Tengah malam yang senantiasa menjadi momen paling sunyi dan tenang tidak kunjung berubah gaduh kala dua sosok misterius berlarian menyusuri lorong demi lorong sempit perkotaan. Kecepatan mereka cukup membagongkan. Tidak peduli dengan rintangan tong sampah, kucing tidur, tikus numpang lewat, tikungan tajam maupun polisi tidur, semuanya dapat dilewati meski harus sesekali terjadi adegan jatuh yang sangat dramatis ala film action.
105Please respect copyright.PENANAvvI0RilNOm
Sesosok remaja laki-laki yang memakai setelan serba hitam dari kepala sampai kaki tampak berlari paling depan. Dia berlari tergesa-gesa dengan sebilah pisau berlumuran darah di tangan kirinya, sekuat tenaga memborbardir apapun yang dilewatinya untuk menghalangi sosok yang mengejarnya. Sayangnya, sosok berjaket parka merah tua itu ternyata jauh lebih beringas dari yang ia bayangkan. Jangankan berlari disertai lompatan, dia bahkan mampu berlari secara horizontal menapak dinding dan pagar dengan kecepatan mengerikan demi menghindari setiap hambatan.
105Please respect copyright.PENANAVa8f4QPod3
"Kumohon, untuk satu bulan ini saja. Jangan tunjukkan dirimu. Biar aku yang menjamin semua keperluanmu selama itu."
105Please respect copyright.PENANAAn2ifAFUZQ
Padahal baru kemarin dia diperingatkan oleh kakaknya untuk tetap bersembunyi. Ulahnya yang menghabisi sebuah geng hanya karena masalah sepele rupanya mengundang kemarahan satu pihak yang tidak pernah ia sangka. Itu sebabnya dia berada di posisi ini sekarang. Dari predator menjadi mangsa. Dan sosok berjaket parka merah tua yang kini tengah mengejarnya dengan kecepatan mengerikan adalah predator yang dijanjikan kakaknya jika dia tetap keras kepala.
105Please respect copyright.PENANAj3yMK4GdN5
Sebagai seorang psikopat, dia tidak memiliki rasa takut akan hukuman apalagi kematian. Tapi ketika pertama kali melihat sosok berjaket merah tua itu tengah menatapnya di depan gang, satu-satunya peringatan yang seketika terngiang di otaknya adalah melarikan diri. Tanpa dapat dicegah oleh dirinya sendiri, remaja itu langsung balik badan dan melompati pagar di belakangnya meninggalkan mayat seorang pria random setelah menggorok lehernya.
105Please respect copyright.PENANA8XlL564aMG
Keraguan sempat terbersit di benaknya kala melihat sosok itu justru mampu mengimbanginya meloncat lincah kesana-kemari dan berlarian di permukaan sempit, seperti pagar dan atap rumah. Dia tidak tampak seperti sekedar manusia yang terlatih, melainkan sosok yang seolah bukan manusia. Dan apa yang menyilang di belakang punggungnya itu? Sebilah pedang?!
105Please respect copyright.PENANAW2d69hxzHc
"Dia berbeda denganku," pikir remaja itu sembari melompat turun ke jalanan gang, bersiap menambah kecepatan untuk mencapai jalan raya terdekat.
105Please respect copyright.PENANA5YL6nE0ocN
Sesampainya sebuah pertigaan gang, sesosok hitam jangkung muncul tiba-tiba dari lorong di sebelahnya dan melayangkan tendangan ke bahunya tanpa peringatan. Walhasil remaja tersebut terlempar menabrak tembok pagar di sisi lainnya kemudian jatuh menimpa beberapa kantongan sampah yang bertumpuk disana dengan sangat tidak indahnya.
105Please respect copyright.PENANA7srWvSQCka
"Ah, sial!"
