Yes, I’m burning out. Gue sendiri juga ngga tahu, sebenarnya sudah berapa lama gue seperti gini. Sampai akhirnya, mungkin ‘bom waktu’ itu baru meledak sekarang. Tiba-tiba, gue terpikir akan hal ini, andai… gue mampu mempertahankan tingkat kewarasan diri gue sedikit lagi. Mungkin, gue ngga akan nekat kayak begini. Malam Jumat malah pergi sendirian ke salah satu coffeeshop yang lokasinya lumayan jauh dari rumah. Oh iya, gue lupa… all by myself, noted that.
Actually, gue ngga sendirian banget kok. Almost. Kan ngga mungkin juga ya, gue dari lahir sendirian? Okay, someone who doesn’t let me be fully alone adalah Diandhra Louise Jauhar Wafi. Eits, btw beliau itu Om atau Paman gue, dari pihak nyokap. Cukup panjang kalau gue ceritakan, gimana bisa gue hidup berdua saja dengan Om Andhra. Mungkin, jarang yang akan percaya, kalau beliau mengurusi gue sejak usia 20 tahun. Can you imagine that? Dimana lo harusnya punya waktu buat having fun sama teman-teman sebaya, secara mendadak banget lo dikasih tanggung jawab buat mengurusi anak kecil berumur 5 tahun, seumur hidup lo pula.
Walaupun begitu, gue bersyukur banget karena Om Andhra bukan tipikal orang-orang dewasa awal kebanyakan. Beliau begitu sabar mengurusi gue, pun beliau rela telat married. Sewaktu gue berumur 10 tahun, gue kerap berjinjit untuk membuka kotak surat yang ada di depan rumah. Benda berbentuk segiempat berwarna hijau itu terlalu tinggi untuk digapai, terkadang gue suka mendorong kursi dan menaikinya, hanya untuk bisa mengambil kumpulan surat didalamnya. Isinya? Invitation wedding. Om gue itu bisa dibilang jarang mengambil surat-suratnya. Jangankan mengambil… membuka kotaknya pun jarang. Padahal, beliau suka banget menulis surat, lho! Makanya, Om Andhra sempat lama ngga pakai atau punya media sosial.
Pasti kalian bingung, gimana caranya cowok berusia 20 tahun mampu menghidupi anak kecil yang diasuhnya hingga saat ini, tanpa kekurangan apapun. But, that’s what people said about us or me. Bukan kata gue atau Om Andhra. The fact is keluarga kami ngga sesempurna itu, bahkan jauh dari kata sempurna baginya. Sinar matanya ngga pernah bisa berbohong kala termenung di ruang kerjanya. Opa dan Nenek gue, yang mana merupakan orang tua dari nyokap dan Om Andhra, meninggal ketika beliau berusia 18 tahun. Setelah kecelakaan motor naas tersebut, Om Andhra hidup berdua dengan nyokap gue. Setahun berlalu, nyokap menikah dengan bokap. Om Andhra selalu bilang, kalau nyokap gue adalah perempuan yang tangguh, berjiwa sosial tinggi, dan baik hatinya bak ibu peri. Oleh karena itu, perlahan-lahan gue mengerti, dan ngga pernah bertanya lagi, kenapa nyokap ‘pergi’ terlalu cepat setelah 2 minggu gue lahir, diikuti dengan kepergian bokap gue. Nyokap meninggal diusia 29 tahun karena kanker ginjal, sementara bokap meninggal diusia yang sama karena kecelakaan pesawat ketika ingin kembali bekerja di rig usai menemani nyokap gue persalinan.
Gue sadar, seberapa berat perjuangan Om Andhra membesarkan gue. Apalagi, kalau ingat cerita cinta beliau yang bisa bikin orang nyeletuk, ‘ngenes juga ya ini orang ceritanya’. Belum lupa kan soal Om Andhra yang jarang ngecek kotak surat? Pada usia yang sama ketika beliau mengurus gue, Om Andhra harus kehilangan lagi orang yang dia sayang. Setelah kematian orang tuanya, kakak kandung dan kakak iparnya… beberapa bulan kemudian, pacarnya saat itu memutus hubungan mereka secara sepihak. The reason was shitty classic, dia ngga mau bantuin Om Andhra untuk mengurus gue dan belum siap berkeluarga. Padahal, Om Andhra belum pernah melamarnya dan berbesar hati untuk menjalani hubungan LDR selama 8 tahun dengannya. Beliau hanya sempat mengutarakan keinginannya menikah muda. Hingga detik ini, alasan Om Andhra ingin menikah muda masih membekas dihati gue, beliau ingin gue memiliki keluarga yang utuh, walaupun ngga akan pernah lagi sempurna seperti dulu. Dengan begitu, beliau bisa lebih belajar mempertahankan beasiswanya dan fokus membangun bisnis dari rumah.
Ketika gue berusia 15 tahun, kehidupan kami berdua bisa dikatakan jauh lebih baik, ngga lagi ada dalam pusaran ‘awan hitam’. Om Andhra mulai menemukan cinta sejatinya, yaitu Tante Annette, teman SMP nya dulu. Ngga hanya itu, selain bisnisnya yang makin ‘cuan’, beliau juga diterima bekerja disebuah perusahaan terkemuka milik negara. Saking sibuknya Om Andhra, Tante Annette lah yang mengambil alih salah satu tugas beliau menjemput gue sepulang sekolah. Om Andhra itu kayak bapak-bapak muda yang protektif sama anak-anaknya. Plus, lo tahu ngga sih Yesaya Abraham? Nah, Om gue itu 11-12 sama Yesaya. Untungnya, Om Andhra bisa luluh sama Tante Annette, yang lembut dan keibuannya tuh… bukan main! Katanya, yang bikin beliau ingin menikahi Tante Annette adalah karena kemiripannya dengan sikap nyokap gue, yang mana turun-temurun dari Nenek. Jadi, hingga saat ini, kita hidup cuma bertiga.
ns 15.158.61.21da2