“Ouuuhhh... Aksa...”
Maria mengeluh tertahan ketika kesepuluh jemari Aksa kini menyentuh payudara miliknya. Ada perbedaan ketika menyentuh payudara dari luar pakaian dengan di dalam pakaian. Menyentuh dari luar itu menyenangkan, namun memegangnya dari dalam jauh lebih mengasyikkan. Dengan menyentuh di bagian dalam, Aksa bisa merasakan kehalusan kulit Maria. Jemarinya bisa langsung bersentuhan dengan puting yang kini terasa semakin keras. Bagi Maria, sentuhan secara langsung juga rupanya punya dampak. Dia kini menggeliat kegelian.
“Cukup Aksa, hentikan...”
Maria berujar lemah. Nada suaranya kini tidak setegas sebelumnya. Jika tadi dia bersuara agak keras, kini suaranya mirip rintihan. Aksa bukan bocah kemarin sore, pengalamannya soal sex sudah mumpuni karena jam terbang tinggi. Rupanya, sentuhan jemarinya pada area payudara mulai membuat Maria terangsang. Bagaimanapun, payudara merupakan organ tubuh perempuan yang sangat peka terhadap rangsangan. Bagian itu, terutama puting, sangat sensitif terhadap sentuhan. Itu sebabnya perlawanan Maria kini mulai melemah.
Karena sang betina kini mulai melemah, Aksa memutuskan untuk bertindak lebih jauh lagi. Jemari tangan kanannya yang tadinya meraba-raba bagian payudara, perlahan turun ke bawah. Jemarinya kemudian hinggap pada bagian di antara kedua paha Maria. Hotpants pendek yang dikenakan Maria membuat jemari nakal Aksa begitu leluasa mengeksplorasi kulit mulus paha wanita cantik itu
“Aksa... Kamu nakal Aksa...”
Jemarinya berusaha menyingkirkan tangan Aksa yang berada di antara kedua pahanya. Namun Aksa bisa merasakan kalau usaha Maria itu sangat lemah. Jelas kalau dia tidak benar-benar bermaksud menyingkirkan tangannya.
“Mulus banget pahamu Mbak..”
Sambil terus meraba, jari-jari tangan Aksa bergerak sedemian rupa menelusup masuk ke dalam hotpants. Maria terbeliak tak percaya, namun belum sempat wanita cantik itu bereaksi, jemari Aksa lebih cepat bermanuver. Aksa bethasil merengkuh permukaan vagina, menggeseknya dengan jari, mengucek-nguceknya beberapa kali hingga basah kuyup.
“Aksaaaa!!!”
Teriakan Maria makin membuat Aksa bersemangat untuk terus menggerakkan jemarinya di antara lipata vagina becek wanita cantik itu. Tubuh Maria menggelinjang beberapa kali, terutama saat ujung jari Aksa menyentuh bagian klitoris.
“Ouucchh! Aksaaa!”
“Kenapa Mbak? Enak ya?”
“Ouucchh! Udah Aksa! Udaah!”
Maria berusaha memejamkan matanya, tubuhnya melengkung ke belakang hingga membuat payudaranya yang besar membusung ke depan. Aksa tak mau kehilangan momen, mulutnya langsung mencaplok putting Maria. Menghisapnya, menyedotnya, menjilatinya sambil terus mengobel permukaan vagina basah.
“Ouucchhhh! Gila! Gila kamu Aksa!”
Racauan Maria makin tak karuan, tubuhnya yang sintal pun bergerak kian liar. Bagaimana tidak, dua bagian tubuhnya yang paling sensitif kini sedang dikerjai oleh pria yang bukan suaminya. Anehnya, kini Maria sama sekali tak melakukan perlawanan berarti seperti tadi. Maria tidak memberontak, padahal saat ini Aksa sedang menyentuh bagian tubuhnya yang seharusnya tidak boleh disentuh laki-laki lain selain suaminya.
“Aksa...Stop Aksa...” Suara Maria yang lemah bercampur desahan.
Aksa tentu saja tidak berhenti. Jemarinya terus bermain-main di vagina, sementara mulutnya sibuk menghisapi puting wanita cantik itu. Tau jika Maria tak lagi menghalangi niat cabulnya, jemari Aksa makin berani bermanuver. Tak hanya sekedar menggesek permukaan vagina saja atau memainkan bagian luar klitoris, Aksa menelusupkan jari tengahnya ke dalam vagina. Maria sontak makin menggelinjang.
“Aksa... Aksa...Aaachhhhh!”
Tak puas hanya dengan satu jari saja, Aksa menambahkan satu ruas jarinya lagi. Maria sempat melirik ke bawah, mengintip apa yang sednag dilakukan oleh Aksa karena vagiannya terasa lebih sesak sekarang. Belum sempat bereaksi, Aksa lebih dulu mengocokkkan jarinya.
“Aaaaahhh! Aaaahh!!! Aksaaa!”
