“Beberapa bulan menjadi mahasiswa tidak buruk juga.” Gumamku sambil mendengar lagu di taman depan ruanganku. Beberapa lagu ku putar diiringi dengan gumamku yang sesekali membuatku ikut bernyanyi. Kepalaku yang ku dongakkan ke atas sambil memejamkan mata tiba-tiba melotot ketika seorang lelaki dengan postur tubuh yang lebih tinggi di banding diriku berdiri di depanku sambil memegang headset yang ia lepas dariku. Jang Jae Yul, salah satu teman dikelas yang sama. Tubuhnya besar dengan rambut rapinya yang tidak berponi membuatnya lebih terlihat dewasa. Saat itu ku hanya diam memelototinya sambil mengerutkan alisku isyarat menayakan mengapa ia mengganggu ku.
“Heol, berhenti menatapku seperti itu. Apa ini kali pertama kamu memerhatikan ketampananku?” tanyanya membanggakan diri. (Ya Ampun)
“Wae? Ada yang ingin kau katakan?” Ucapku sambil menjulurkan tangan meminta headset-ku kembali. (kenapa)
“Kemana Soo Ara? Apa hari ini dia tidak masuk?” tuturnya penasaran.
Heol ia menanyakan Soo Ara? Sudah kuduga, ia pasti ada sesuatu dengan Soo Ara, tetapi kenapa Soo Ara tidak pernah menceritakannya padaku? Jangan-jangan… tidak sempat ku berangan lebih jauh, tiba tiba saja ia berteriak membangunkan.
“Heii!!! Apa yang kau pikirkan? Kau tidak mendengarku?”
“Aku mendengarnya, ia sedang tidak enak badan, beberapa hari ini dia demam. Memangnya ada apa kau mencarinya?” Ujarku dengan bangkit dari tempat dudukku dan berniat kembali ke dalam ruangan.
Berdiri mematung dan terdiam setelah mendengarku, membuatku melangkah beranjak meninggalkannya. Tepatku di belakangnya, tiba-tiba ia menarik lenganku yang membuatku kaget dan berbalik saat itu juga.
“Hari ini kau ada janji?” tanyanya dengan nada yang lebih lirih dengan posisi masih membelakangi ku.
“Entahlah, aku belum bisa memastikannya.” Jawabku setelah terdiam sejenak.
Dia kini berbalik dan melepaskan lenganku.
“Kemarikan ponselmu.” Katanya mngulurkan tangan.
“Untuk apa?” tanyaku masih kebingungan sambil mengeluarkan ponsel-ku dari saku.
Ia segera meraihnya dan membuka LINE chatku.
“Kabari aku jika kau punya waktu luang.” Ujarnya sembari mengembalikan ponsel-ku.
Tak sempat ku menjawab ia justru beranjak meninggalkan ku terlebih dahulu. Ada apa dengannya? Ia yang bahkan tidak pernah melirikku dan sekarang memintaku bertemu dengannya di waktu luang? Ku singgirkan segera khayalan yang sudah merambah kemana-man dan segera masuk ke ruangan.
---
Kuliah-ku yang selesai lebih awal membuatku bersyukur bisa kembali ke rumah dengan segera. Entah kenapa ku merasa begitu lelah hari ini. Berjalan keluar menyusuri kampus sambil berusaha melerai headset-ku yang teracak karena buru-buru ku masukkan dalam tas tadi. Tak sempat ku pasang tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.
“Boya, kau tidak mengabariku? Atau jangan-jangan kau sengaja menghindariku?” tanya Jae Yul merentangkan tangannya menghalangi jalanku. (apa-apaan ini)
Hah? Apa maunya orang ini? Ia ingin aku menjodohkannya dengan Soo Ara? Yang benar saja? Aku yang tadinya menunduk, mendongak dan berteriak kepadanya.
“Wae wae wae? Apa itu sangat penting? Apa kau penguntit?” jawabku ketus yang membuat ekspresinya tiba-tiba berubah.
Ia terdiam saat ku perhatikan pikirannya sedang kemana-mana. Tak lama ia kembali melihatku dan mengatakan hal yang terdengar aneh.
“Heii. Kenapa kau berbicara banmal padaku?” tuturnya berusaha bercanda. “Bisa kau ikut denganku ke suatu tempat?” sambungnya dengan nada yang lebih serius.
