Gue ngga pernah percaya dengan yang namanya 'kebetulan'. Semua hal dalam hidup, sudah pasti ditentukan atau dihubungkan oleh Tuhan lewat beberapa petunjuk ajaib yang menuntun kita, gue dan lo, atau kalian untuk bertemu disatu titik atau akhir fase hidup bernama takdir. Lo tahu kan kalo fase hidup manusia itu ngga hanya ada satu?
Dalam fase hidup gue sekarang, gue merasa bahwa Tuhan sayang banget sama gue, hingga gue berhasil menemukan dia... awonderfullove of my life. She’s so unique, ngga ada satu hal pun dari dirinya yang ingin gue ubah, termasuk namanya yang ngga pernah gue duga ada di dunia nyata. Within herself, she completes me just the way she is, always. Oleh karena itu, gue mau dia, selamanya.
Tetapi, disaat gue ingin menjadikannya satu-satunya 'rumah' tempat gue menetap, satu hal berharga yang pernah gue perjuangkan dimasa lalu muncul kembali. Ketakutan gue akan hal lain dalam hidup pun seakan sengaja dimunculkan oleh Tuhan melalui beberapa jebakan pertanyaan bak mimpi buruk bagi gue. God,I already have anything, gue ngga mau kebahagiaan ini hilang.So, what should I do to make mine stay?
"Selain order Green Tea, biasanya kamu order apa, Sa?"
"Hmm, Dark Choco, as usual."
"Dulu, waktu SMA kayaknya kopi. Kenapa sekarang kamu pilih itu?"
"Dark Choco tuh kayak apa ya? Ngerepresentasiin hidupku yang... gelap & sad, menyedihkan. Persis namaku, Han."
Sadie, perempuan manis bermata sendu yang sangat mahir memendam rasa, mengisolasi diri dari keramaian, menghilang, dan sulit mengatakan cinta.
Hunter, pria baik hati yang sulit percaya lagi akan cinta karena kekecewaan yang begitu besar dimasa lalu, dan menganggap bahwa semuanya akan baik-baik saja dengan sibuk merencanakan banyak hal.
Mereka yang dulu asing, Tuhan pertemukan lagi pada satu titik kehidupan yang sama, menjalani hidup hanya berlandaskan rutinitas. Entah yang kini dilakukan keduanya hanya bentuk pelarian atau keseriusan.
Mampukah Sa & Han keluar dari masa lalu masing-masing, hingga menemukan kasih sayang dan cinta yang lebih besar dari pekatnya trauma di masa lalu, dan menemukan warna baru bersama?
Tiga anak manusia dipertemukan oleh takdir dalam satu waktu bersamaan. Namun, terlampau salah karena hadir dari masa yang berbeda.
Mereka menjalani hidup seperti biasa, tanpa menyadari rahasia yang ada pada diri masing-masing. Ketiganya menahan ego dan rasa tanpa menaruh curiga.
Apa jadinya jika kepercayaan dikhianati, waktu dicuri, dan rasa yang dipertanyakan terbagi?
“Ngga semua orang bisa diselamatkan. Ngga semua orang bisa dibahagiakan. Ngga semua orang bisa difikirkan. Ngga semua orang bisa dipertahankan."
Mereka tertegun, "What happened to us?"
Bagi orang-orang, hidup gue begitu sempurna. Gue yang sejak lahir hidup berkecukupan, jadi author diusia muda dengan karya pertama yang laris, dan merupakan keponakan dari pebisnis sukses serta beauty influencer terkenal.
The truth is they don't know me well, even it's something about my life. Faktanya, hidup gue jauh dari kata sempurna. Bagi gue, sampai kapanpun akan selalu seperti itu, ngga ada hal yang mampu membuat gue menyangkalnya.
Seperti halnya masa lalu. Rasanya, gue ingin sekali meminta pada Tuhan akan hal ini, walaupun gue tahu itu mustahil. Gue ingin sekali meminta untuk diberikan tombol reset - accept - decline. Terkadang, gue sering kali bertanya juga pada-Nya. Kenapa ya, Tuhan menghadirkan lagi orang-orang dimasa lalu gue dulu? Gue ingin sekali membatasinya, agar gue ngga merasakan sakit lagi. Karena membangun benteng atau dinding setinggi dan setebal apapun dalam hati serta hidup gue, it's not enough. Ternyata, belum cukup.
Gue pernah membaca sebuah quote, katanya... jangan pernah meragukan kekuatan doa. Karena doa mampu mengubah takdir seseorang. Selama ini, gue berserah akan hidup. Gue berusaha menerima kejutan-kejutan ditiap harinya.
Tapi, untuk hal yang satu itu, gue tahu bahwa gue ngga akan pernah siap. Lebih tepatnya, hati gue masih bertanya-tanya dan berusaha tetap berdetak diantara ketakutan selama survive menjalani hidup.
Hingga akhirnya, sebuah pertanyaan yang membuat gue sadar akan banyak hal. "Apa sih yang sebenarnya dikejar, Ra?"