105Please respect copyright.PENANAElyGw3tKKi
Mengabaikan semua rasa sakit yang mendera sekujur tubuhnya, remaja itu bergegas bangkit dari tanah untuk melihat siapa yang telah menyerangnya. Tapi naas, selain sosok jangkung serba hitam yang menendangnya tadi, masih ada lagi sosok hitam lainnya tengah berdiri di belakang sosok berjaket merah tua yang mematung sejauh dua meter darinya. Biji mata keduanya tampak menyala merah dari balik tabir hitam yang menggantung menutupi wajahnya masing-masing, seakan tengah menatap tajam kepadanya tanpa setitik belas kasih.
105Please respect copyright.PENANA6KHuExwsIO
"Daniel Kornelius..." gumam sosok berjaket merah itu dingin. Suaranya begitu dalam dan sedikit serak, terdengar seperti suara seorang remaja laki-laki yang tengah beranjak dewasa.
105Please respect copyright.PENANALu0WT95YLl
Remaja itu membelalakkan mata. "Bagaimana kau bisa tau namaku?!!" paniknya.
105Please respect copyright.PENANADdGTi512BU
"Apa masih penting membicarakan masalah itu?" sambungnya, masih dengan nada yang sama.
105Please respect copyright.PENANAXpHfZCRs2C
Sebelum remaja di hadapannya menyahut, sosok berjaket merah itu menarik sebilah pedang yang menempel di punggungnya. Ia bisa melihat pancaran cahaya temaram menyerupai neon berwarna merah tua pada salah satu tepian bilah pedang tersebut. Suara gesekan logamnya pun seakan menggelitik hingga ke tulang. Angin tajam sempat melesat menciptakan robekan di bahu jaketnya kala sosok tersebut mengayunkan pedangnya ke depan, menunjukkan dengan jelas bahwa bagian bilah yang menyala bagai neon adalah sisi tajam dari pedang bermata satu tersebut.
105Please respect copyright.PENANAXuOVzAWjox
"Senjata yang menyala itu...!" suara si remaja seakan tersangkut di tenggorokan. Nampaknya dia telah menyadari identitas dari sosok berjaket merah tua di hadapannya sampai tidak bisa berkata-kata saking ngerinya. Hanya biji matanya yang bergerak perlahan melirik robekan di pundak kiri jaketnya.
105Please respect copyright.PENANA5k13Rltx5B
Bibirnya bergetar hebat melihat betapa halusnya robekan yang tercipta oleh ketajaman pedang itu. Namun begitu ia kembalikan pandangannya ke depan, kedua sosok hitam misterius yang sebelumnya hanya berdiri mematung tiba-tiba mengambil langkah mundur dan menghilang di kegelapan. Meninggalkan sosok berjaket merah tua yang justru mengambil langkah maju mendekati si remaja. Kengerian mulai menggenggam jantungnya kala sosok itu mulai memasang kuda-kuda, anak SD pun tau kalau dia tengah bersiap menusuk lawannya.
105Please respect copyright.PENANA4w7KYgTOTE
Semua suara di sekitar lenyap pada detik-detik itu. Waktu seakan melambat dan terhenti. Namun ketika sosok berjaket merah tua mendorong pedangnya ke depan, gerakannya begitu cepat sehingga remaja yang menjadi sasarannya pun tidak dapat mengikutinya. Remaja naas itu baru sadar setelah pedang hitam berpijar merah tua yang dingin telah menembus jantungnya. Bibirnya memuntahkan cairan merah kental begitu pedang tersebut dicabut dari dadanya, tak lama sebelum tubuhnya ambruk menimpa kerasnya tanah.
105Please respect copyright.PENANA4Y6nRyxu9O
Remaja itu memang tidak langsung mati. Namun di detik-detik terakhir hidupnya, ia melihat sosok menakutkan yang baru saja melubangi jantungnya tengah berlutut di dekatnya. Sosok itu lantas membuka tudung jaketnya, menampakkan seorang wanita remaja dengan surai hitam sepunggung yang tidak biasa dan dibiarkan tergerai. Mereka berpandangan selama sepersekian detik, antara bilah keruh remaja yang tengah sekarat dengan bilah merah tua menyala milik gadis bersurai hitam misterius.
