Seperti yang diucapkan Pak Ustadz, malam itu Shifa keluar dari rumahnya, ia segera memanggil taksi dan melaju.
"Gus bangun, itu Shifa sudah pergi," ujar Pak ustadz meneriaki Agus yang tertidur pulas.
"Eh, maaf Pak Ustadz, saya ketiduran," ujarnya seraya membenarkan duduk.
"Ayo cepet Gus, sebelum kita kehilangan dia."
"Baik Pak Ustadz." Agus segera melaju menyusul taksi itu.
Taksi itu berhenti di kawasan perumahan, lalu Shifa berjalan mendatangi sebuah rumah.
"Loh Pak Ustadz, ke mana perginya Shifa, cepet banget jalannya?" Agus merasa kehilangan teman wanitanya itu.
"Ayo kita turun dan berjalan saja Gus."
"Iya Pak Ustadz!" Agus menghentikan mobil dan memarkirnya.
***
Tampak Hasan dan Ratna duduk berdua di sofa.
"Apa Tiara sudah tidur Pah?"
"Iya Mah, mungkin dia kecapean, seharian main terus."
Ratna mengambil cangkir air diatas meja dan ternyata kosong.
"Habis ya Mah, sini biar Papah aja yang ambil, Mamah tunggu sini ya!"
Ratna mengangguk, Hasan mengambil cangkir itu dan menuju dapur.
Ratna kembali menonton TV, mendadak pintu rumahnya seperti diketuk.
Tok, tok, tok!! Ratna berjalan membukanya. "Siapa ya malam-malam begini bertamu?"
Setelah pintu itu dibuka, tak ada siapapun di sana, wanita itu menutupnya kembali. Beberapa saat kemudian pintu itu diketuk lagi.
"Siapa sih yang lagi main-main?" Ia membuka pintunya lagi, dan melihat Shifa berdiri tegak di sana.
"Kamu siapa ya?" tanya Ratna yang tak mengenal Shifa.
Shifa menatapnya dan berubah wujud menjadi Melati, wajahnya pucat dan penuh darah.
"Me ... Melati!" ucap Ratna cemas dan mengerutkan dahinya seraya berjalan mundur.
Melati mendorong tubuh Ratna hingga tersungkur ke lantai, wanita itu mengerang kesakitan. "Kamu masih mengingatku bukan?" Melati menjadi sangat marah.
"Kamu sudah mati Melati, kenapa kamu bisa di sini?" ucap Ratna menahan pinggulnya yang sakit karena terjatuh ke lantai.
"Khi hi hi hi hi hi, kamu kira aku tidak akan bisa datang untuk membunuhmu."
Hasan yang mendengar teriakan istrinya segera melihatnya, ia kaget melihat seorang wanita berseragam sekolah berdiri di sana.
"Ada apa ini Mah?" ucapnya seraya membantu istrinya berdiri.
Hasan menatap wanita itu, ia terperanjat. "Melati, apa ini sungguh kamu?"
"Lama tidak bertemu Hasan," ucap Melati.
"Kamu sudah meninggal Melati, kenapa kamu masih saja mengganggu keluargaku," pungkas Hasan.
"Aku kemari untuk membalas dendam pada orang yang telah membunuhku."
"Apa maksud kamu, bukan kami yang menyebabkanmu meninggal!" bantah Hasan.
"Kamu tidak pernah tau apapun Hasan, kamu pikir wanita yang bersamamu ini benar-benar baik," teriak Melati menatap Ratna dengan penuh amarah.
Ratna tak berucap sama sekali dan merasa cemas.
Melati mencekik mereka berdua dan membuat mereka terbang ke langit-langit rumahnya, mereka mengerang kesakitan. Saat itu juga Hasan mendapatkan penglihatan.
Alur mundur.
Hasan adalah guru di sekolah SMA tempat Melati bersekolah, Melati adalah salah satu cewek tercantik dan terpintar di sekolah itu. Layaknya pria biasa, Hasan pun terpikat oleh kecantikan Melati. Pria sering ke rumah Melati sekedar sharing pelajaran di sekolah.
