Selesai meeting Aku kembali melakukan rutinitasku sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan property, rutinitas yang sudah Aku lakukan selama 2 tahun terakhir ini. Selesai kuliah, Aku mencoba melamar kerja di banyak tempat termasuk di tempat kerjaku sekarang ini.
Setelah banyak melalui proses interview akhirnya Aku diterima di perusahaan ini. Awalnya Aku ditempatkan di bagian legal, tapi karena satu tahun yang lalu ada restrukturisasi di perusahaan ini akhirnya Aku dimutasi ke bagian marketing.
Dari bagian legal berpindah ke bagian marketing tentu menjadi tantangan tersendiri untukku, bukan saja karena jobdesk yang sangat jauh berbeda, tapi juga karena Aku harus beradaptasi dengan orang-orang baru. Jika di bagian legal dulu Aku tak banyak berinteraksi dengan rekan kerjaku tapi di bagian marketing Aku harus bekerja dalam kesatuan team, sialnya di bagian marketing orang-orang berebut jatah goal proyek, artinya persaingan ketat untuk mendapatkan proyek pekerjaan terlihat sangat mencolok. Jadi kemarahan Sasa tadi harus bisa dimaklumi dan tidak perlu dimasukkan ke hati karena akan merusak ritme kerja.
"Sur! Lu dipanggil ke ruang Bu Cecil tuh, ada yang perlu dibahas katanya." Ujar Bimo selepas jam makan siang.
"Oh, oke." Kataku santai sambil mengunyah potongan terakhir sandwhich keju yang aku beli di kantin kantor.
"Bagi-bagi proyek lah Sur kalo Lu dapet lampu hijau dari Bu Cecil!" Kelakar Bimo sambil tertawa.
"Ahhsiaap! Tenang aja Bos, pasti Gue bagi-bagi lah!" Jawabku sebelum meningglakan kantin kantor untuk menuju ruang kerja Bu Cecil di lantai 7.
805Please respect copyright.PENANANtOkGsxZjz
***
805Please respect copyright.PENANABcaM79UoSR
"Masuk!"
Suara dari Bu Cecil terdengar lantang dari dalam ruang kerjanya sesaat setelah aku mengetuk pintu.
"Kata Bimo, Iibu memanggil Saya?" Kataku saat sudah berada di dalam ruang kerja Bu Cecilia.
"Boss! Gila badannya bagus banget! Sikat lah Bos!! Gue udah nggak tahan pengen ngrasain hangatnya memek!" Jalu kembali berkomentar saat otakku mengagumi keindahan tubuh Bu Cecilia, bosku.
"Tutup pintunya Sur." Perintah Bu Cecil, matanya menatapku dari balik kacamata minus yang dia kenakan.
"Wah rejeki besar Bos!! Sikat kuy!"
"Duduk Sur."
Bu Cecilia kembali memerintahkanku untuk duduk di kursi yang berada tepat di depan meja kerjanya, Aku mengatur nafasku berusaha menenagkan si Jalu agar tidak memulai pemberontakan dari dalam CD.
Dari sudut ini Aku bisa melihat jelas cetakan BH warna hitam yang dikenakan oleh Bu Cecilia, badannya memang tak terlalu tinggi mungkin sekitar 155 cm, tapi ukuran buah dadanya yang nyaris berukuran 40 B membuat kancing-kancing kemeja cream yang dia kenakan berontak untuk segera lepas.
"Saya cuma mau mengingatkan agar segera membangun chemistry dengan Sasa. Saya tidak ingin progres proposal strategi pembiayaan yang tadi pagi kita bicarakan terganggu karena ketidakcocokan kalian."
"Ehm, Iya Bu, Saya akan berusaha sekeras mungkin." Jawabku, Aku merasa kikuk saat melihat wajah Bu Cecilia.
"Gue udah keras banget nih Bos!!"
Brengsek! Jalu sepertinya tidak tau situasi darurat seperti ini, bisa-bisanya dia sudah mengeras di bawah sana. Sikapku berubah menjadi tidak nyaman karena pemberontakan dari Jalu, Bu Cecilia menangkap hal itu.
"Kamu tidak apa-apa Sur?"
Bu Cecilia tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya, berdiri kemudian menghampiri tempat dudukku. Bisa gawat kalau dia tau si Jalu sudah membuat benjolan besar pada celanaku. Bulir keringat dingin mulai membasahi dahiku.
