Kali ini saya ingin berbagi cerita seputar pengalaman saya bercinta dengan istri baru kakak ipar. Sedikit cerita tentang abang pertama dari istriku. Beliau termasuk orang yang saya hormati karena dedikasinya pada pekerjaan hingga dia merupakan satu-satunya ipar saya yang sukses.
Abang ipar saya memiliki istri muda yang disembunyikannya dari istri pertama. Kami keluarganya mengetahui hal itu dan setuju saja saat beliau ingin menikah lagi tidak atas izin sang istri sah.
Istri muda beliau tinggal beberapa rumah dari rumah saya dan istri saat ini. Alasannya sih agar saat ingin menemui istri kedua beliau hanya akan izin kerumah saya dan istri. Sedikit iri kepada beliau karena bisa mendua dan kebejatannya didukung keluarga. Apa lagi istri keduanya terbilang sangat muda dan cantik.
Wajah cakep, putih, bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah sekali dia datang bertamu kerumah dan masak Bersama dengan istriku dan hanya memakai daster tipis. Gila, abang iparku benar-benar keparat yang beruntung.
Dina -istri muda kakak ipar- belakangan ini semakin dekat dengan istriku. Mereka sering masak bareng dan saling berbagi makanan. Dari situ saya sering berinteraksi denganya dan mengetahui satu kebiasaan Dina ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa.
Satu kali saya baru pulang dari kantor, saat membuka pintu kudapati Dina lagi bergunjing dengan istriku. Rupanya dia tidak mengira saya akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi saya sudah sempat melihat celah kangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat vaginanya yang cembung.
Saya mereguk ludah, selangkanganku kontan berdiri. Tanpa bicara apapun saya terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Dina, saya ingat kangkangan paha dan vagina tebalnya dalam pagutan ketat celana dalam.
Perjalananku dengan Dina dimulai saat dia dan istriku nekat menonton film hantu berdua di rumah, walaupun masih siang anehnya mereka berdua sangat penakut. Pulangnya dina takut walaupun jarum jam masih menunjukkan pukul 3 sore hari, lalu istriku menyuruh saya mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.
Di perjalana pulang kami sangat canggung, jarak yang jauhnya hanya 300 meter serasa 3 kilo karena tidak ada yang berbicara. Wanita ini benar-benar wangi. Jalan berjejer dengan tingginya hanya sebatas bahu saya dapat mencium wangi rambutnya dengan leluasa. Sekali lagi, bener-bener beruntung abang iparku.
"Kamu nggak kengen mas Roland Din?" sahutku memecah sunyi.
"Nggak, Mas. Kan baru kemarin perginya. Paling minggu depan balik lagi." Dia sedikit melirikku dan tersenyum saat menjawab pertanyaanku.
"Nggak takut Din tinggal di rumah sendiri?"
"ah, mas malah ngingetin" katanya menepuk manja lenganku. Anjir ini kode nggak sih?
"yah aku kan cuman nanya Din"
"sebelum mas nanya nggak takut sih. Tapi setelah nonton film tadi dan pertanyaan mas. Aku malah kepikiran kan"
"aku temenin nggak nih?"
"terus mbak Lani gimana mas?"
"Ada Rama kok"
"Mau sih mas kalau nggak ngerepotin" sahutnya malu.
"Pengen banget nemenin kamu Din, tapi lain kali aja yah. aku sedikit takut istriku curiga. Yah walaupun belum tentu kita ngapa-ngapain walau kamu yang pengen" godaku blak-blakan
"ahh mas bisa aja"
Percakapan kami semakin lancar sepanjang perjalanan. Bahkan sebelum pulang aku masih sempat mengelus lengan mulusnya. Pantas dinikahin siapa yang tahan kalau Dina semenggoda itu.
.
Suatu hari di hari minggu. Istri saya sedang buru-buru karena akan mengikuti acara piknik sekolah anak saya. Sebelum pergi dia menitip pesan agar saya membawakan Dina sebagian makanan yang dia buat tadi sebagai bekal. Tentu saja ku sambut dengan malas-malasan sebagai kedok.
Saat tiba di rumahnya, Dina langsung menyambutku dan menyuruh aku duduk di sofa dan dia berjalan ke dalam untuk memindahkan rantang yang saya bawa.
Rumah Dina sangat bersih untuk ukuran orang yang tinggal sendiri. Minim perabotan walaupun tergolong rumah yang besar.
"Mas, lama yah? Maaf nungguin"
Aku yang masih memperhatikan sekililing kontan mengarahkan pandanganku kearah belakang -arah datangnya Dina.
Gimana tidak lama, beliau ini sempat-sempatnya ganti baju. Dari yang training panjang menjadi daster kurang bahan.
"Wahh" reflek mulutku benar-benar gila setelah melihat gaya berpakaiannya yang kentara sekali mengundang.
"kenapa Mas?"
"Enggak" sahutku cepat "Duduk di sini dong Din, aku masih mau di sini. Soalnya di rumah sepi banget."
"Aku juga kesepian Mas" senyumnya malu-malu dan terduduk di dedaktku. Sangat dekat.
Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi saya untuk menaklukkan Dina. Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tanganku mulai kujalankan dari lengan telanjangnya ke arah tengkuk hingga balik telinga Dina.
"Nggak dingin, Din?" sahutku basa-basi banget.
Dina menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan saya, tak menjawab. Antara memang dingin atau terlanjur sange.
Dari dekat saya dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Dina. Beberapa saat lamanya pijitan tanganku telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Dina tali spageti dasternya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya.
Kuhadapkan tubuhnya membelakangiku, Dina tak menolak bahkan mengistirahatkan kepalanya di bahuku hingga mulutku tepat berada di telinganya.
"Besar banget Din" bisikku sambil dari belakang gerakan tangan saya meremas payudara Dina.
"Emang punya mbak Lani nggak besar?" jawabnya sambil mengerang
"Nggak sebesar ini" kuremas seakan ingin ku pecahkan payudara padatnya.
Kupijat sensual hingga ia merintih meminta lebih, "ahhh.... Mass.."
"kenapa din?" bisikku sengaja menghembuskan napas panasku ditelinganya.
"Ahhh...."
Tanganku mulai masuk dari lingkar BHnya.
"Nakal banget sih, kamu sengaja kan pakaian seksi gini, padahal tadi pakai training perasaan"
"..."
"Gatel banget yah di tinggal dua minggu sama bang Damar"
"Ahhh..."
Pikiran Dina mulai melayang tak karuan, bahkan kalimat hinaanku tak memupus hasratnya minta dibelai.
Kuhadapkan dia kembali sambil melucuti setiap kain yang tersisa di tubuhnya.
Dengan penuh nafsu saya memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya saya gigit putingnya.
Keringat telah membasahi tubuh Dina dan membuatnya pasrah kepada saya. Sebelah tanganku turun dan merongoh memek Dina dan memasuki lobang itu yang telah basah.
Ku beri dorongan pada tubuh kecil dibawahku agar berbaring di sofa.
"Nggak papa ni din, kita ngentot di sini?"
"...."
LANJUT BACA PDF (EXTRA PICT EXPLICIT), LINK DI BIO.
515Please respect copyright.PENANApdlNB0RXMs