Aku sudah mulai kesulitan untuk menyusu darinya. Itu karena ia mudah sekali terbangun oleh sentuhan kecil, bahkan suara yang kecil juga.
Aku sudah tidak berharap banyak sejak saat itu, aku hanya beronani menggunakan foto payudara adikku saat ia kelas 1 SMP. Saat itu aku berhasil memfotonya dari jarak dekat. Saat itu payudaranya tidak terlalu besar, mungkin hanya sebesar dada lelaki dengan badan gemuk namun dengan areola yang sebesar milik anak seumurannya dan puting sebesar beras. Entah mengapa aku sangat terobsesi dengan payudara adikku walau berukuran kecil. Apakah karena hubungan sedarah lebih menarik? Aku tidak tau.
Sekarang adikku duduk di kelas 1 SMA dan aku sudah lulus SMA. Aku tidak berkuliah, orang tuaku tidak masalah dengan itu. Ayahku memberi beberapa petak tanah untuk aku olah. Sebagian ku jadikan tempat berternak bebek, dan sebagian ku tanami buah-buahan. Setiap pagi aku selalu memberi makan bebek dan menyiram tanaman (kebanyakan anggur). Lalu aku akan lanjut pergi ke penjual ayam krispi untuk mengambil sisa tepung, lumayan menekan biaya pakan bebekku. Biasanya aku kembali ke rumah pukul 12 siang. Itulah sekilas tentang rutinitasku tiap pagi.
Pada suatu hari Minggu, aku dibangunkan oleh suara handphoneku. Rupanya itu sahabatku, Haris.
"Yu, nanti pinjam motor ya? Urgent nih mau nganter nenek aku ke pasar, boleh ya?" Tanya Haris tanpa basa-basi.
"Ya udah nanti aku bawakan motorku ke rumahmu" jawabku malas sembari langsung menutup panggilan.
Pukul 6 seperti biasa aku pergi ke kebun. Namun hari ini aku tidak mengambil sisa tepung dikarenakan motorku masih dipakai Haris. Sebenarnya, jarak rumah ke kebun tidak jauh, hanya sekitar 100 meter. Aku memang selalu ke kebun membawa motor, agar aku bisa langsung pergi mengumpulkan sisa tepung. Namun hari ini berbeda, aku membawa motorku ke rumah Haris yang hanya 50 meter dari rumahku. Lalu aku ke kebun dan ke rumah jalan kaki. Jadi pukul 8 aku sudah berjalan kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah aku hendak mandi, namun saat aku berjalan melewati kamar adikku, aku mendengar suara wanita mendesah. Rupanya suara itu berasal dari kamar adikku.
Saat kubuka pintu kamar adikku. Aku pun terkejut tidak percaya apa yang aku lihat. Aku melihat adikku telanjang dan hanya menggunakan topeng setengah wajah. Jari tengah menusuk masuk ke dalam vaginanya. Di depan adikku juga terdapat handphone yang kemudian ku ketahui dipakainya untuk merekam tubuh bugilnya.
"Kamu ngapain??!!" Ucapku dengan nada tinggi, mengagetkannya dari kenikmatan yang ia ciptakan sendiri.
"Ih, kakak kok masuk kamar ga gedor pintu sih? Kakak ga ngumpulin tepung?" Ucapnya sembari berusaha menutup kedua putingnya dengan tangan kanannya dan vaginanya dengan telapak tangan kirinya.
Jawabannya tidak menjawab pertanyaanku, kulirik ke arah handphone dan bergegas mengambilnya sebelum ia berhasil mengambil handphone itu. Aku berdiri di ambang pintu sambil bersandar di pintu agar ia tidak bisa keluar. Ku buka galeri adikku. Aku jadi lebih terkejut lagi dengan apa yang ada di dalamnya.
"Kamu rekam dirimu sendiri kaya gini biar apa?!" Tanyaku dengan nada agak marah dan mempertahankan handphone yang berusaha direbut adikku.
"Ish, kembaliin dong kak HP aku. Itu cuma untuk koleksi pribadi aja" ucapnya membela diri.
Aku merasa akan dapat banyak informasi jika aku menggali informasi di dalam HP-nya. Maka dengan sigap HP ku lempar ke atas spring bed, kemudian kuangkat tubuh telanjang adikku dan kujatuhkan tubuhnya di atas spring bed. Kemudian ku posisikan tubuh adikku dalam posisi tengkurap dan ku tindih. Tidak benar-benar ku tindih, hanya agar adikku tidak dapat bergerak saja. Dengan begini aku bisa menjelajah ponselnya lebih mudah guna mencari informasi yang ku butuhkan.
