Aku langsung berlari ke luar rumah Mba Tuti. Sama sekali tidak memotong kegiatan persetubuhan mereka. Aku langsung ke tempat proyek dan mengantarkan makanan yang telah aku buat, meskipun aku tau kalau suamiku sedang bermesraan dengan Mba Tuti.
Aku taruh saja makanan itu, lalu balik ke rumah dengan perasaan yang sangat hancur. Aku tidak menyangka bahwa suamiku berselingkuh dengan bosnya sendiri yang sekaligus temanku.
Itulah awal yang menjadikanku lama tidak disetubuhi oleh suamiku. Sepi terus membersamaiku setiap tahunnya. Sampai suatu ketika ada seorang temanku yang menawarkan kerja untuk menjadi ART.
Berangkatlah aku ke alamat tersebut. Sekitar 7 jam dari rumahku. Aku bekerja untuk mempersiapkan dana karena anakku yang sebentar lagi akan masuk SMA. Aku tau baru-baru ini suamiku dan Mba Tuti memiliki anak, sehingga suamiku tidak lagi memberi nafkah kepada kami.
Jadi aku harus bekerja dan anakku tinggal bersama ibuku alias neneknya. Sampailah aku di rumah yang sesuai dengan alamat, besar sekali, dengan 3 tingkat, mobilnya mewah. "Mencari siapa bu?" Tanya security rumah tersebut.
"Saya Heni, calon ART di rumah ini. Ingin ketemu dengan Pak Tony." Jawabku. "Ohh iya iya, Budhe Heni sudah ditunggu bapak di dalam." Jawab security dan langsung mengantarkanmu ke dalam. Tapi tidak di ruang tamu, justru ke lantai 3, disana ada ruang berserta sofa yang besar.
"Silakan duduk bu, saya tinggal ke bawah dulu." Kata security tersebut. 'Klek' disertai pintu kamar mandi yang terbuka. Sosok laki-laki muda, tubuhnya berotot besar, hanya dibalut handuk putih saja di bagian bawahnya. Dadanya yang bidang dan gagah dibiarkan terbuka.
"Selamat datang Budhe Heni, Saya Tony." Sapanya yang langsung duduk di hadapanmu. "Sore bos." Jawabku yang sedikit gugup karena aku terangsang melihat dada bidangnya. "Panggil Pak Tony aja, Budhe." Jawabnya dengan senyuman manis.
"36D ya Budhe." Lanjutnya. "Hah, apanya." Aku bingung. "Ukuran branya." Jawabnya dengan tatapan ke arah teteku. Gila ni akan muda, bicaranya kayak gini, tapi dia bener, ukurannya emang 36D.
Aku tidak menjawab, hanya senyum malu-malu saja. Lalu dia berdiri, menggandeng tanganku, aku terpaksa bangun lalu mengikutinya. "Mau kemana Pak?" Tanyaku kebingungan. "Mau ke kamar." Jawabnya singkat.
Lalu pintu kamar ditutup dan dikunci. Ditarik wajahku lalu aku dilumat habis oleh bibir anak muda itu. "Mfhhh.... Mhhhh.... Jangan pakk." Aku menolaknya, namun tetap saja anak muda itu ganas sekali menciumku.
"Anggap saja ini gaji pertama Budhe." Jawabnya dan tangannya mulai meremas payudaraku.
ns 15.158.61.8da2