu lidah dengan liarnya, satu tanganku menjulur ke belakang bawah meraba selangakannya yang sudah mengeras.
Tangan Mas Fajar dengan cekatan mempreteli kancing gaun tidurku, payudaraku langsung menyembul keluar karena tidak memakai bra. Dengan gemas ia memilin dan meremas puting payudaraku, sambil tangan kanannya merogoh masuk ke dalam celana dalamku. Aku sendiri tidak bersikap pasif seperti patung, tanganku meraih resleting celana Mas Fajar dan menurunkannya, celana panjang yang dikenakannya agak gombrong sehingga tidak sulit bagiku meraih penisnya dari balik celana dalam.
“Ouucchh! Bentar Dek…” Mas Fajar berhenti sejenak meremasi payudaraku untuk kemudian membuka gesper dan kaitan celananya.
“Kalo nggak dilepas semua ntar kontolku bisa kejepit. Hehehehehe…” Aku tertawa dengan tingkah lucu nan polos Mas Fajar.
“Yeee…Salah sendiri pagi-pagi udah minta jatah. Huuu!” Ledekku yang langsung disambut kecupan mesra Mas Fajar di bibirku.
Celananya pun melorot ke lantai, Mas Fajar menurunkan juga celana dalamnya hingga sebatas lutut. Tanganku sigap meraih batang penisnya yang sudah menegang dan mulai kukocok perlahan, naik turun dengan begitu lembut. Mas Fajar juga meneruskan remasannya pada payudaraku, sementara mulutnya mengecupi lembut pundak serta leherku. Satu tangannya yang mengobok-obok vagina di balik celana dalamku.
“Ssshhh...Mas…!” Desahku lirih sambil memejamkan mata menikmati sentuhan jarinya pada bibir vagina.
Kurenggangkan pahaku agar tangan Mas Fajar lebih leluasa merambahi wilayah kewanitaanku. Kurasakan jarinya mulai masuk ke dalam, satu jari, lalu disusul satu jari lagi, sumpah ini nikmat banget! Aku menyukai cara Mas Fajar memperlakukanku, begitu lembut, berbeda sekali dengan apa yang pernah dilakukan oleh Narto kemarin. Preman kampung itu meskipun begitu perkasa, tapi saat bercinta perangainya begitu kasar dan keras. Eh, kenapa aku jadi membandingkan suamiku dengan Narto? Ada apa dengan isi kepalaku?
“Wah, tumben memekmu cepet banget basahnya Dek?” Kata Mas Fajar sambil tersenyum menatap wajahku yang sudah memerah sayu dari samping belakang.
“Ayo Mas masukin, Aku udah nggak tahan…Mas Fajar juga harus kerja kan?” Balasku.
Mas Fajar langsung mendudukkan tubuhku di tepi meja dapur, tapi bukannya langsung to the point, ia malah mengarahkan mulutnya ke arah payudaraku yang membusung tegak. Mulutnya pun mencaplok yang kanan. Disedotnya putingku yang sudah menegang kuat-kuat, lidahnya menari lincah di sana.
“Mas...Aahhh....Eeemmhhh!” Aku mendesah dan meremasi rambut suamiku, sensasi geli ini sungguh membuaiku, tapi aku menyukainya. Kubiarkan Mas Fajar terus menyusu di payudaraku ini.
Tak lama, mulutnya pindah ke payudaraku yang kiri. Kali ini hisapannya terasa lebih kuat. Sambil menjilat, beberapa kali giginya ikut bermain dengan menggigit perlahan putingku yang kini semakin mengeras saja.
“Owhh! Ssssshh!” Aku hanya bisa mendesis menerima semua perlakuan itu.
“Ayo Mas, masukin kontolmu….” Bisikku lirih.
“Oke Dek, aku masukin sekarang ya…” Kata Mas Fajar seraya menganggukkan kepala.
Ditariknya celana dalamku hingga lepas sehingga vaginaku kini terlihat tepat di hadapannya. Tangannya masih saja menggerayangi tubuhku, terutama sepasang gunung kembarku yang merupakan anggota tubuhku yang Mas Fajar sukai. Mas Fajar terus memijit dan meremas-remasnya penuh nafsu. Sambil bibir kami tetap berpagutan aku merasakan penis suamiku itu berada tepat di gerbang vaginaku, Mas Fajar menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir vaginaku yang sudah becek dengan penuh perasaan.
“Ayo cepet, sekarang Mas!” Rengekku memelas.
Mengerti akan hasratku yang tak bisa ditahan lagi, dengan perlahan Mas Fajar pun mulai mengarahkan kepala penisnya ke arah vaginaku. Digesek-gesekkannya ujung batang penisnya di luar bibir kemaluanku. Mas Fajar berusaha melumasi seluruh batang penisnya dengan cairan vaginaku sebagai pelumas. Setelah dirasa cukup licin Mas Fajar pun bersiap dengan penetrasinya.
”Love You Dek…” Bisiknya sambil mengecupku dengan lembut. Kurasakan kepala penis Mas Fajar melesak masuk dan dijepit oleh dinding vaginaku yang berdenyut-denyut.