Aksa juga menambahkan satu rangsangan lagi pada area intim Maria. Pria jangkung itu menggunakan permukaan jempolnya untuk menekan-nekan klitoris Maria saat dua jarinya sibuk mengocok bagian dalam vagina. Alhasil lenguhan Maria yang parau berubah jadi desahan nikmat, tubuhnya tak bisa lagi menyembunyikan birahi yang sedari tadi ditahannya atas dasar rasa malu.
“Gimana Mbak? Enak kan? Memekkmu kenapa jadi basah banget sekarang?” Ejek Aksa merayakan kemenangannya.
“Udah Aksa! Udah! Ampuunn!”
Tubuh Maria bergerak liar sebelum kemudian menegang kuat. Punggungnya melengkung diiringi desisan nafas tak beraturan. Aksa tau jika wanita sang betina sedang menjemput orgasme yang pertama. Bukannya menghentikan aksi jemari nakalnya, Aksa justru makin mempercepat kocokan di vagina Maria. Makin lama makin cepat, hingga kemudian sebuah cairan bening mengucur deras dari rahim wanita cantik itu tanpa ampun.
“AAAARGHHTTT!!! AKSAAAAA!”
Tubuh Maria luruh serasa tanpa tulang, di lantai cairan squirt tumpah dan menggenang. Pikirnya Aksa akan menyudahi aksi dan beranjak pergi, tapi Maria salah, karena kini pria jangkung itu sudah berdiri di hadapannya dengan keadaan telanjang bulat. Penisnya lumayan besar, setidaknya jauh lebih besar dibanding milik Hendra. Aksa mengarahkan tubuh Maria agar terlentang di atas sofa, membuka kedua pahanya yag semok dan mulus.
“Kau mau apa Aksa?” Maria berdesis ketika menyadari Aksa mengarahkan ujung penisnya pada vagina.
“Aku gesek-gesekkin aja kok Mbak.” Kata Aksa beralasan.
“Jangan dimasukin ya...”
“Iya...”
“Bener ya, nggak dimasukin...”
“Iya Mbak. Cuma digesek aja.” Kata Aksa sekali lagi.
Tentu saja Aksa berdusta. Pria itu tentu tak hanya ingin sekedar menggesek permukaan vagina milik Maria saja. Dalam posisi seperti ini, ketika dia punya kesempatan untuk melakukannya, tentu Aksa tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menyetubuhi istri Hendra tersebut.
Perlahan Aksa memainkan ujung penisnya pada permukaan vagina Maria yang basah. Dia gerakkan naik turun, menggesek pintu gerbang surgawi itu. Maria memejamkan kedua matanya, seolah sedang menikmati sensasi geli dan gatal yang merayap ke sukujur tubuhnya. Sesekali Aksa menekan ujung penisnya pada permukaan klitoris, kemudian memutarnya serah jarum jam.
“Aaachhhhh! Aksaaa! Nakal!”
“Sakit Mbak?” Tanya Aksa pura-pura peduli. Maria menggeleng lemah.
Disaat Maria masih menikmati gesekan ujung penis Aksa di permukaan vaginanya, tiba-tiba pria itu menekan pinggulnya ke bawah. Alhasil ujung penisnya melewati “pintu gerbang” sang betina. Aksa bisa merasakan jika vagina Maria masih peret padahal beberapa saat lalu dua jarinya mengobok-oboknya.
“AKSA!!! Jangan dimasukin!” Maria panik.
“Nggak kok, ini nggak masuk." Aksa menahan laju pinggulnya, namun penisnya sudah terlanjur masuk separo.
“Itu udah... Udah masuk Aksa!!” Maria makin panik saat melirik ke bawah dan menyadari sebagian penis Aksa sudah bersemayam di dalam liang senggamanya.
“Ah masak sih? Nggak kerasa masuknya.” Aksa menarik pinggulnya ke atas namun tak sampai membuat penisnya terlepas dari dalam vagina. Pria muda itu seperti sedang mempermainkan birahi Maria.
“Aksa! Cepat cabut! Jangan dimasukin!” Maria kembali memprotes, wanita itu berusaha mendorong dada Aksa agar menjauhi tubuhnya namun sang pejantan hanya bergeming.
“Ini nggak masuk Mbak, Cuma digesek-gesek aja.” Aksa kembali menekan pinggulnya ke bawah, penisnya yang kekar kembali menghujam, lebih dalam dari sebelumnya.
“Acchh! Keluarin Aksa! Keluarin! Udah masuk ini!!”
“Masa masuk sih Mbak? Ah iya rupanya, pantesan kok enak banget.”
Aksa merunduk ke bawah, dilihatnya hampir seluruh batang penis miliknya sudah hilang ditelan vagina Maria. Pria itu kemudian mulai menggenjot tubuh sang betina dari atas, pinggulnya bergerak naik turun secara perlahan. Penisnya terasa dijepit dan diremas di bawah sana.
“Keluarin! Keluarin Aksa! Aku nggak mau!” Maria makin panik saat merasakan gerakan tubuh Aksa membuat penis terbenam makin dalam.
“Yakin mau dikeluarin sekarang? Nanti kalo Mbak Maria hamil gimana?” Goda Aksa sambil terus menggenjot tubuh Maria.
