
Aku adalah seorang pria berumur 50 tahun, sudah sejak lama hingga kini. Segala hal yang berkaitan dengan penampilan dan urusan percintaan merupakan ujian terberatku.
Namaku Gino Gede, nama ini adalah panggilan dari banyak orang yang sering mengolok-olok penampilanku. Nama asliku adalah Gino Raharjo, keturunan Tionghoa Jawa. Terlahir dari keluarga kaya raya yang memiliki banyak usaha berkembang dari jaman kakek buyutku.
Aku memiliki 3 orang adik perempuan dan 1 kakak laki laki, kesemuanya mendapatkan warisan fisik yang indah dengan tubuh yang ideal dan wajah rupawan. Sementara aku, memiliki fisik gendut dan buruk rupa. Anak kedua setelah kakak laki lakiku.
Awalnya kelahiranku adalah sebuah kecelakaan karena saat mama masih bekerja, sempat disekap orang dan diperkosa bergantian, hingga hamil dan lahirlah aku. Wajahku adalah sebuah aib bagi keluarga karena persis sama dengan kriminal yang saat itu di hukum mati karena sudah lebih dari 35 orang wanita menjadi korban kebiadabannya.
Hidup seorang diri dengan berbekal pembantu yang sayang denganku dan menganggapku sebagai darah dagingnya, sementara mama dan papa tak mengakui diriku bahkan saudara saudariku turut enggan bercengkrama denganku selayaknya saudara kandung.
Perjalanan hidupku hingga kini hanyalah sebuah ilusi, sering kali aku dirundung teman sekelasku karena wajahku yang buruk rupa namun tak sedikit yang iba dan berteman denganku. Aku bukanlah orang jahat, aku punya perasaan. Aku adalah anak baik baik hingga kala itu mengenal seorang gadis saat aku beranjak remaja. Tepatnya saat masih sekolah SMA.
Sebut saja namanya Jane, walau aku dihiraukan sebagai anak papa mama, namun dari segi pendidikan dan kelayakan hidup. Tentu masih terjamin, bahkan aku disekolahkan di sekolah yang prestige di Jakarta. Kembali ke topik utama, Jane adalah perempuan yang kuidolakan saat masih sekolah. Orangnya baik, cantik dan juga seksi. Tak sedikit kakak kelas yang sering menggoda dirinya.
Hingga waktu itu di tahun 1990 an aku menembaknya dan memberikannya sebuah liontin biru berukirkan namanya. Dia menerimaku karena aku anak baik, hingga suatu saat aku mendapati dirinya tengah bercinta dengan 3 orang kakak kelas dan juga guru matematika di salah satu ruangan di sekolahku. Aku mendengarnya bercoleteh manja dan sangat persuasif mengatakan "Aku pacaran sama Gino? Aku tuh mau sama dia karena gampang di goblokin.. ouuhh teruusss sodokin meki akuuhhh... " Aku kesal dan melakukan framing dihadapannya.
Bukannya menghentikan aksi bejad mereka, Jane terus saja menggagahi kemaluan para lelaki disana sembari tersenyum nakal "Ehh sayang! Aku lagi seneng seneng nih, jangan ganggu ya... " itulah yang dikatakan olehnya. Aku hanya terdiam terpaku sembari menangisi diri sendiri dan berkata "Kamu kok tega Jane, sama aku! Aku cinta kamu!! Tapi kok kamu selingkuhi aku!!" isakku tak tertahankan.
"Ya kamu, emang mau sekalian? Coba liatin dulu punyamu, kalo kecil ya aku ogahlah. Udah jelek, gendut, bego dan palingan barangnya juga segede kelingking" ucap Jane kasar, sembari menyuruh 2 lelaki lainnya untuk menyuruhku telanjang. Aku yang sakit hati mendengarnya akhirnya menurunkan celana panjang abuku sembari menunjukkan Senjata mutakhir penghancur memek wanita.