105Please respect copyright.PENANAsbtO0DEYOk
Gadis itu berdiri dari posisinya setelah mendengar suara sirine dari kejauhan. Ia segera memasang tudung jaketnya dan melangkah memasuki kegelapan gang yang sama dengan kedua sosok hitam tadi. Yang tersisa hanya mayat seorang remaja laki-laki yang tergeletak bersimbah darah di tepi gang dengan luka bekas tusukan di jantung tembus ke punggung.
105Please respect copyright.PENANAJ3tUWarAP5
***
105Please respect copyright.PENANAlsNBAllOib
Irwan menguap lebar di tempatnya duduk bersandar. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain duduk bersantai di sofa empuk sambil menikmati kelap-kelip pemandangan malam kota Makassar melalui jendela lantai lima belas. Ditemani secangkir teh earl grey dan dessert berkualitas premium, Irwan benar-benar menikmati keindahan yang terhampar di depan matanya.
105Please respect copyright.PENANAAxVtCJRTDO
Bibir tipisnya menyunggingkan senyuman kala tiupan air conditioner membawa aroma besi melewati indera penciumannya. Dia raih daun cangkir elegan di meja tamu dan menyesapnya sekali lagi. Tangan lainnya tengah menggulir layar ponsel pintarnya untuk melihat berita-berita yang sedang hangat belakangan ini. Salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas yang menimpa seorang aparat Biro Keamanan Wilayah Makassar dua hari yang lalu.
105Please respect copyright.PENANA9F8kUu3UH5
"Good job, Dora," celetuk pemuda itu kemudian.
105Please respect copyright.PENANAAXNqsOqlGs
Dan entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja seorang bocah bertopeng menduduki salah satu arm rest sofa tunggal yang diduduki Irwan. Dilihat dari ukuran tubuhnya, tampak seperti bocah perempuan berusia delapan tahun. Rambut hitamnya dikuncir kuda dan tubuh mungilnya dibalut hoodie dengan celana pendek serba hitam. Tak terkecuali stoking dan sepatu boots lucunya serta sebuah syal panjang berwarna
105Please respect copyright.PENANA5LsNJKCg7O
"Itu sih gampang," tukas gadis kecil itu penuh percaya diri. "Menghabisi orang tua pemakan gaji buta selalu menjadi pekerjaan yang mudah."
105Please respect copyright.PENANAcN3lW2M34g
"Pffftt..." Irwan tertawa mendengarnya. "Benar juga. Yang ada di pikiran mereka hanya menimbun kekayaan."
105Please respect copyright.PENANAUDq9vR7bNQ
Mereka berdua lantas tertawa cekikikan sampai sebuah suara dering ponsel jadul memecah suasana. Irwan bergegas mengambil sebuah ponsel flip jadul berwarna biru tua dari saku celana jeansnya. Dora diam-diam saja melihat partnernya, padahal dalam hatinya dia juga penasaran.
105Please respect copyright.PENANAGt6dyA6C3n
"Halo?" sapa Irwan cuek segera setelah menempelkan ponsel jadul tersebut di telinga kirinya. "Bukannya sudah kubilang? Aku tidak akan menerima tawaran kalian. Titik."
105Please respect copyright.PENANArBqEf288I1
"He~eh? Aku bahkan belum sempat ngomong, Jeff!" rengek suara seorang wanita di seberang.
105Please respect copyright.PENANAPb5btXGOb1
"Bodo amat. Udah dibilangi masih bandel juga. Ga mau ya ga mau!" Irwan berteriak di depan mic ponselnya. "Susah amat dikasih tau! Huuu…!!"
105Please respect copyright.PENANA0c1EL3DVq8
"Bandel juga ya mereka," gumam Dora. Nampaknya dia sengaja menunggu sampai Irwan mengakhiri pembicaraan.
