Uncle Narden menjamah makanan yang dihidang Lyana dengan rakus sambil mengusap peha Lyana. Lyana makan perlahan sambil menahan geli akibal usapan Uncle Narden.
Sesudah makan, Lyana mengemas hidangan dan mencuci pinggan di singki. Uncle Narden memeluk erat pinggang Lyana sambil mencium kepala, leher dan bahu Lyana.
"Uncle, takda cukup lagi ke?" tanya Lyana
"mana ada boleh cukup, tak mana akan cukup sama you" kata Uncle Narden
"haih Uncle ni.. habislah saya macamni" kata Lyana
"you saya kita 24 jam ha.. ini chance mana boleh kasi lipas" kata Uncle Narden
"saya pun mau rehat juga Uncle, takkan 24jam buat projek je" kata Lyana
"silagi you takda hamil, itu kita kasi bikin la. apa lagi mau tunggu" kata Uncle Narden menarik tangan Lyana menuju ke ruang tamu
"uncle rehat la sekejap" kata Lyana
"you rehat sana, saya kasi henjut sama kamu" kata Uncle Narden sambil menolak Lyana terbaring diatas sofa
Uncle Narden menarik ganas kain batik yang membaluti tubuh Lyana lalu memasukkan batang kulupnya kedalam lubang faraj Lyana. Uncle Narden merogol Lyana sekuat tenaganya.
"aarhhh...arkjhh...jangan.. aaarkhh...aarkkh!" desah Lyana sambil menolak perut Uncle Narden
Uncle Narden mengeluarkan separuh batangnya lalu menujah masuk zakarnya keluar dan masuk secara rentak laju dan agak ganas.
Lyana menjerit tidak keruan
"arkhh!!! arkkhh...arghh...argh!! Uncle..!" jerit Lyana
"siapa Uncle? cakap Narden! cepat.. kalau takmau saya kasi lagi laju..!" kata Uncle Narden
"urkhh...!! takmau..!! Uncle..!! aaaarhhh!" jerit Lyana semakin tidak keruan
"you main main sama saya ha.. you lagi mau jual mahal sama saya.. you rasa ini.!" kata Uncle Narden menjolok lubang Lyana sepenuh zakarnya sambil menggerakkan rentak laju
Tubuh Lyana menggeletar sedikit meronta akibat hentakan laju dari batang Uncle Narden membuatkan Lyana klimaks berkali kali kerana rangsangan yang membuat Lyana tidak mampu bertahan lama.
"kau nak sangat kan orangtua, amik ni" kata Lyana mula mengemut sekuat tenaga.
Lyana mengemut kuat dan melepas batang Uncle Narden lalu mengemutnya beberapa kali membuatkan Uncle Narden tidak tahan lalu melepaskan klimaks didalam lubang faraj Lyana.
"wah you kemut banyak pandai, banyak tarak tahan oo.. cilaka sudah pancut" kata Uncle Narden
"huhh .huhhh .." Lyana tercungap-cungap kepenatan
"mana boleh penat, kita ada masa lagi mau layan ini time" kata Uncle Narden
"Orang tua ni tak bagi aku rehat langsung, nampak gayanya aku tak boleh tidur langsung ni.. aku kena tumpaskan orangtua ni walau apa cara sekalipun, aku kena serahkan tubuh aku betul² malamni. aku akan layan kau lebih dari aksi aku dengan suami aku untuk tumpaskan kau. aku takkan kalah dengan kau, Uncle." kata Lyana didalam hati.
Uncle Narden menarik pinggang Lyana lalu mendukung Lyana secara berpandangan antara satu sama lain. Kedua tangan Uncle Narden memeluk punggung Lyana, tangan Lyana sedang berpaut pada bahu Uncle Narden.
Sekilas pandang, Lyana ternampak kilauan cincin pernikahan di jari manisnya yang menjadi saksi cinta sejati. Tiba-tiba Lyana meronta minta dilepaskan.
"tak boleh.. saya tak boleh.. lepaskan saya Uncle." kata Lyana
"mana boleh lepas, ini chance banyak cantik. you punya kaki sudah peluk saya punya pinggang, ini sangat sexy punya pemandangan" kata Uncle Narden
"janganlah Uncle, tak mauu.. please" rayu Lyana
"oiyoo . you banyak kuatnya" kata Uncle Narden sambik menurunkan Lyana
Belum sempat Lyana mengatakan apa-apa, Uncle Narden segera memusingkan badan Lyana dan mendukung Lyana sambil memasukkan batang dia dari belakang.
"erghhh Uncle..." Lyana mengerang
Uncle berjalan sambil mendukung Lyana menuju kearah cermin besar lalu merodok lubang Lyana dihadapan cermin untuk menunjukkan Lyana, wajahnya ketika diratah oleh Uncle Narden
Sesekali Lyana terpandang cermin dihadapnnya, Lyana merasakan amat hina diperlakukan sebegini. Lyana yang berhasrat untuk menumpaskan Uncle Narden, masih lagi hanyut dengan rangsangan dan merasa dirinya amat hina.
Kangkangan kaki Lyana dilebarkan oleh Uncle Narden yang sedang sibuk mengemudi permainan keluar dan masuk batangnya, dalam keadaan Uncle Narden masih berdiri.1192Please respect copyright.PENANA8oDsxMQHce
Lyana menangis melihat betapa hinanya diri sendiri diratah oleh Uncle Narden dengan begitu buas, hingga terpaksa menutup mukanya dengan telapak tangannya.
1192Please respect copyright.PENANAe4KhvcekkB