Bagi orang-orang, hidup gue begitu sempurna. Gue yang sejak lahir hidup berkecukupan, jadi author diusia muda dengan karya pertama yang laris, dan merupakan keponakan dari pebisnis sukses serta beauty influencer terkenal.
The truth is they don't know me well, even it's something about my life. Faktanya, hidup gue jauh dari kata sempurna. Bagi gue, sampai kapanpun akan selalu seperti itu, ngga ada hal yang mampu membuat gue menyangkalnya.
Seperti halnya masa lalu. Rasanya, gue ingin sekali meminta pada Tuhan akan hal ini, walaupun gue tahu itu mustahil. Gue ingin sekali meminta untuk diberikan tombol reset - accept - decline. Terkadang, gue sering kali bertanya juga pada-Nya. Kenapa ya, Tuhan menghadirkan lagi orang-orang dimasa lalu gue dulu? Gue ingin sekali membatasinya, agar gue ngga merasakan sakit lagi. Karena membangun benteng atau dinding setinggi dan setebal apapun dalam hati serta hidup gue, it's not enough. Ternyata, belum cukup.
Gue pernah membaca sebuah quote, katanya... jangan pernah meragukan kekuatan doa. Karena doa mampu mengubah takdir seseorang. Selama ini, gue berserah akan hidup. Gue berusaha menerima kejutan-kejutan ditiap harinya.
Tapi, untuk hal yang satu itu, gue tahu bahwa gue ngga akan pernah siap. Lebih tepatnya, hati gue masih bertanya-tanya dan berusaha tetap berdetak diantara ketakutan selama survive menjalani hidup.
Hingga akhirnya, sebuah pertanyaan yang membuat gue sadar akan banyak hal. "Apa sih yang sebenarnya dikejar, Ra?"