Bibir Naila dengan cepat mengecup bibir Arga. Kali ini Arga yang seperti tersetrum, mematung dengan detak jantung cepat. Keduanya berpelukan mereka erat. Bibir menyatu, mereka menumpahkan emosi lewat ciuman. Tidak ada penolakan dan tidak ada paksaan. Hanya mengikuti emosi dan naluri.
Dingin AC kamar hotel yang membelai kulit, kalah oleh getar hangat yang muncul dari dalam tubuh mereka. Bibir bertemu bibir. Lembut, hangat, basah. Lidah berperang, saling membelit, bergulat dan saling mendorong. Mata terpejam, kepala bergerak liar tak terkontrol ke kiri, kanan, atas, bawah mencoba mengecap kenikmatan.
Naila melayang, ini memang bukan pertama kali dia menikmati ciuman dari orang yang bukan suaminya itu, tapi masih ada rasa bersalah meskipun hanya sebentar. Dia mulai mabuk oleh gairah. Kehangatan Arga, memberi dia perlindungan.
Naila menengadah dengan mata terpejam saat lidah Arga menyusuri lehernya yang putih nan sensitif setelah sebelumnya menyibak kain hijab yang masih dikenakannya. Aliran kenikmatan dari sapuan lidah Arga yang basah menyebar ke seluruh tubuh. Memberi letupan kenikmatan yang semakin tidak terkontrol.
Tangan Arga menyusup dan meremas bongkahan mulus payudara sang betina. Kencang sekali, kelembutanya membuat tubuh Arga bergetar. Naila menikmati belaian dan remasan itu. Dia menggelinjang. Dingin, geli, hangat bercampur jadi satu.
"Sempurna sekali." Ucap Arga lirih tepat di samping telinga Naila.
Kata itu menarik Naila ke alam sadar. Menatap wajah Arga yang teduh. Wajah yang seolah terlihat berbeda baginya. Naila tersenyum tersipu. Mereka duduk berdampingan, suasana hening dan kaku sempat membuat wajah Hanan terbayang di benak Naila.
Namun saat bibir Arga kembali menempel di bibirnya, bayangan itu lenyap. Dia cepat sekali terhanyut oleh gairah. Naila menyambut ciuman itu dengan lebih hangat dan penuh percaya diri. Saat tubuhnya terdorong ke sandaran ranjang, Naila mendekap Arga. Seandainya dia jatuh, dia ingin jatuh bersama lelaki itu. Dan bila dia terbang, dia ingin terbang bersama Arga.
Naila terlentang di atas ranjang, Arga menindihnya. Di bawah cahaya lampu kamar, kecantikan dan kemolekan Naila terlihat lebih nyata. Wajah cantik yang memerah, detak jantung yang semakin meningkat, semua dapat mereka rasakan. Arga memulai lagi, meremas payudara si cantik yang membusung mengagumkan. Nikmat bukan main.
"Sempurna sekali bidadariku…" Desis Arga.
"Aaaacchhh" Desah Naila.
Arga menatap tubuh mengagumkan Naila yang kembali duduk di atas ranjang. Mereka berhadapan, sangat dekat dan semakin dekat. Tangan Arga menangkup dari bawah dan meremas payudara. Desahan si cantik tertahan. Remas lebih keras, lagi dan lagi, menekan dengan jari puting yang semakin mengeras.
Kepala Arga terbenam di antara kedua payudara Naila. Menyapu dengan lidah kulit yang mulus, mengecup daging kenyal, dan mengelitik dengan ujung lidah. Naila menggelinjang. Menggeliat, merem melek. Mendesah, menyebut nama Arga.
Arga lalu bersimpuh nyaman di antara kedua kaki Naila yang mengangkang. Posisi Naila lebih tinggi karena masih duduk di ranjang. Naila mendunduk, Arga mendongak. Mereka saling pandang, tidak berciuman. Arga lanjut menyusu di payudara si cantik, tangannya merayap di kaki jenjang Naila. Mengelus pahanya, Naila semakin melebarkan paha, membiarkan tangan Arga menyentuh, menekan, meremas, dan membelai pangkal pahanya. Menikmati semua kenakalan lelaki yang bukan suaminya itu.
Dia tidak menolak tangan Arga saat menyentuh gundukan di antara selangkangannya. Menggesek-gesek area paling sensitif di tubuhnya. Dia hanya ingin menikmati dan lebih menikmati. Malu, tegang, gemetar, penasaran. Semua mengagumkan, membuat penis Arga berkedut hebat.
"Kamu cantik banget..."
Naila tersipu. Pujian dari lelaki yang bukan suaminya mampu membuat wajahnya panas. Terbakar gairah. Tangan Arga merayap di paha, membelai kulit yang mulus nan halus. Naila merinding, merintih kegelian. Usapan jempol di lutut, diikuti invansi jari yang lain di paha membuat paha si cantik semakin terbuka.