Pikiranku langsung tertuju pada sebuah aplikasi chatting. Karena aku tau aplikasi tersebut sering digunakan untuk jual beli konten dewasa. Disitu aku menemukan sebuah chat dengan seseorang, yang kuyakini adalah admin salah satu grup. Untung saja adikku tidak menempatkan chat ini di pesan terkunci. Dari situ aku ketahui kalau adikku sudah mengirim beberapa video dan foto bugilnya untuk dijual. Dan mirisnya, hanya dihargai dengan nominal yang tidak seberapa.
"Oh, jadi kamu sekarang jual diri ya? Mana harganya ga seberapa lagi. Ku kasih tau ke ibu ayah baru tau rasa kamu!" Ucapku dengan rasa marah.
"Jangan kak, jangan sampai ayah ibu tau" ucapnya sambil menangis.
Tiba-tiba aku mendapat ide jahat.
"Aku ga akan kasih tau ayah ibu, asalkan kamu nurut sama perintahku" ujarku sembari mengirimkan beberapa video dan foto bugilnya ke handphoneku tanpa sepengetahuannya. Tika menjawab dengan satu anggukan kepala.
Badan Tika ku balik menjadi posisi telentang. Ku pandangi payudara yang cenderung kecil dengan putingnya berwarna coklat tua itu tanpa berkedip. Puting dan areolanya menonjol membuatku bergairah meski payudaranya tidak besar. Areola Tika ukurannya tidak sama antara kanan dan kiri. Yang kanan sedikit lebih lebar.
Tika hanya memejamkan mata selama aku menikmati keindahan payudaranya. Aku tidak tahan lagi melihat payudara adikku, langsung saja ku hisap, ku jilati, dan ku pelintir bergantian puting adikku.
Tidak lama kemudian Tika mengejang hebat. Sepertinya ia squirting, sensitif sekali adikku ini. Pandanganku beralih ke vagina adikku yang mengkilap karena cairan kenikmatannya sendiri. Tanpa pikir panjang langsung ku arahkan kejantananku ke liang rahim adikku itu.
"Kak, plis jangan. Aku ga mau hamil, pliiis" rengeknya. Aku tak mengindahkannya. Ku dorong penisku ke dalam vaginanya. Walau adikku sering masturbasi, rupanya vaginanya masih rapat.
"Ouwhhhh...." Lenguhnya saat kejantananku sudah masuk seluruhnya. Kubiarkan vagina adikku beradaptasi dengan batangku yang cukup besar walaupun tidak terlalu panjang ini. Setelah kulihat adikku sudah beradaptasi, aku mulai memaju-mundurkan badanku.
"Emhh... Emhmmmm..." Suara adikku tertahan ketika aku memaju-mundurkan badanku. Aku pun mempercepat iramaku.
"Kaaaaak, aku mau squirt...." Ucapnya. Mendengar itu aku langsung benamkan batangku ke tempat paling dalam dan berhenti menggenjot adikku. Aku mainkan biji kelentitnya dengan jempolku. Aku juga mainkan kedua putingnya bergantian dengan tanganku yang satunya. Tak lama aku merasakan batangku tersiram cairan hangat dari vagina adikku. Ia tampak terengah-engah seusai mendapatkan puncak orgasmenya. Aku juga merasakan kedutan pada penisku, rupanya adikku mengetahuinya juga.
"Kak cabut kontolmu aku ga mau hamiiil!!" Ucapnya agak panik. Aku juga tidak sebodoh itu, aku bisa mendapat masalah besar kalau sampai menghamili adikku sendiri. Aku berpura-pura ingin menumpahkan spermaku di wajahnya. Aku berlutut disebelah kepalanya sambil tangan kananku mengocok penisku. Namun tangan kiriku menyubit putingnya hingga ia mengerang.
"Ahhh...." Erangnya. Saat ia mengerang, kumasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil ku maju mundurkan tubuhku. Aku merasakan kepala penisku menyentuh pangkal tenggorokannya. Kemudian ku lepaskan spermaku langsung mengarah ke tenggorokannya guna memastikan semua spermaku tertelan. Saat aku melepaskan penisku dari mulutnya, ia terbatuk-batuk.
Semenjak kejadian itu, kami jadi sering melakukannya. Adikku jadi melakukannya tanpa paksaan, bahkan kadang ia sendiri yang mengajakku. Aku juga sering crot di dalam vagina, karena adikku sudah kusuruh minum pil KB agar tidak hamil.
ns 15.158.61.5da2