![](https://static.penana.com/images/chapter/1623876/1v_RMtZ3ayl6mQIvZiFIPf9_0.png.png)
Jonathan menelan ludah, mencoba mengerem nafsunya untuk sesaat. “Ehm.. sesungguhnya telah ada pada kontol berkulup ini tanda-tanda Kuasa Tuhan bagi orang yang mau berpikir,” pria kafir itu memulai ceramah sesatnya dengan bergaya layaknya ustad kondang di hadapan jemaah pengajian. Bedanya dalam pengajian cabul ini, baik sang ustad maupun akhwat yang hadir mendengarkan sama-sama telanjang mempertontonkan aurat mereka.
“Keindahan dunia ini ada berbagai rupa dan bentuk sebagaimana juga keburukan. Oleh Tuhan di syurga, telah dianugerahkan kepada manusia kemampuan untuk memilih mana yang baik dan yang buruk. Dan hanya keindahan yang paling baiklah yang akan memunculkan rangsangan nafsu birahi karunia Tuhan, di mana darinya akan timbul kenikmatan tiada tara…” lanjut Jonathan dengan ceramahnya yang melantur.
“Coba Fathia, kamu sebutkan contoh keindahan paling baik seperti apa yang akan mendatangkan kenikmatan dari Tuhan?”
“Ehmm… keindahan kontol Kak Jon?” jawab Fathia dengan gamblang.
“Betul sekali. Coba, apa lagi keindahan itu kalau diliat dari sudut pandang saya sebagai pria?”
“Hemm.. kalau dari sudut pandang pria, pasti wanita. Soalnya wanita itu emang diciptakan sebagai perhiasan di atas dunia,” Fathia menjawab dengan lantang.
“Betul, tapi masih kurang lengkap jawabannya. Kan saya bilang tadi keindahan yang mampu menggugah nafsu birahi. Jadi konteksnya di sini adalah keindahan yang akan memicu kontol kesayangan kamu ini untuk menyemprotkan peju sucinya.”
“Oohh.. iyahh saya tau. Auratnya wanita, kan? Makanya Kak Jon pasti nggak tahan mau ngentotin saya terus dari tadi. Soalnya saya kan telanjang terus hihi…”621Please respect copyright.PENANAupngP6PXp5
“Nahh itu dia. Coba terusin lagi, tadi saya entot kamu pas lagi apa?” Jonathan mencoba mengarahkan Fathia untuk kembali mendeskprisikan dengan secabul mungkin perbuatan asusila yang telah mereka lakukan. Pria itu suka saat sang muslimah sholehah membicarakan hal-hal yang tabu secara kasual seolah tidak ada yang salah dari perbuatan mereka.