“Ooohhh Maaasss…!” Erangku mengiringi proses penetrasi
Rasanya begitu hangat, kenyal, namun keras saat batang penis suamiku memenuhi liang senggama. Sambil tetap meremas-remas payudara kiriku, Mas Fajar mendorong batang penisnya hingga benda itu menancap seluruhnya. Kedua alat kelamin kami pun akhirnya menyatu dan saling mengisi satu sama lain.
“Uhh!” Aku mendesah pelan sambil memejamkan mata rapat-rapat.
Walau sudah terbiasa dengan ukuran penis Mas Fajar, namun tetap saja, ada sedikit rasa nyeri yang timbul, apalagi sehari sebelumnya vaginaku lebih dulu dilesaki oleh penis besar milik Narto. Namun aku berusaha mengabaikannya, rasa nyeri itu akan segera berubah menjadi rasa nikmat kalau Mas Fajar sudah menggenjotku. Ia menggeser-geser posisi tubuhnya, berusaha mencari posisi yang paling nikmat dalam persetubuhan kami pagi ini.
Perlahan, batang penisnya mulai ia gerakkan maju-mundur. Denyut-denyut kejantanan Mas Fajar dapat kurasakan sehingga membuat organ kewanitaanku semakin membanjir oleh cairan, sebagian cairan kewanitaanku bahkan mulai meleleh membasahi bibir meja. Tak peduli dengan semua itu, Mas Fajar terus menggerakkan pinggulnya maju mundur, bahkan ia terlihat begitu menikmatinya. Malah semakin lama, tusukannya menjadi kian cepat dan dalam hingga terdengar bunyi berdecak akibat tumbukan alat kelamin kami ditambah beceknya vaginaku.
“Enak nggak Dek?” Tanya Mas Fajar sambil terus menggenjot vaginaku.
Saking enaknya, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku sendiri. Aku mendesis sambil berusaha menganggukkan kepala. Aku hanya bisa melenguh keenakan saat gelombang kenikmatan itu perlahan datang, membuat jantungku berdetak semakin cepat dan nafasku menderu tak kalah berat.
“Shhhh, ayo Mas! Entotin aku terus!! Jangan berhenti Mas!” Desahku menyemangati suamiku.
Tanpa harus disuruh lagi, Mas Fajar semakin mempercepat sodokan penisnya. Begitu cepatnya hingga tubuhku jadi terhentak-hentak karenanya.
“Aaahhh!! Iya gitu Mas! Genjot kayak gitu Mas! Kencengin!” Mulutku makin menceracau tak karuan. Tapi entah kenapa di kepalaku saat ini justru muncul bayangan Narto? Aku bahakan membayangkan penis yang tengah menyesaki lubang senggamaku adalah penis preman kampung itu.
TRAANGG!!!
Panci yang akan kupakai untuk merebus sayuran yang sudah kuisi air sepertiganya tersenggol olehku hingga jatuh dan airnya pun tumpah membasahi lantai.
“Shhh..Terus Mas!! Jangan berhenti! Ouucchh!” Aku terus mengerang tanpa mempedulikan panci yang terjatuh tadi.
Dinding vaginaku semakin berkedut hingga akhirnya cairan kental membanjir dari dalam sana. Mas Fajar mengimbangi dengan semakin mempercepat goyangannya, namun tak lama kemudian,
“Uuuhhh….Aaarghgghtt!” Mas Fajar melenguh dengan mata terpejam, penisnya ia tekan sedalam mungkin ke dalam vaginaku.
Sesaat kemudian cairan hangat spermanya menyemprot beberapa kali dari ujung batang penisnya mengisi penuh vaginaku. Seperti yang sudah seringkali terjadi saat kami bercinta, Mas Fajar selalu lebih dulu memuntahkan pelurunya sebelum aku bisa merasakan orgasme. Sebagai seorang wanita normal tentu aku begitu kecewa akan hal ini, apalagi selama usia pernikahan kami, tak sekalipun Mas Fajar bisa memberikanku kepuasan seksual. Namun sebagai seorang istri aku harus maklum akan hal ini, sejak aku menerima pinangan Mas Fajar aku harus siap dengan segala macam konsekuensinya. Alam bawah sadarku kembali memutar memori birahi bersama Narto, tanpa sadar aku membayangkan keperkasaan preman kampung itu.
“Ahhh...Aku sayang banget sama kamu Dek…” Ucap Mas Fajar sambil mengecup bibirku, penisnya masih menancap di dalam vaginaku dengan semprotan makin lemah, daging kenyal itu juga mulai menyusut di antara himpitan dinding vaginaku
“Aku juga sayang banget sama kamu Mas…” Jawabku lalu balas memberikan ciuman ringan di bibirnya.
Kami sempat bercumbu beberapa saat sebelum kemudian merapikan pakaian masing-masing. Mas Fajar menghabiskan sarapan dengan lahap sementara aku menemaninya di meja makan. Tak lama Mas Fajar kemudian pamit pergi bekerja, dia mengecup lembut keningku sebelum berangkat menuju kantornya. Aku mengantarnya hingga depan rumah, memandangi punggungnya makin menjauh dan hilang dari pandangan mataku.1486Please respect copyright.PENANAxppVZVk56A
1486Please respect copyright.PENANARzhDeZEwfi
BERSAMBUNG
Cerita "SECRET AFFAIR" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI
ns 15.158.61.20da2