“Bukan... uhhhh... bukan keluarin... aduh, bukan keluarin seperti itu. Maksud aku...Aawww... maksudku dicabut kontolnya...”
“Apa Mbak yang dicabut?”
“Kon-Kontolmu..”
“Apa? Aku nggak denger loh.”
“CABUT KONTOLMU ANJING!! AAACHH!!”
Umpatan Maria makin membuat birahi Aksa terbakar. Gerakan pinggulnya yang perlahan berubah jadi makin cepat. Penisnya menerobos keluar masuk di dalam liang vagina dengan kecepatan tinggi. Tubuh Maria tergelepar tak berdaya, bergoyang naik turun mengikuti irama sodokan penis sang pejantan muda.
“Kok masih diterusin sih?! Aaacchh! Aaacchh!”
“Tanggung Mbak, udah terlanjur enak nih!”
“Aaachh! Aaachh! Aksaaaa!”
Rintihan Maria berubah menjadi jeritan kecil saat Aksa tanpa peringatan sebelumnya, mendesakkan penisnya kuat-kuat hingga menusuk begitu dalam. Maria menggigit bibirnya merasakan sakit sekaligus nikmat pada lubang vaginanya. Sementara itu, Aksa terus bergerak memompa tubuhnya untuk menggenjot Maria dengan penisnya yang besar dan panjang. Mula-mula pelan, tapi saat vagina Maria dirasanya mulai terbiasa dan menjadi bertambah basah, pria itu pun mempercepat genjotannya.
Badan Maria sampai terguncang-guncang karenanya, kaki wanita itu mengejang-ngejang, kedua payudaranya bergoyang cepat, secepat tusukan Aksa yang semakin brutal, sementara kepalanya terdongak ke atas dengan bibir terkatup rapat, antara menahan sakit dan nikmat yang dirasakan di dalam vaginanya.
Maria cuma bisa merintih menjerit-jerit merasakan serangan demi serangan dari pria yang bukan suaminya itu. Aksa yang melihatnya, menjadi semakin bernafsu. Dia memompa semakin cepat sambil mulutnya tak henti menciumi dan menjilati payudara Maria yang bulat besar. Putingnya yang mencuat kemerahan, ia hisap dan sedot-sedot keras, seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya.
”Ahh.. Ohh.. Ahh...” Maria yang diserang atas bawah, mendesah manja.
Sedikit rasa sakit yang sempat ia rasakan di awal permainan, kini telah hilang sepenuhnya, tergantikan oleh rasa nikmat yang amat sangat, membuatnya semakin liar dalam menggerakkan pinggul.
”Oughh...”
Aksa menggeram merasakan betapa sempit dan rapatnya vagina wanita cantik itu. Gesekan kemaluan Maria terasa di batang penisnya. Ohh... nikmatnya! Sofa yang jadi tempat persenggamaan berderit kencang bergesekan dengan lantai marmer akibat gerakan brutal Aksa.
”Ohh... Ahh... Ohh...” desahan Maria juga semakin keras terdengar.
Saatnya sudah hampir tiba bagi dia. Dengan mata terpejam dan mulut menjerit-jerit, Maria pun menjemput orgasmenya. Tubuh montoknya terguncang-guncang saat rasa nikmat itu datang. Cairan cintanya menyembur deras, tapi tidak sampai tumpah karena disumbat oleh penis besar Aksa. Penuh kepuasan, Maria menikmatinya sampai tetes terakhir.
Aksa yang sempat menghentikan goyangannya, begitu tahu kalau rasa itu telah berlalu, kembali menggenjot pinggulnya, kali ini lebih keras dan lebih dalam. Vagina Maria yang becek membuat gerakannya menjadi lebih sempurna. Kedua tangannya memegangi payudara Maria yang membusung indah dan meremas-remasnya penuh nafsu. Benda itu tampak mengkilap sekarang, basah oleh keringat.
”Ughh.. Aghh.. Ughh..” dengan geraman yang makin sering terdengar, Aksa menusukkan penisnya dalam-dalam. Sensasi yang sedari tadi ia kejar, kini terasa sudah semakin dekat. Hingga akhirnya,
”ARGHHHHHH...!!!” dari ujung penisnya, menyembur cairan mani yang amat banyak.
Penis Aksa berkedut-kedut saat cairan putih yang licin dan lengket itu memenuhi liang rahim Maria. Dengan nafas masih ngos-ngosan, dan tubuh basah oleh keringat, Aksa ambruk sambil mendekap tubuh mulus Maria.
”Ohh... aku puas sekali, Mbak! Inilah persetubuhan paling nikmat yang pernah aku rasakan!” bisik Aksa di telinga Maria, lalu mencium bibir wanita cantik itu dan melumatnya dengan rakus.
Maria tidak sanggup untuk membalas, bahkan untuk sekedar membuka mata saja ia tidak mampu. Tubuhnya terasa sangat letih dan lemah. Dan sedetik kemudian, ia pun jatuh ke dalam jurang kehampaan yang gelap dan kelam. Maria sudah ternodai penis selain milik suaminya.
166Please respect copyright.PENANAySumIB2Go4
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.41da2