“Kontol kamu gede banget, Ziaan. Aku gemes dan langsung jatuh cinta sama kontol kamu pada pandangan pertama. Jauh lebih gede ketimbang punya cowo aku. Ka—Kamu sering ngentotin Anissa juga kah?” tanya Firda sambil mengelus-ngelus kontolku dengan bergairah.
“Iyaa, aku sering ngentotin Anissa. Justru dia mau jadi pacarku, setelah aku hentak memeknya puluhan kali dengan keras. Dia takluk, orgasme berkali-kali, dan menerima aku jadi pacarnya,” jawabku menjelaskan kejadian apa adanya. Firda seolah gak kaget sama sekali.
Dia udah tau kalo Anissa punya skandal video bokep dulunya. Dan dia seolah udah mewajarkan hal ini. “Iyaa, wajar sih. Anissa udah keliatan dari wajahnya dia cewe binal. Tapi aku lebih binal dari dia. Dan aku berusaha menutupi kebinalanku dengan gamis dan hijab.”
Firda kemudian berdiri, dan menatapku dengan senyumannya yang menurutku cukup manis. Dan aku merespon perkataannya barusan. “Jadi begitu yaa? Dibalik gamis dan hijab wanita, ada kebinalan yang besar di sana. Aku bahkan gak nyangka, toket kamu sebesar ini.”
“Iyaa, aku memang cewe binal, Ziaan. Aku menolak dan menutup diri, untuk bersosialisasi dan dekat dengan pria lain. Karena jika aku sudah terpancing, aku gak bisa mengendalikan kebinalanku lagi. Contohnya sekarang,” timpalnya sambil mengelus kontolku.
Firda tiba-tiba menggenggam tanganku, dia menariku mendekat ke salah satu pohon besar. Yang posisinya gak jauh dari tempat kami berada. Sesampainya di pohon itu, Firda membelakangi aku. Kedua tangannya menopang ke batang pohon, dan nungging di depanku.
“A-Ayoo, Ziaan. Masukin kontol kamu ke memek aku. Hentak memek aku yang kuat, seperti waktu kamu menghentak memek Anissa. Kamu sudah berhasil merayuku. Bikin aku merasa puas dan kelojotan,” ucapnya lagi kepadaku. Pantatnya Firda mulus banget serius.
Meskipun gak putih kaya Anissa, tapi pantatnya mulus dan bersih. Dari belakang, aku mengarahkan kontolku ke bibir vagina Firda. Memeknya yang tadi becek, udah mulai kering karena tadi dia sempet nyepong aku dulu 6 menit. Aku dekatkan kontolku ke bibir vaginanya.
Sampai akhirnya, ujung kontolku menyentuh belahan indah yang bersih dan merah itu. Memeknya Firda juga termasuk bersih, sama kaya memek Anissa. Mereka kayanya terbiasa menjaga kesucian kemaluan, sehingga gak tercium aroma gak sedap. Kecuali saat Anissa mens.
Saat kepala kontolku menyentuh bibir memeknya itu. Perlahan aku dorong kontolku, memeknya Firda memang udah gak sempit kaya Aliyah dan Amira. Dia udah gak perawan, entah sejak kapan. Tapi memeknya Firda, lebih sempit dari punya Anissa. Iyaa terang beda.
Kayanya bedanya Firda sama Anissa, Firda meskipun dia lebih binal dari Anissa. Tapi dia selalu berusaha menjaga diri, dan mengendalikan hasratnya. Kecuali sama Yayan, cowonya sendiri. Beda sama Anissa, kalo aku nolak buat ngentot. Anissa pasti mau dientot cowo lain.
Contohnya yaa kaya tadi aja, waktu aku nolak buat ngentotin Anissa karena ngantuk parah. Akhirnya Anissa mau dientot sama Yayan. Kalo Firda kan enggak, kalo gak aku serang tiba-tiba dari belakang. Gak bakal dapet aku, Firda harus dijebak dan dibikin becek dulu dia.
Aku terus mendorong kontolku, perlahan kepala kontolku berhasil masuk ke dalam memeknya Firda. Memeknya masih berasa sempit, tapi kontolku gak terlalu susah masuk. Aku dorong lagi kontolku, dan gak butuh waktu lama setengah kontolku berhasil masuk ke dalam.
“A-Aaahhh… Ge—Gede banget kontol kamu, Ziaan. Aaahhh… Memek aku berasa penuh, gede, panjang, dan keras. Anissa beruntung banget, punya cowo yang kontolnya gede kaya gini. Aaahhh…” Firda kepalanya sampai menenggak ke atas, saat kontolku terus terdorong masuk.
“Sama, Yayan juga beruntung. Punya cewe yang toketnya gede dan pentilnya pink kaya kamu. Punya Anissa aja pentilnya coklat muda. Aahhh… Akhirnya kontolku bisa masuk semua. Kok memek kamu masih berasa sempit?” tanyaku yang sebenernya mengejek secara tersirat.
Aku pun mulai menggenjot memek Firda perlahan, sambil menikmati genjotan kontolku yang masih pelan. Dia pun menjawab pertanyaanku. “I-Iyaa, kontolnya Yayan gak segede kamu. Dan aku sama dia juga jarang main. Aaahhh… Aaahhh… Gak selalu aku mau dientot sama dia.”
Secara perlahan aku terus mempercepat pergerakan kontolku. Kontolku berasa dijepit kenceng sama memek Firda. “Aahhh… Jadi karena kamu jarang dientot sama Yayan. Jadinya memek kamu belum terlalu lebar? Aahhh… Aahhh… Kamu kehilangan perawan sejak kapan?”
“Aaahhh… Aaahhh… Enaakk… Enak banget genjotan kontol kamu, Ziaan. Berasa mentook. Aaahhh… Aaahhh… Mentok kena dinding rahimku teruus. Aku udah gak perawan sejak kelas 3 SMA, Ziaan. Aaahhh,” jawab Firda sambil mendesah menikmati sodokan kontolku.
Desahan moaningnya Firda itu kedengeran imut dan cute banget. Firda tadi katanya minta untuk memeknya aku hentak. Jadi aku pounding memeknya Firda, aku pentokin kontolku dan hentak kuat dinding rahimnya. Firda langsung menjerit sambil pantatnya gemeteran.
“Aaahhh! Mentok banget, sayaang! Mentook… Mentook… Mentok banget rasanya kontol kamuu. Aaahhh! Aaahhh! Aku suka memek aku dihentak keras sampai mentok, Ziaan. Pentokin lagii! Pentokin lagii! Aaahhh!” ucap Firda yang kelojotan parah memeknya dihentak.
Memeknya Firda seketika becek, dan cairan memeknya ada yang mengalir keluar. Aku cengkram kuat pinggangnya Firda, dan aku hentakin terus kontolku ke dinding rahimnya. “Plaakkk! Plaakkk! Plaakkk! Plaaakkk!” Semakin lama, makin aku kencengin hentakannya.
Makin kelojotan juga tubuhnya Firda, tubuhnya sampai menggeliat gak karuan. Tapi aku sama sekali gak ngasih dia ampun. “Yaa, Tuhaan! Aku baru pertama kali ngerasain, dientot rasanya sampai senikmat ini! Aaahhh! Ziaan kontol kamu enak banget, sayaang. Aaahhh!”5413Please respect copyright.PENANAwK8eIrJ6GT
5413Please respect copyright.PENANAkLNnifePcj