“Kemana? Kau tidak akan macam-macam kan?” tanyaku membalas gurauannya. “Mianhe, aku tidak bermaksud kasar pada mu” sambungku dengan rasa penyesalan.
Ia kini tersenyum kembali, membuatku lega karena sempat membuatnya terlihat kecewa sesaat tadi. Senyumnya memang getir tapi entah kenapa itu terlihat sangat tulus.
----
Setibanya kami, ia kemudian meraih tanganku kembali dan menuntunku menuju sebuah bangunan yang lebih tepatnya sebuah café. Designnya terlihat unik dan lebih menonjolkan kesan retro. Saat ku terperangah mengamatinya, Jae Yul yang sedari tadi terlihat berbicara dengan seseorang di kasir membuatku tersadar kenapa dia tidak menyuruh ku duduk? Baru saja ku ingin duduk di kursi kosong depanku, ia sudah kembali dan menyuruhku mengikutinya. Aku menurutinya dan mengekor dibelakangnya, ia sedang asik bersiul sambil memainkan kunci ditangannya sedangkan aku sibuk mengamati sekitar. Kami menyusuri lorong yang tepat di depan pintu masuk tadi. Tak lama Jae Yul menghentikan langkahnya. Di sebelah kiri kami sebuah pintu berwarna coklat dengan beberapa aksesoris dinding menghiasnya. Jae Yul membuka pintu itu, dan ketika ku menatap ke dalam membuatku lebih terperangah.
“Masuklah.” Kata Jae Yul kepada diriku yang masih berdiri di dekat pintu.
Ruangan itu memang tidak begitu luas, tetapi entah kenapa terlihat begitu banyak barang yang dimuatnya dengan tersusun rapi. Ditambah lagi dengan satu set drum, beberapa gitar, sebuah keyboard dan sebuah bass lengkap dengan mic beserta standmic-nya. Ku berjalan masuk sambil melepas coat panjangku. Jae Yul yang sudah meraih gitarnya menyodorkan sebuah kursi padaku.
“Mau menyanyikan beberapa lagu?” tanyanya padaku yang masih kebingungan.
Belum sempat ku menjawab ia mengajukan pertanyaan lainnya. “Aigoo, apa matamu akan meloncat keluar? Aku tau kalau kamu suka bernyanyi, oh bukan, lebih tepatnya kamu pandai bernyanyi. Beberapa kali aku mendengarmu bernyanyi.” Tuturnya santai sambil memetik gitarnya.
“Cool. Ayo menyanyikan beberapa lagu.” Jawabku dengan cepat. Entah kenapa ketika aku di minta untuk bernyanyi aku tidak bisa menolak.
Jae Yul pun tersenyum sambil mengetuk gitarnya tanda memulai. Kami menyanyikan lagu “Stay With Me” ost dari drama Goblin yang booming beberapa waktu lalu. Setiap hari ku bernyanyi, tetapi entah kenapa hari ini seakan aku merasa akhirnya aku bernyanyi setelah lama tak bernyanyi.
---
Tringg, ponsel-ku berbunyi tepat ku selesai mandi. Ku mengecek notifikasi yang baru saja masuk sambil mengeringkan rambutku dengan handuk.
“Apa kau sudah tiba? Kenapa tidak mengabariku” isi pesan Jae Yul menambahkan emoticon sedih.
“Ne. Aku tiba sedari tadi. Mianhe, aku lupa.” (Iya, Maaf)
“Syukurlah. Beristirahatlah sekarang, jangan begadang, itu tidak baik”
Ku meletakkan ponsel-ku dan bersiap untuk tidur. Saat ku baru saja akan memejamkan mataku, ku teringat dengan Min Ji dan Na Na. Yah, semenjak hari itu kami tidak pernah bertemu dan kabar dari mereka hanya sesekali saja. Tidak tenang rasanya, ku kembali meraih ponsel-ku. “Apa mereka sedang sibuk” pikirku mengurungkan niat.
***
Hola!!! Finally the 3rd chapter is published. Oiyyah, buat kalian yang berimajinasi dan berangan-angan bagaimana sosok Kim Ga Eun, kalian bisa follow akunnya di ig "gaeun00". Follow me also "isasabriana.h". Kamsahamnida:)) don't forget to rates, comments, and likes yahh!!! im too sorry its very late publish:))
Yy.
isa.
ns 15.158.61.41da2