Namaku Heni berusia 53 tahun. Tubuhku sudah terbilang cukup tua, bisa dilihat dari tete ku yang tidak sekencang saat masih remaja. Wajahku biasa saja, tidak terlalu cantik. Tinggi badan 159 cm dengan ukuran payudara 36D. Jarang sekali orang yang tertarik denganku, kulitku tidak terlalu putih.
Sudah 6 tahun aku kesepian, suamiku tidak lagi bersetubuh denganku. Dia bernama Deno berusia 54 tahun, bekerja sebagai tukang bangunan. Suamiku telah berselingkuh dengan janda muda yang cantik, kulitnya sangat putih, bahkan lebih seksi janda itu kata suamiku.
"Hen, aku akan lebih sering menginap di tempat proyek." kata suamiku saat aku belum tau kalau dia berselingkuh.
"Iya mas, jangan lupa makannya, jangan terlalu begadang, kesehatannya di jaga ya mas." Jawabku sebagaimana layaknya seorang istri.
Hari demi hari, mas Deno masih pulang setiap 5 hari sekali. Namun setiap aku mengajak untuk bersetubuh, dia tidak mau, katanya capek. Selalu kutanya lagi setiap pulang, jawabannya juga masih sama.
Aku memahami suami sudah bekerja keras untuk keluarga, kami berdua juga memiliki anak yang masih sekolah di bangku SMP. Hasrat seksualku terus menggebu-gebu, karena sudah 4 bulan tidak bersetubuh dengan suamiku sejak dia kerja di proyek itu.
Aku menyibukkan diri dengan tanaman saja untuk mengalihkan hasrat seksualku. Sore itu, aku berniat ingin menyenangkan suamiku dengan membawa makanannya kesukaannya yaitu Ikan Lele ditepungi. Lama sekali aku tidak memasak ikan itu, dan akan kubawakan ke tempat proyeknya.
Saat diperjalanan menuju tempat proyek, aku melihat motor suamiku di halaman rumah Mba Tuti, seorang janda muda berusia 35 tahun. Aku tidak curiga karena Mba Tuti ini pemilik dari proyek tersebut, proyek yang sedang membangun rumah untuk anaknya.
Aku langsung saja memarkir motorku di halaman rumah Mba Tuti, rumahnya tidak ada pagar. Mba Tuti juga temanku di pengajian. Memang dia hanya menggunakan kerudung saat mengaji saja, beda denganku yang selalu pakai kerudung.
Pintu depan terbuka, aku liat di ruang tamu tidak ada orang, hanya ada dua gelas yang berisi teh dan sudah sedikit terminum. Di sebelahnya ada gambar rancangan rumah proyek itu. Aku pikir mereka sedang membahas proyek layaknya bos dan pegawainya.
"Mbaaa mbaa." Aku memanggil, namun tidak ada jawaban. Aku masuk kearah dapur juga tidak ada orang. Aku dan Mba Tuti memang sangat dekat, jadi sudah biasa kalo masuk ke rumahnya begitu saja karena aku sering main kesana.
Dan samar-samar aku mendengar suara tempat tidur yang berdenyit-denyit disertai suara desahan seorang wanita. 'krekk krekk krekkk' "ahhh..ehhhh..ahhhh" Suara itu dari lantai atas, aku tau di lantai atas ada satu kamar tidur yang ditempati anaknya. Anaknya yang bernama Tito biasanya belum pulang sore-sore begini, karena aku tau Tito sibuk organisasi di kampusnya.
Aku langsung saja menaiki tangga, untuk mengecek lebih lanjut tentang suara itu. Suaranya makin terdengar, "ahhhh....ohhhhh.... teruss masss.... terusssss" Jantung makin deg-degan. "Memekmu enak banget Mba." Deg, aku kaget, itu suara suamiku.
Benar tenyata, saat aku mendekati pintu kamarnya yang tidak tertutup. Disana terlihat Mas Deni dan Mba Tuti sedang memadu kasih layaknya pasangan yang dimabuk cinta. Telanjang tanpa sehelai benangpun, pakaian mereka tergeletak di lantai kamar.
Mas Deno sedang menindih Mba Tuti dengan gerakan maju mundur. "lebih cepet masss... ohhhhhh.... nikmatttt banget iniii" suara Mba Tuti yang langsung membuat aku patah hati, sedih.
ns 15.158.61.8da2