105Please respect copyright.PENANACerrsolcNi
"Iya nih," sungut Irwan jengkel sambil menjejalkan ponselnya ke dalam saku celana dan mulai berdiri dari duduknya. "Bandel banget jadi orang, ngalahin bocil lagi."
105Please respect copyright.PENANA9bOXH7sQ2r
Dora langsung sewot mendengar kalimat terakhir. "Heh, ngomongin aku ya?!"
105Please respect copyright.PENANAUpjWxWBWpH
"Lah yang diomongin siapa yang tersinggung siapa, Dor?!" heran Irwan tak kalah sewotnya. "Namanya juga perumpamaan, kok malah sensi?"
105Please respect copyright.PENANAcg8hMHB99K
"Terserah kamu aja deh! Males debat ama pasien RSJ kabur macam kamu!"
105Please respect copyright.PENANAEnPq62hE52
"Eh kok ngambek beneran sih!"
105Please respect copyright.PENANAt1GofF5I1j
Irwan mengerutkan kening melihat kelakuan rekan ciliknya itu. Berhubung Dora baru saja menghilang setelah menembus kaca jendela apartemen, ia pun meraih cangkir beserta perabotan di sekitarnya untuk dibawa ke dapur. Ia berjalan dengan hati-hati agar tidak menginjak mayat yang bergelimpangan beserta darah mereka yang menggenang di lantai. Sekalipun sendal yang sedang dipakainya adalah barang si pemilik apartemen, doi tetaplah tipe orang yang mencintai kerapian dan kebersihan.
105Please respect copyright.PENANAZSfd49PJbk
Selesai mencuci cangkir dan kawan-kawan, Irwan melangkah menuju pintu dan mengambil sepatunya di rak. Dia pun pergi setelah memastikan kalau tidak ada yang kelupaan. Setelah beberapa detik, pintu kembali terbuka dari luar. Tapi bukan Irwan yang melakukannya, melainkan seorang pria berkulit seputih kertas dengan mata melotot dan bibir sobek yang melangkah masuk. Hoodie putih dan celana hitamnya berkebalikan dengan outfit yang Irwan kenakan barusan.
105Please respect copyright.PENANA1hmQrBlJig
Lalu sambil tertawa pelan ia menyalakan pewaktu sebuah benda kecil berbentuk kubus dan berkata, "selamat tidur semuanya..."
105Please respect copyright.PENANAlYr9QQpk18
Benda misterius tersebut dilemparkan ke tengah ruangan, mendarat tepat di antara belasan mayat yang bergelimpangan di lantai ruang tengah. Sosok berwajah mengerikan itu segera menutup pintu dan bergegas meninggalkan apartemen sambil memainkan ponsel pintarnya.
105Please respect copyright.PENANApWdPtnX8jz
Tiba di halte terdekat, ia menaiki sebuah bus yang baru saja berhenti bersama penumpang lainnya. Namun yang melangkah melewati bingkai pintu depan bus bukanlah sosok mengerikan bermata bulat dan bibir sobek, melainkan Irwan dengan kasualnya mengambil tempat di salah satu kursi paling dekat dengan jendela sambil mendengarkan musik di ponselnya melalui handsfree TWS.
105Please respect copyright.PENANAcvmBDJrOHr
Tidak sampai lima menit sejak bus mulai melaju, apartemen yang tadi ditinggalkan Irwan tiba-tiba meledak. Seisi bus ikut terkejut karena suara ledakannya, namun posisi mereka sudah terlalu jauh untuk berhenti. Orang-orang yang penasaran hanya mengintip sekenanya melalui jendela bus, kecuali Irwan yang malah dengan santainya menikmati pemandangan di luar bus.
105Please respect copyright.PENANAGG0YasiOKn
"Kira-kira Dora udah sampai di apartemen ga ya?" pikir pemuda itu. "Sebaiknya aku mampir beli cemilan biar dia ga ngambek terus."
ns 15.158.61.20da2