"Ehm..anu Bu, nggak apa-apa, mungkin tadi Saya salah makan."
Aku berusaha mencari alasan yang tepat untuk mengaburkan pemberontakan Jalu, tapi terlambat, kini Bu Cecilia sudah berada di dekatku.
"Kamu sakit?"
Bu Cecilia menepelkan punggung telapak tangannya pada dahiku, dadaku berdegup kencang. Aku berusaha menghimpitkan kedua pahaku agar tonjolan batang Jalu tidak terlihat oleh bosku ini.
"Bos!! Badan Gue jangan dijepit kayak gin !! Arrgghttt!!"
Tapi sia-sia, tanpa Aku sadari pandangan Bu Cecilia sudah mengarah pada selangkanganku, tonjolan Jalu yang menggembul dilihat olehnya.
"Surya!!!" Pekik Bu Cecil tertahan sambil menutup mulutnya. Aku panik, bingung mencari alasan yang tepat untuk menjelaskan pemberontakan si Jalu pada Bu Cecil.
"Ma..Maaf Bu ! Maaf!" A
ku beringsut menjauh dan berdiri dari kursi, Aku gunakan kedua telapak tanganku untuk menutupi area selangkanganku. Suasana berubah menjadi sangat canggung saat ini, Bu Cecilia pasti sangat marah mengetahui penisku mengeras disaat membicarakan urusan pekerjaan dengannya.
"Kok bisa jadi keras gitu sih Sur?"
Tanpa Aku duga tatapan Bu Cecilia berubah, bosku ini hanya melihat sesaat melihat wajah panikku kemudian mencurahkan seluruh fokusnya pada bagian tubuh sensitifku. Selangkangan. Perlahan Bu Cecilia berjalan mendekatiku, Aku beringsut mundur sampai punggungku menyentuh dinding ruang kerjanya. Aku tidak bisa bergerak lagi.
"Kamu lagi sange Sur...?"
"Boss..Ini beneran Boss?" Jalu juga sepertinya tak yakin dengan apa yang aku hadapi saat ini.
"Ma..Maaf Bu ! Sa..Saya tid.."
Ucapanku terhenti saat tangan kanan Bu Cecilia meremas selangkanganku yang masih Aku lindungi dengan kedua tanganku. Bu Cecilia tersenyum tipis, matanya menatapku dengan binal, layaknya singa betina yang siap menerkam mangsanya hidup-hidup.
"Lepasin..." Ucap Bu Cecil.
Bibirnya mendekati bibirku, aroma nafasnya yang harum tercium olehku. Aku ragu untuk melakukan apa yang diminta oleh Bu Cecil, ketakutanku kehilangan pekerjaan karena pemberontakan Jalu lebih besar dibanding godaan birahi yang coba ditawarkan oleh Bu Cecilia. Tiba-tiba Bu Cecilia menurunkan tubuhnya, wanita cantik ini jongkok tepat di hadapan selangkanganku.
"Bu...Apa yang Ibu lakukan..?" Tanyaku gugup sambil masih menutupi benjolan tubuh Jalu dengan kedua tangan.
"Singkirin tanganmu Sur.." Suara Bu Cecilia menjadi lebih berat, kedua matanya fokus melihat area selangkanganku.
"Ta..Tapi Bu...?" Aku berusaha menolak permintaan Bosku ini.
"Singkirin tanganmu Sur! Atau Kau ingin Aku usulkan untuk dipecat?!"
Aku terkejut mendengar hal itu, ancaman pemecatan bukan karena Aku ereksi di hadapan Bu Cecilia tapi justru karena Aku berusaha menolak untuk menunjukkan benjolan tubuh Jalu.
"Lepasin aja Bos, nggak usah ditutupin lagi daripada kita berdua dipecat."
"Diem!" Hardikku pada Jalu, tapi yang melotot justru Bu Cecil.
"Apa Kamu bilang?!"
"Ma..Maaf Bu..Bukan maksud Saya untuk membentak Ibu.."
"Singkirin tanganmu!"
Perlahan aku menuruti perintah Bu Cecilia, dengan perasaan campur aduk aku menyingkirkan kedua tanganku dari area selangkangan. Beberapa detik kemudian benjolan batang Jalu terlihat jelas, tercetak membumbung menyesaki celana kerjaku. Aku lihat Bu Cecil menelan ludahnya berkali-kali.
