Siang itu, suasana di kediaman nenek Yumi tampak ramai. Banyak orang keluar masuk rumah. Mereka tampak sibuk.
“Bun, harus ya teteh nikah sekarang?” rengek Yumi pada bundanya ketika mereka berdua di kamar.
Bunda hanya tersenyum tipis. Sebenarnya ia juga tak ingin si sulung menikah lebih cepat. Di usianya yang ke 21 tahun. Juga Yumi masih belum menyelesaikan pendidikannya. Hanya saja, perintah orangtuanya sulit untuk ditolak, sekalipun ia dan sang suami meminta orangtua mereka untuk tidak menikahkan Yumi lebih awal.
“Maafin bunda ya teh. Bunda sama ayah udah bujuk kakek, tapi teteh juga tau kan gimana kakek kalo udah ngeluarin satu perintah? Tapi, teteh jangan takut, bunda juga dulu sama kok. Bunda dinikahin lebih awal sama ayah. Dan sampai sekarang kita masih barengan. Juga bunda yakin, cinta dan kasih sayang itu akan muncul seiring berjalannya waktu.”
Yumi berdiri dan menuju jendela, “Tapi gimana sama kuliah teteh? Apa kata temen-temen teteh? Gimana sama projek dan mimpi teteh? Teteh nggak mau kalo cuma diem di rumah, cuma ngelayanin suami doang. Teteh nggak mau ilmu teteh sia-sia bun..”
Tangis yang sudah ditahannya sedari tadi pun pecah. Sang bunda memeluknya.
“Teteh nggak mau bun. Teteh nggak mau nikah,” rengek Yumi dalam pelukan sang bunda.
Wanita itu pun menahan airmatanya. Ternyata sang ayah masih keras seperti dulu. Saat memintanya untuk menikah dengan anak dari salah satu teman dekatnya sejak kecil. Ia tahu, tak semua pasangan yang bersama karena perjodohan bisa langgeng dan akhirnya saling menerima satu sama lain seperti dirinya dan suami. Ada juga mereka yang berpura-pura. Namun ia hanya ingin meyakinkan putrinya, jika perjodohan tidak seburuk yang ia pikirkan.
Berbicara tentang calon suami Yumi, sang bunda sudah pernah bertemu beberapa kali. Begitu pun Yumi. Juga ia yakin jika calon menantunya adalah pilihan terbaik dari sang ayah. Meski begitu, ia masih belum sepenuhnya percaya dan yakin dengan calon menantunya itu. Tangisan Yumi menarik perhatian Chandra, sang adik, yang hendak memanggil mereka untuk makan malam.
“Kenapa bun?” bisik pemuda itu pada sang bunda.
“Nggak apa-apa. Kenapa dek?” tanya bunda sambil mengajak Yumi untuk duduk di atas tempat tidur.
“Oh, makan malam udah siap. Nenek nyuruh adek manggil bunda sama teteh.”
Bunda menatap Yumi yang masih terisak pelan, “Teteh mau makan nggak?”
Yumi menggeleng lemah.
“Ya udah, bunda sama adek makan dulu. Nanti makan malam teteh bunda bawain ke kamar ya. Pokoknya teteh nggak boleh nggak makan. Teteh harus kuat dan nggak boleh lemah. Ya?” ucap bunda sambil menangkup wajah Yumi yang mulai membengkak.
Yumi hanya mengangguk sambil menutupi wajah dengan rambut hitam panjangnya. Kemudian Yumi menarik selimut dan mulai menutupi seluruh tubuhnya.
“Ya udah. Ayo dek.”
Bunda dan Chandra pun meninggalkan kamar Yumi untuk makan malam bersama keluarga yang lain.
***
Sementara itu, di kediaman calon mempelai laki-laki.
“Bang, lo nggak keberatan dijodohin kaya sekarang?” tanya sang adik.
“Kalo pun gue nolak, keputusan kakek tetep nggak bakal ngerubah apapun, atau bahkan bisa lebih buruk buat gue. Gue masih mau jadi bagian keluarga ini, Pik.”
“Parah lo. Pernikahan tuh buat sekali seumur hidup lho. Lo jangan lembek gini dong ah.”
Si kakak terkekeh, “Gue bukan lembek atau apapun itu menurut lo. Gue cuma nggak mau bertindak gegabah. Terlebih lagi kuliah gue belum beres. Gue belum kerja. Gue belum mapan. OK, let’s say kakek ngizinin gue buat nggak jadi nikah, terus dia ngasih syarat yang lebih parah dari yang bisa gue bayangin. Gue belum siap, Pik. Gue masih mau jadi anggota keluarga ini.”
Si kakak tertawa sambil melindungi diri dari pukulan bantal si adik yang gemas sekaligus kesal dengan jawaban sang kakak.
“Bodo, bang. Bodo. Matre lo.”
“Gua bukan matre. I’m just being realistic. Kalo gua udah mapan dan mandiri, gua punya alasan kuat buat nolak. Gue masih ‘bocah’. So, I have to obey them.”
Sang adik hanya tak habis pikir dengan sang kakak. Menurutnya pernikahan ini terlalu dipaksakan. Meski begitu, ia setuju dengan sang kakak. Sekalipun kakek mereka mengizinkan, mereka akan mendapat pilihan lain yang mungkin bisa lebih buruk dari pilihan yang sudah diberikan sebelumnya.
ns 18.68.41.175da2