Tapi hari itu entah apa yang merasuki Hasan, ia tak bisa menahan hasratnya untuk mencumbuinya dan Melati pun tak menolaknya, akhirnya hari itu mereka melakukan hubungan suami-istri.
Beberapa bulan berlalu, Melati pun hamil. Wanita itu bingung dan mengatakan pada Hasan untuk bertanggungjawab atas bayi yang dikandungnya. Hasan ikut bingung karena dia sudah mempunyai istri dan anak pada saat itu.
Melati mengancam akan memberitahukan hubungan mereka pada istrinya jika tidak mau menikahinya, maka Hasan pun membelikan rumah untuk Melati dari uang yang ia tabung selama ini, berharap ia masih bisa menunggu sikon yang tepat.
Saat itu Ratna merasa suaminya berubah. Ia jarang pulang ke rumah dan jarang bermain dengan anaknya seperti biasanya, dan selalu berkata ada urusan sekolah yang belum selesai. Suatu hari Ratna penasaran dan mengikuti suaminya. Wanita itu sangat terkejut melihat suaminya datang ke sebuah rumah dan dari dalam rumah keluarlah wanita yang cukup muda darinya, lalu menyambutnya seraya mencium pipi lelaki yang sangat dicintainya itu.
Hati Ratna sakit, perih bagai tersayat pisau, ia pulang dan menangis. Ia memeluk anak semata wayangnya dan membayangkan hal yang tidak-tidak.
Karena kebencian di hati Ratna memuncak, ia gelap mata dan hari itu saat hujan begitu lebat. Wanita itu datang menemui Melati di sekolahnya. Ia tahu bahwa wanita itu salah satu dari murid suaminya, karena Ratna pernah melihat photo study tour yang terpajang di dinding kamar kerja suaminya.
Hari itu Melati pulang telat, karena ada piket. Ia lalu merapikan buku-bukunya dan ingin segera pulang. "Sabar ya Nak, kita akan bertemu Papamu sebentar lagi," ucapnya seraya mengelus perut yang semakin hari membuncit. Tiba-tiba Ratna datang menghampirinya.
"Kamu siapa?" tanya Melati yang tak mengenal wanita berkerudung itu.
Ratna melihat nametag di dada wanita itu. "Nama kamu bagus tapi hatimu busuk." Ratna segera menjambak rambut wanita yang sudah menghancurkan rumah tangganya itu.
"Apa-apaan ini." Melati kaget dan meronta kesakitan.
Ratna mendorongnya ke bangku-bangku yang tertumpuk di pinggir tembok. "Archhh!!" rintih Melati kesakitan dan ia melihat darah bercucuran dari selakangan kakinya, saat itu ia sedang mengandung anaknya Hasan dan mengalami keguguran.
"Aku adalah istri sahnya Hasan, berani-beraninya kamu merayunya!" bentak Ratna.
"Aku tidak merayunya, kami memang saling mencintai," isaknya menahan sakit di perutnya.
"Hah! cinta kamu bilang, otak kamu di mana? Hasan itu sudah mempunyai istri dan anak, kenapa kamu tidak mencintai orang lain yang masih lajang, apa kamu pelacur!" bentak wanita yang tidak menyukai suaminya direbut oleh Melati.
"Aku tau Hasan sudah beristri, makanya aku bilang ingin menjadi istri keduanya, aku pun tidak menyuruhnya menceraikanmu, kita bisa hidup bersama kan!"
"Langkahi dulu mayatku, jika kamu ingin menjadi istri keduanya, aku tak akan pernah mengijinkannya," ujar Ratna.
Melati berlari menghindari Ratna yang terbakar api cemburu, ia meminta tolong tapi tak ada yang mendengarnya karena saat itu hujan dan suara petir pun ikut menyambar.
Melati pergi ke atap gedung sekolah dan Ratna masih saja mengejarnya, melati berjalan mundur dan kakinya terpeleset hingga ia jatuh dari lantai 9.
***
Melati melempar tubuh Hasan ke lantai, Hasan menangis histeris. "Ini nggak mungkin, istriku bukan wanita seperti itu, dia nggak mungkin membunuhmu Melati," teriaknya yang masih tak percaya bahwa wanita yang dicintainya selama ini adalah orang yang membunuh Melati.