Terbelalaklah semua orang menatap besarnya kontolku, begitu masif dan tegang, banyak urat urat menonjol dengan ukuran shaf yang tak main main. Untuk ukuran anak SMA, kontolku tidaklah normal, bahkan untuk ukuran orang orang cina sudah barang pasti tak normal. Panjang hampir 25cm dengan diameter 13cm sudah pasti hancur bila menghajar memeknya Jane.
"Gilaaakkk gede banget itu kontol!! Tapi maaf ya sayang, kamu jelek, aku gak nafsu.. " Leceh Jane yang masih menghajar kemaluannya dengan sangat cepat dan mengalirlah cairan sperma kakak kelas itu merembes ke paha mulus Jane. Aku berlari keluar ruangan tanpa celanaku, berlari menuruni anak tangga dan saat itu sialnya dilihat oleh beberapa guru guru yang menjadikan momen ini untukku tak bersekolah lagi. Bagaimana nasib Jane dan kawan kawan? Tentu saja mereka pun turut mendapatkan balasan yang setimpal.
Hingga kini aku masih belum bisa menerima kenyataan pahit. Usia sudah hampir jompo dan masih belum pernah merasakan hangatnya lubang sempit wanita, pernah sewaktu-waktu menyewa wanita bayaran namun dikembalikan lagi uangku karena tidak menyukai wajahku yang buruk rupa. Saat ini aku terpuruk, aku mengurung diri dengan ditemani video porno bergenre "Ugly Bastard" karena memang sesuai dengan fisik burukku.
Nanny yang telah menjadi ibu sambungku ini pernah memergokiku bersolo ria, matanya tak berkedip dan sesekali meneguk kerongkongannya yang tengah kering. Kontol yang besar menjulang tinggi disertai bunyi khas kontol yang basah karena lotion. Dia mendekatiku yang tengah sibuk meraih kenikmatan. Nanny sudah berdiri di hadapanku dengan wajah memerah, merasa aku diawasi, kepalaku berbalik dan tatapan kamu bertemu.
Sperma yang kental maha banyak muncrat banyak sekali hingga membasahi kursi, meja dan juga layar komputer yang tengah memutarkan video syur antara Majikan buruk rupa dengan pembantu cantik bahenol. Aku kemudian berbenah diri dan menunduk malu, malu untuk menatapnya karena dia adalah ibu sambungku.
"Ibu nggak keberatan dengan aktifitas kamu, tapi kenapa harus jalan ceritanya seperti itu?" dia bertanya sambil terengah engah menatap kontolku yang masih belum reda dari orgasme singkat tadi. "Maaf bu, Gino dapatnya cuman ini, itu pun Gino ngerasa bergairah sekali, melihat genre seksnya begitu binal" jawabku jujur. "Ya sudah sini naik dan duduk disamping ibu" aku bangun dan duduk. Lalu digenggamlah batang kontolku itu, telapaknya tak cukup menutupi seluruh batangku.
Kejadian ini terjadi begitu singkat, dan Nanny turut merasakan kontol besarku berkali kali. Hingga pagi harinya, aku dan Nanny disidang oleh keluarga atas kelakuan liar kami. Nanny dipecat dan dipulangkan, sementara aku dikeluarkan dari rumah. Padahal kami melakukannya secara aman dan terorganisir. Namun ada satu pembantu baru yang menatap kearahku dengan senyum simpul yang arogan.
Citra, itulah nama pembantu baruku. Ternyata ada cepu dalam keluarga ini, tak mau ambil pusing lalu aku kemasi barang barangku dan untungnya aku selalu menabung dikala masih diberikan uang jajan. Walau tak sebanyak saudara saudaraku, aku yang hanya menerima 10ribu dan mereka hampir 1jt tiap harinya membuatku kembali untuk bersyukur.
Namun bagaimana nasib Nanny? Sudah dipecat juga tak dibayarkan upahnya selagi masih bekerja dirumah ini. Aku yang saat itu selesai berbenah, tak menemukan Nannyku, dia sudah pergi dan berpisah denganku untuk selamanya.
Bersambung...
ns 15.158.61.41da2