"Taaraaaaa!!!!" Jalu berteriak kegirangan.
"Besar ya Sur...?"
Tiba-tiba Bu Cecilia menyentuh permukaan batang Jalu yang masih terbungkus kain celana. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi, sentuhan tangan Bu Cecilia membuat mulutku terkunci.
"Lembuutttt Bosssskuuuuhhh!!!!!"
Jalu semakin mengeras, ujung kepalanya udah keluar dari karet CD yang Aku kenakan. Sesak dan menyiksa.
"Aku bukain ya Sur, biar lega."
Aku kembali terdiam saat jemari Bu Cecil mulai melepaskan ikat pinggangku, kemudian disusul dengan gerakan melepas kancing celanaku, lalu diakhiri dengan memelorotkan resleting celanaku.
"Gila! Gede banget Sur!!" Pekik Bu Cecilia saat melihat cetakan jelas batang Jalu yang sudah mengeras sempurna di balik CD yang Aku kenakan.
"Bu, jangan di sini..."
Aku merasa ragu untuk meneruskan kegilaan ini, bukan saja ini pertama kalinya untukku, tapi melakukannya saat jam kerja dan di dalam kantor sungguh sesuatu yang hanya bisa aku bayangkan saat melihat film-film porno. Bu Cecilia bergeming, tanpa Aku duga dia malah memelorotkan CDku.
"Helloo Boskuuhhh!!!" Sapa Jalu saat sudah mengacung-acungkan kepalanya tepat di hadapan Bu Cecilia.
"What the fuck!!! Sumpah ini gede banget Sur!"
"Gimana nggak gede, udah bertahun-tahun diurut terus tiap malem Bu..." Rajuk Jalu membocorkan kegiatanku tiap malam. Onani mania, mantab!
"Aku kocokin ya Sur..."
"Eeemchhhh...Bu!!!" Lenguhku saat tangan Bu Cecilia mulai meremas perlahan batang Jalu dan mengocoknya naik turun.
"Woow!! Lembut banget tangannya Bos!! Nggak kayak tanganmu yang kasar!" Jalu sepertinya menikmati kelembutan telapak tangan Bu Cecilia.
"Enak Sur..?" Tanya Bu Cecilia beberapa saat kemudian sambil menatap wajahku yang berdiri di atasnya.
"Eeemchhh..Enak Bu..E..Enak banget..!" Jawabku sambil berusaha menahan kenikmatan handjob yang diberikan oleh bosku ini.
"Lebih enak mana kalau sama ini..?"
Aku kembali dibuat terkejut karena perlahan lidah Bu Cecilia mulai menjilati kepala Jalu dan sesekali menghisap lubang kencingku. Sensasi basah, hangat, dan lembut langsung terasa pada tubuhku, sensasi yanag belum pernah aku rasakan sepanjang hidupku.
"Aaachhh..!! Eemmcchh!! Enak banget Bu...!"
Aku mulai berani memegang bagian atas kepala Bu Cecilia, birahiku bergolak meminta agar Bu Cecil bertindak lebih jauh lagi. Kocokan tangan dan jilatan lidahnya pada ujung penisku sepertinya tidak cukup untuk memuaskan hasratku.
"Kamu sudah mulai keenakan Sur..?" Tanya Bu Cecilia.
Aku mengangguk perlahan sambil memperhatikan raut wajah binalnya. Bosku ini kemudian mulai melepas kancing-kancing kemejanya. Mataku terbelalak saat melihat gundukan payudaranya yang besar nan bulat menyembul keluar. Satu gerakan tangan lagi membuatnya terlepas dari kurungan BH yang tampak kekecilan.
"Gila!! Pepaya Thailand ini Boss!!!" Pekik Jalu.
Bu Cecil kini sudah bertelanjang dada di hadapanku, kali ini aku yang harus menelan ludahku berkali-kali. Payudara berukuran 40 B sudah terpampang jelas, sesuatu yang selama ini hanya bisa dibicarakan oleh Bimo atau Rahmat saat istirahat makan siang kini sudah berada tepat di hadapan mataku.
"Kok cuma diliatin aja ?" Goda Bu Cecilia sambil menggoyang-goyangkan dadanya ke kana dan ke kiri, menggodaku untuk meremasnya.
"Eemmcchhh! Pelan Surya, sakit kalo Kamu remas kayak gitu." Protes Bu Cecil saat kedua tanganku mencoba meremas gundukan payudaranya dengan cara yang sedikit kasar.
