Aku memandang layar monitor laptop dengan nanar, tangan kananku masih bergerak naik turun mengocok kontolku dengan kecepatan sedang. Di depanku Sora Aoi sedang melayani kontol dua pria Jepang, bentuknya tidak besar dan diblur. Fuck lah memang bokep Jepang ! Beruntung ekspresi dan acting Sora Aoi menyelamatkan kualitas bokep ini, sangat merangsang , apalagi bentuk tubuh bintang porno idolaku ini mendekati kata perfect.
Montok
Putih
Bahenol
Desahan Sora Aoi semakin menjadi ketika kontol salah satu aktor melakukan penetrasi di dalam vagina dengan kecepatan tinggi. Sora Aoi mendesah, mengerang, dan berteriak kenikmatan. Mulutnya kemudian disumpal satu kontol lagi, dengan posisi doggystyle artis bokep Jepang ini dipaksa untuk melayani dua kontol sekaligus, satu di dalam vaginanya, satu lagi di dalam mulutnya.
Erotis !
Satu kata itu yang ada di dalam otakku, gerakan tanganku semakin cepat mengocok batang kontolku sendiri yang ukurannya jauh lebih panjang dan besar dibanding dua aktor bokep yang sedang Aku tonton saat ini.
"Uuggghh!!! Ugghhtt!! Pelan-pelan Bosku!!!"
"Diem Lu! Gue lagi enak banget nih!"
"Enak sih enak Bos! Tapi Gue jangan dicekek kayak gini dong!! Lu nyiksa Gue Bos!"
"Diem! Berisik banget Lu!"
Aku tidak mempedulikan protes si Jalu, sebutan yang Aku berikan untuk kontol kesayanganku. Tanganku bergerak semakin cepat, Sora Aoi berteriak semakin kencang, tubuh montoknya bergoncang-goncang mengikuti irama tusukan kontol dari aktor bokep Jepang yang menyetubuhinya dari belakang.
"Aaww!! Bos! Pelan Bos!! Gue mau muntah ni!!!"
"Udeehh!! Diem Lu!!"
Sora Aoi merubah posisinya, kali ini dia terlentang di atas ranjang, kedua pahanya terbuka lebar, seolah menantang untuk dua aktor bokep lain untuk segera melesakkan batang kontol ke dalam vaginanya yang sudah sangat basah. Aku menelan ludahku sendiri ketika vagina Sora Aoi kembali dijejali kontol, aktris bokep itu kembali mendesah keenakan menikmati tiap sodokan yang diberikan oleh kontol lawan mainnya.
"Bos! Buruan keluarin Bos! Gue udah pusing banget nih! Uughhtt!!!"
Jalu kembali merajuk, Aku masih tak mempedulikannya, Aku masih menunggu momen yang tepat untuk memuntahkan spermaku, momen dimana Sora Aoi mendapatkan orgasme, momen yang sebentar lagi mungkin akan bisa Aku lihat.
"Aaaachhh! Aaacchhh! Kimochiiii......!! Aaachh!!!"
Benar dugaanku, Sora Aoi berteriak kencang, kamera mengarah pada jemarinya yang meremas ujung sprei ranjang. Aktris idolaku itu telah mendapatkan orgasmenya, lawan mainnya masih menggenjot tubuh Sora dari atas dengan kecepatan tinggi lalu menahan pinggul Sora yang melenting ke atas.
"Aaaacchh!!! Aaaacchh!!! Ikeh..! Ikeehh!! Kimochiii!!"
Detik berikutnya Aku merasakan dorongan kuat dari dalam tubuh Jalu, dorongan yang sekian tahun akrab Aku rasakan. Dengan sekali sentakan tangan muncratlah lahar hangat berwarna putih dari dalam kontolku.
CROOTTT
CROOTTT
CROOTTT
"Ugghtt!!!"
"Pueh!! Puehh!!"
"Eemmcchh!!! Eemmchhhh!!"
"Kelakuan Lu Bos! Selalu nyiksa Gue tiap malam! Masih mending kalo Gue disuruh silaturahmi ke dalam meki, nah ini dicekek mulu pake tangan!"
