Sekembalinya dari Stasiun Gambir, gue bersiap-siap membereskan seluruh barang-barang yang akan dibawa ke Jogja. Sebetulnya, gue sudah menyiapkan barang bawaan gue sedari malam tadi. Namun, lebih tepatnya, gue membantu Tante Annette packing, mengingat keikutsertaan beliau yang cukup mendadak ini.
“Ra, ini ada paket banyak banget dari security komplek. Beberapa paket box gitu.”
Gue mengambil seluruh box tersebut dan mengeceknya satu per satu, mencaritahu apa isi didalamnya. Kebanyakan makeup, namun ada pakaian juga. Dugaan gue benar, ternyata semua box ini ditujukan untuk Tante Annette. Gue yakin, ini bukan barang belanjaan Tante Annette, tapi endorse-an atau paket untuk diulas yang dikirimkan langsung oleh brand cosmetic nya.
“Tante, ada paket nih.”
“Wah, paket lagi?”
“Iya, tadi Andi yang terima. Kelamaan di pos nih Tante, mungkin security nya baru mau nganterin kalo kolektif atau banyakkan begini.”
“Yaudah deh Ra, ini tolong kamu buka-bukain ya? Masih sempat ngga? Minta tolong Andi juga ya buat buka-bukain.”
“Lho, emang mau nge-review sekarang?”
“Ngga Ra, mau Tante Annette bawa ke Jogja. Review disana aja, ngga keburu soalnya kalo sekarang. Sekalian nanti videonya Tante edit disana.”
“Ya ampun, masih ada aja kerjaannya, Tan.”
“Tante sih pengennya ngurang-ngurangin Ra, cuma ya… ada aja rezekinya datang kan dalam bentuk apapun. Ya tetap disyukuri aja, dikerjain, selama masih bisa fokus ke keluarga kita sama program hamil, Tante.”
Tertegun gue mendengarnya. Gue tahu, begitu besar keinginan Tante Annette memiliki anak, walaupun Om Andhra ngga mempermasalahkan hal itu. Karena baginya, dengan adanya Tante Annette saat ini, dunianya yang retak telah utuh kembali. Terkadang, gue kerap merasa, bahwa Om Andhra terlalu fokus mengurusi gue, hingga impian Tante Annette itu belum kunjung terwujud. Ngga ada yang tahu soal ini, sekalipun Andi, karena gue ngga mau berbagi banyak hal menyedihkan dalam hidup dengan dia yang begitu periang.\
“Ndi, tolong bantuin gue yuk, buka-bukain semua paket ini.”
“Lah, ngapain dibuka?”
“Mau dibawa ke Jogja kata Tante gue.”
“Iya, terus ngapain dibuka? Kan lebih aman kalo masih tetap dibungkus begitu.”
Oh iya ya, benar juga apa yang dikatakan Andi? Tanpa berlama-lama, gue memasukkan semua box itu kedalam koper, Andi membantu mengangkutnya ke bagasi mobil. Ia yang akan mengantar gue dan Tante Annette ke airport. Yah, gue harap semoga pesawatnya masih terkejar.
“Ra, udah lengkap semua nih yang mau dibawa?”
“Udah kok Ndi, santai!”
“Oh iya, ini ada paketan Chocolate Almond sama Hazelnut Chocolate buat lo sama Tante Annette. Lumayan, buat diminum dalam pesawat sambil ngelihat-lihat awan. Sekalian dong, tolong foto Kafija on board gitu, hahaha…”
“Biar kayak orang-orang ya di Instagram? Kafija from berapa feets gitu?”
“Iya, duh… jadi inget film ILY From 3000 feets nih gue, filmnya pernah gue tonton tuh sama Andhira dulu.”
Rasanya, gue ingin sekali mengatakan tentang pertemuan gue dan Andhira siang ini. Gue mau Andi tahu, bahwa Andhira sebetulnya masih peduli akan dirinya. Kelihatan jelas, dari mata Andhira, bahwa ia masih menyayangi Andi, sahabat gue. Andi yang selalu rela menemani Andhira interview sana-sini sebelum bekerja ditempat Georgette. Tapi, gue rasa, bukan waktu yang tepat untuk memberitahukannya diwaktu Andi dalam proses moving on seperti saat ini.
“Duh Ndi, pake flashback segala. Katanya udah move on…”
“Ngga sengaja kali Vierra, gue keingetannya… dikit deh dikit boleh…”
“Terserah lo deh, yang penting kita jalan dulu sekarang. Tante gue udah siap banget tuh sekalian mau nge-vlog. Lo masuk kamera dikit, gapapa ya?”
“Wah! Beneran nih? Gapapa lah! Gue malah excited gini mau masuk vlog Tante lo. Sejak kapan nge-vlognya?”
“Dari jaman baheula… udah ah, berangkat yuk! Keburu makin macet nih jalanan jam segini, tahu sendiri kan lo, ini jam-jam orang pulang kerja.”
“Iya deh, let’s go!”
Sepanjang perjalanan, gue hanya duduk bersandar dibahu Tante Annette. Beliau masih memeluk gue, bagaikan anak kecil berusia 5 tahun yang menjaga anaknya karena takut diculik. Gue jadi ingat, sewaktu gue kecil, Om Andhra selalu memeluk gue di mobil, katanya supaya ngga terombang-ambing kalau jalanannya rusak. Gue pun mulai tertidur, kala mobil Andi memasuki area kemacetan Jakarta. Mungkin, akibat malam minggu, sehingga banyak orang bepergian keluar rumah? Atau populasi orang jadian saat ini makin bertambah?
***
Andi turun terlebih dahulu, membuka bagasi mobilnya, dan mengeluarkan koper-koper yang akan kami bawa ke Jogja. Ia memeluk gue, tak lupa salim kepada Tante Annette. Gue mengecek keamanan koper-koper itu sekali lagi, ternyata sudah aman. Perlahan, gue melambaikan tangan kearah Andi, kemudian Tante Annette berjalan mendahului guna proses check in.
“Aduh Ra, Tante kenapa happy banget gini ya, mau ke Jogja?”
“Mungkin, karena Om Andhra mau nyusul? Hehehe…”
“Tapi kan ngga besok juga nyusulnya, Ra. Ngga tahu kenapa, beda banget gini deh perasaan Tante. Apa karena habis ngevlog ya?”
“Nah, bisa jadi tuh! Tante kan udah lama juga ngga ngevlog selain makeup content. Kalo aku baca-baca ya, subscribers Tante Annette itu pada nanyain terus, kapan traveling vlog lagi.”
Tante Annette pun melanjutkan aktifitas vlogging nya. Ketika ingin memasukkan HP kedalam tas ransel, sebuah notifikasi dari aplikasi chatting yang jarang gue gunakan berbunyi, diikuti dengan lednya yang berwarna hijau menyala-nyala. Tadinya, ingin sekali gue membukanya, namun seorang petugas mengisyaratkan waktu boarding telah habis, dan kini pesawat bersiap untuk take off.
ns 15.158.61.51da2