"Dasar amatiran !" Ejek Jalu.
Bu Cecilia kembali mengocok batang penisku, kali ini dia bertindak lebih jauh lagi. Mulutnya perlahan mulai menghisap ujung penisku. Ya ! Mulut mungil Bu Cecilia, bosku yang terkadang Aku jadikan sebagai bahan bacolan di malam hari kini menghisap ujung penisku ! Tak hanya itu, Bu Cecilia juga mulai memasukkan batang si Jalu ke dalam mulutnya, meskipun tak muat untuk seluruhnya tapi itu cukup membuatku menggelinjang menahan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan.
"Uuucchh!! Boss!! Emmcchh!!! Basah banget! Eeehmmpphh!!!"
Jalu juga tampak kewalahan meladeni permainan lidah dan bibir Bu Cecilia. Perlahan kepala Jalu basah kuyup akibat air liur bosku ini. Bu Cecilia sepertinya sangat terlatih melakukan blowjob, hisapan-hisapan lembut dari mulutnya ditambah kocokan jemari lembutnya membuat batang penisku semakin lama semakin mengeras. Aku seperti melayang ke langit ke tujuh menikmati servis blowjob darinya.
"Oochhh!! Bu!! Emmcchh!!" Racauku sambil meremas rambutnya.
Bu Cecil terus menggerakkan kepalanya maju mundur, semakin lama kecepatannya semakin cepat. Tangannya sudah berhenti memberikan kocokan pada batang penisku, hanya rahangnya saja yang menahan batang penisku yang bergerak keluar masuk di dalam mulutnya.
Naluriku mengikutinya, Aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, sesekali Aku tahan kepalanya kemudian Aku tusukkan seluruh batang penisku sampai mentok di dalam mulut, membuatnya tersedak.
"Aaargghhttt!! Nakal! " Desis Bu Cecilia.
Air liur membasahi mulutnya yang mungil, nafasnya terengah-engah. Kemudian dia merubah posisinya, sedikit maju ke depan. Dipegangnya batang penisku kemudian menempelkannya tepat di tengah-tengah belahan dadanya. Empuk banget!
"Ayo keluarin pejumu Sur!" Ucapnya sambil memulai mengocok batang penisku menggunakan dua bongkahan buah dadanya.
"Ooocchh!! Fuck!" Desisku menikmati titsjob yang diberika Bu Cecilia. Ternyata tak hanya tangan dan mulutnya saja yang lihai memberikan servis, tapi kedua buah dadanya juga tak kalah lihai!
"Oohh!! Boss!! Eeemmchh!! Boss! Gue udah nggak tahan nih! Pengen muntah!!!" Racau Jalu yang seluruh batangnya tenggelam dalam bongkahan lembut Bu Cecilia.
Apa yang dirasakan oleh Jalu persis dengan apa yang aku rasakan, kocokan buah dada Bu Cecilia membuat gejolak ejakulasiku sudah berada di ujung. Aku menggerakkan pinggulku dengan cepat, Bu Cecil menahan buah dadanya menggunakan kedua tangannya, menahan agar batang penisku tidak terlepas saat mengikuti irama gerakan pinggulku. Beberapa detik kemudian.
"Oocchhhh Bu!! Aku keluar!! Oocchh!!!!"
Secepat kilat Bu Cecilia kembali meraih batang penisku dan mengocoknya dengan cepat, mengarahkan lubang kencingku pada kedua dadanya.
"Ayo keluarin yang banyak Sur! Keluarin yang banyak!!" Goda Bu Cecilia di tengah kocokan tangannya pada batang penisku.
"Aaacchhhh!! Aaacchhh!!!" Aku melenguh panjang, diiringi dengan seluruh otot yang melemas.
"Hmmm..Not bad Sur..."
Bu Cecilia tersenyum manis kepadaku, sebelum akhirnya kembali menjilati ujung penisku yang masih menyisakan ceceran sperma. Tulangku terasa begitu ringan, tak ada kata yang terucap dari bibirku selain perasaan bersalah. Entah kenapa aku merasakan ada yang salah dengan ini semua, melakukan hubungan sex dengan Bosku sendiri.
805Please respect copyright.PENANAEzyhY60nH6
BERSAMBUNG
Cerita "MY DI*K" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan di KLIK INI
ns 15.158.61.8da2