"Banyak protes Lu!"
"Makanya cari cewek dong Bos ! Lu apa nggak kasian sama Gue yang tiap malem Lu urut mulu pake tangan Lu yang kasar ? Kalo badan Gue lecet gimana ?" Jalu sepertinya masih ingin meneruskan perdebatan, badanku sudah cukup lemas setelah memuntahkan sperma barusan hingga malas menanggapi protes dari kontol kesayanganku ini.
"Iyeeee, nanti Gue cari cewek! Bawel amat Lu jadi kontol!" Hardikku sambil membersihkan kepala Jalu menggunakan tissu basah.
"Bukannya ape-ape nih Bos, tapi kebanyakan coli itu nggak baik buat kesehatan otak L !"
"Sok tau Lu!"
"Yeee, dibilangin kontol kok malah nggak percaya."
"Kalo Gue dengerin Lu, Gue kayak orang gila dong?"
"Nah ini Lu ngobrol sama Gue!"
"Iya juga ya? Hahahahaha!"
Kami berduapun tertawa terbahak-terbahak, entah tetangga kosku ada yang mendengarnya atau tidak.
1145Please respect copyright.PENANALfg5Ms2Mri
***
1145Please respect copyright.PENANAs40qUGKVAx
Sasa, wanita bertubuh sintal, salah satu anggota divisi marketing, rekan kerjaku, sedang melakukan presentasi di hadapan kami anggota team yang lain. Sudah hampir 20 menit Sasa menjelaskan idenya tentang strategi marketing yang harus dilakukan perusahaan kami agar bisa bersaing dengan perusahaan property yang lain.
Di ruangan ini selain Aku juga ada Arya,Bimo, Rahmat, dan tentu saja kepala tim divisi marketing Ibu Cecilia, wanita cantik berusia 35 tahun yang sebenarnya tidak pantas disebut Ibu-Ibu karena penampilannya terlihat jauh lebih muda dibanding usianya. Mereka sedari tadi menyimak tiap kata yang keluar dari bibir sexy Sasa, mungkin hanya Aku yang tidak fokus.
Penampilan Sasa lah penyebabnya, meskipun ini bukan pertama kalinya Sasa berpenampilan sexy saat berada di kantor, tapi kali ini berbeda. Rok mini yang dikenakannya mencetak begitu jelas bagian bawah tubuh rekan kerjaku yang berusia 26 tahun ini. Belum lagi perpaduan kemeja pendek putih dan kacamata minus tipis yang membuatnya terlihat semakin sensual.
"Sexy banget ya Bos?"
Jalu yang sedari tadi sudah berontak mulai mengeluarkan unek-uneknya, seolah dia tau apa yang sedang Aku pikirkan.
"Pantat Sasa keliatan bulet banget Bos!! Bayangin kalo kepala Gue bisa silaturahmi di belahan pantat bulet itu Boss!! Empuk dan hangat !"
"Bos, Lu kok diem aja sih?! Lu nggak liat Gue udah sesak banget di bawah sini? CD Lu bikin Gue tersiksa Bos!! Sempit banget! Gue nggak bisa bernafas Bos!!"
"Diam!"
Tanpa sadar Aku meneriaki si Jalu yang sudah sedari tadi berontak dan cerewet. Teriakan yang membuat semua orang di ruangan ini mengarahkan pandangannya kepadaku, termasuk pandangan tajam Bu Cecilia.
"Nah kan, kena deh." Kata si Jalu sembari beringsut dan kembali melemas di dalam sangkar.
"Ada apa Sur? Apa ada yang ingin Kamu tambahkan di presentasi Sasa?" Tanya Bu Cecilia, Aku memutar keras otakku agar bisa menjawab pertanyaan itu dengan sangat-sangat rasional.
"Ehmm, anu Bu... Saya setuju dengan strategi yang dipaparkan oleh Sasa. Tapi Saya punya ide lain yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan lain." Jawabku, dadaku seperti bergemuruh, si Jalu membuat hariku kali ini berada di ujung tanduk. Sekali lagi Aku memutar keras kepalaku agar bisa memberikan jawaban cerdas.