Ratna ikut menangis karena semua perbuatannya kini sudah terungkap.
Dari arah pintu, Pak Ustadz dan Agus pun datang.
"Astagfirullah, hentikan Shifa!" teriak Pak Ustadz membuat Melati menoleh.
Melati yang masih berada di tubuh Syifa marah dan ganti menyerang Ustadz itu, tapi ia membaca doa-doa dan membuat tubuh Syifa kepanasan. "Archhhhhhhhhhh!!" teriak Shifa yang tak kuat mendengar doa-doa yang dilontarkan Pak Ustadz.
Pak Ustadz memegang kepala Shifa dan membacakannya doa, kali ini ia mengalungkan tasbihnya ke leher Shifa. tubuh wanita itu bergetar seperti ditarik sesuatu, akhirnya arwah Melati keluar dari tubuh Shifa dan lenyap. Shifa langsung tak sadarkan diri.
Mobil polisi datang untuk menangkap Ratna, Hasan tak menyangka wanita yang ia cintai selama ini tega melakukan hal seperti itu. Tapi ia pun merasa bersalah karena semua masalah ini berawal dari dirinya, jika saja ia tak menyukai Melati dan melakukan hubungan itu, mungkin Ratna tidak akan gelap mata.
"Papah, Mamah mau dibawa ke mana?" Tiara menangis melihat ibunya dibawa polisi.
"Mamah hanya sebentar kok Sayang, jangan takut, Papah dibsini kok," ucap pria itu menggendong anaknya.
Sebelum Ratna masuk ke mobil polisi, ia mendatangi suaminya. "Maafkan aku Pah, maafkan aku." Ia menangis memohon ampun.
Suaminya memeluknya. "Mamah nggak salah, Papah yang sudah menyebabkan semua ini, Papah yang bersalah sama Mamah." Mereka bedua menangis dan berpelukan.
Hasan berterimakasih kepada Pak Ustadz yang sudah membantunya.
Di mobil Agus, saat pulang.
"Pak Ustadz, apa sekarang Shifa tidak akan kerasukan lagi?" tanya Agus.
"Tidak akan, aku sudah mengirim arwah itu kembali ke asalnya," sahut pria itu.
"Terimakasih ya Pak Ustadz."
Shifa bangun dari tidurnya dan mengingat-ingat kejadian yang menimpanya selama ini, ia menangis dan memohon ampun pada Pak Ustadz.
"Maafkan saya Pak Ustadz, maafkan saya." Wanita berambut hitam pekat itu menangis.
"Tidak apa, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, mulai sekarang jalanin hidup kamu seperti biasanya, jangan mengikuti hawa setan yang mengusik hatimu," tutur pria berpeci itu.
"Iya Pak Ustadz terima kasih karena menyelamatkan nyawa saya," isak Shifa.
Pria itu mengangguk dan merasa lega, Agus pun ikut lega melihat Shifa tidak terluka sama sekali.
***
Keesokan harinya Hasan dan anaknya pergi ke kuburan di mana Melati dimakamkan. Ia mengirim doa dan berharap Melati bisa memaafkan keluarganya atas semua yang sudah terjadi kepadanya, berharap Melati hidup dengan tenang di alamnya.
***
Seorang wanita berdiri di sebuah cermin, ia mengeringkan rambutnya yang basah, lalu berkata.
"Melati..., Melati..., Melati..., Kamulah yang selanjutnya."
Dan sesosok wanita yang mukanya hancur akan segera menerkammu, berhati-hati lah para pembaca, kamulah yang selanjutnya, khi hi hi hi hi hi......
Tamat
Bagaimana jika kalian berada di posisi Ratna, apa kalian juga akan melakukan hal yang sama sepertinya?
Cinta bisa menggelapkan mata seseorang, karna cinta bisa membuat orang baik melakukan hal buruk diluar nalar mereka.
Semoga cerita ini menjadi inspirasi kalian, sebesar apapun masalah kalian, jangan sampai setan mempengaruhi kalian untuk melakukan sesuatu yang dapat merugikan dirimu sendiri dan orang-orang disekitar kalian.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya manteman 😍😍😍😍
ns 15.158.61.8da2