"Well, silahkan kemukakan idemu." Perintah Bu Cecilia sambil menatap wajahku yang tampak kikuk.
"Ehmm, begini Bu. Perluasan kawasan property di wilayah tengah Kota memang sudah tidak mungkin karena keterbatasan lahan. Tapi menurut Saya, semua itu bisa kita lakukan dengan merubah strategy pembiayaan property di perusahaan kita." Aku mengambil nafas sesaat, penderitaanku belum akan berakhir jika argumenku terdengar bodoh.
"Ok, lanjutkan." Kata Bu Cecilia, memerintahkanku untuk meneruskan penjelasanku.
"Maksud Saya begini, bagaimana jika mindshet tentang pembiayaan tanah dirubah menjadi pembiayaan apartemen atau ruko yang jumlahnya mulai banyak di tengah kota?"
"Dengan kalkulasi perhitungan yang tepat, Saya pikir jumlah uang yang selama ini kita buang untuk pembelian tanah di area straregis bisa dikonversikan untuk pembelian atau penyewaan apartemen dan ruko."
Bu Cecilia menatap wajahku dengan tatapan serius, pun begitu dengan empat orang lain yang berada di ruangan itu. Jantungku berdegup kencang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Siap-siap dibakar massa Bos..." Kata Jalu sambil beringsut di dalam CD ku.
"Bravo! Bravo! Bravo !" Pekik Bu Cecilia sambil bertepuk tangan perlahan, tepukan tangan yang diikuti olegh 4 rekan kerjaku yang lain dengan raut muka yang tidak ikhlas. Sepertinya Aku selamat hari ini.
"Saya suka dengan idemu ! Ok, sebagai penutup Saya ingin Surya dan Sasa membuat proposal teknis untuk Saya ajukan ke dewan direksi minggu depan." Kata Bu Cecilia, Sasa menatapku dengan tatapan " Why You bitch?"
"Ta..Tapi Bu..?"
"Tapi kenapa Sa?" Potong Bu Cecilia.
"Maksud Saya apa tidak lebih baik jika kami membuat proposal strategi sendiri-sendiri biar tidak rancu nantinya."
Sasa mencoba mendebat keputusan Bu Cecilia, sepertinya wanita cantik itu tidak ingin membuang waktunya untuk bekerjasama denganku.
"Kali ini Saya ingin kalian berdua berkolaborasi, akan lebih baik jika anggota divisi marketing yang lain juga ikut membantu. Ingat, divisi marketing harus mengedepankan kerjasama team." Sasa tampak pasrah setelah mendengar perintah Bu Cecilia.
"Oke, kita sudahi meeting hari ini, Saya tunggu progres proposalnya. Good job Surya." Ucap Bu Cecilia sebelum meninggalakan ruang meeting. Aku menghela nafas panjang, karirku kali ini selamat dari ancaman PHK akibat pemberontakan Jalu.
"Puas Lu?!" Tiba-tiba Sasa sudah berada di dekatku, menghardikku dengan kasar.
"Pu..Puas kenapa Sa?" Tanyaku.
"Lu udah bikin presentasi Gue berantakan! Trus sekarang Gue harus kerja bareng sama Lu?! Hhhhh!!!" Sasa tampak begitu marah terhadapku.
"Te..Tenang dulu Sa, Gue nggak bermaksud kayak gitu." Kataku mencoba menenangkan emosi Sasa.
"Alah! Pokoknya Gue nggak mau ngerjain proposal ini sama Lu! Kalo Lu mau kerjain aja sendiri!" Hardik Sasa sambil membanting map proposal tepat di hadapanku, setelah itu dia pergi dari ruang meeting dengan bersungut.
"Kenapa jutek amat ya Bos? Kayaknya punya problem yang sama kayak ente tuh Bos! Kurang ewe!"
Jalu kembali ikut berkomentar, kalau bukan titid kesayanganku, mungkin kepalanya udah Aku tukar dengan helm SNI biar nggak banyak komentar.
1145Please respect copyright.PENANAWzmDO7IlVe
BERSAMBUNG
1145Please respect copyright.PENANAQRs4V5Cy4K