Kemaluan yang ditumbuhi rambut tipis terlihat di antara selangkanganya. Apa yang dilakukan oleh Arga berbeda jauh dengan apa yang pernah dilakukan oleh Hanan. Kali ini Naila dicumbu dengan penuh kelembutan, sensasi berbeda yang tak pernah bisa diberikan oleh suaminya ketika bercinta.
"Jangan liatin kayak gitu. Aku malu." Ujar Naila tersipu malu.
Bibir kemaluan Naila indah, mengagumkan dan menggairahkan. Gundukan di sampingnya juga bikin gemes. Wajar saja Arga menahan nafas sambil melotot menatapnya. Usapan lembut tangan Arga di bibir vagina si cantik menimbulkan desahan. Desis lembut menahan kenikmatan yang menyerbu semakin kuat. Apalagi Arga semakin berani memasukan jari ke dalam lubang itu, keluar masuk pelan-pelan, cepat dan semakin cepat.
"Ahh…Auuuwhh…Sssttt…" Naila menjerit.
Wajahnya merah, matanya terpejam, deru nafasnya pendek. Dia tersengal-sengal. Perlakuan Arga di tubuhnya membuat dia tidak dapat mengontrol diri.
"Nikmat sayang! Nikmat sekali!"
"Ooowhhh...Sshhht."
Lidah menggantikan jari tangan Arga memainkan permukaan vagina. Keras berganti lembut. Basah bertemu becek, sensasi yang dirasakan si cantik luar biasa. Tubuh telanjang Naila menggeliat di atas ranjang. Gerakannya liar, kaki terangkat, tangan mencakar dan menjambak permukaan ranjang. Naila terengah-engah saat kepala Arga mulai mejauh dari selangkanganya.
Tubuh telanjang mulus semakin mengkilat. Di bawah cahaya lampu, Naila melirik malu tubuh Arga yang terlihat begitu gagah. Badannya kekar, dadanya bidang dan berotot, meskipun perutnya sedikit buncit tapi menunjukan otot. Penisnya besar dan mengacung tegak. Lebih besar dan panjang dari punya suaminya. Mata sayu Naila takut-takut melirik penis itu. Penis kedua yang dia lihat secara langsung selain penis suaminya.
Arga berdiri di hadapan si cantik yang masih terkagum-kagum. Penis keras mengacung gagah semakin mendekati wajah Naila. Perempuan itu tahu yang harus dilakukan. Jari tangan yang lentik mencengkram penis Arga. Iya, lebih besar dari punya sang suami.
Penis itu sangat keras, ototnya berkedut terasa di telapak tangannya. Naila melirik wajah Arga, dia malu. Naila memulai aksi, tangannya mengocok. Pelan-pelan, menaikan tempo pelan, cepat dan semakin cepat. Rahang Arga mengeras, otot pahanya menengang. Mulutnya berdesis. Dia menikmatinya.
"Ahhh!! "
Naila kembali melirik malu tapi menggairahkan sambil terus mengocok. Bola matanya nakal menatang gairah. Raut wajahnya begitu menggoda. Membuat batang penis semakin berkedut. Jari tangan Arga menyentuh bibir mengagumkan Naila.
Bibir yang lembut, jari tangan lelaki itu masuk ke dalam rongga mulut Naila yang hangat. Dia bergidik, tubuhnya bergetar. Tangan Arga dengan cepat memegang belakang kepala Naila dan mendorong ke depan, mendekat ke arah penisnya.
"Emutin, ya..." Pinta Arga
Naila tidak menjawab, hanya menurunkan tempo kocokan. Kemudian menjulurkan lidah, menyentuh ujung penis Arga. Memberi jilatan memutar. Arga menggeliat tegang, tubuhnya serasa terkena setrum kecil yang nikmat. Rahangnya kembali mengeras, otot paha menengang, mata terpejam saat Arga merasakan batang kemaluanya mulai masuk ke dalam mulut basah dan hangat Naila. Rasanya luar biasa. Apalagi saat kepala wanita cantik itu mulai bergerak pelan, maju mundur sehingga penisnya keluar masuk mulutnya.
"Kamu liar sekali! Luar biasa!" Racau Arga.
Arga tidak tahan dengan kenikmatan yang menyerbu. Dia menahan kepala Naila, lelaki itu bergerak dan menyandarkan pantat pada pinggiran ranjang. Mulutnya mendesah, dia melirik ke arah Naila yang menyedot penisnya dengan begitu luwes. Cantik! Naila tetap cantik meski dalam posisi seperti itu. Arga duduk dengan nafas berat saat Naila melepaskan kuluman.
Dia menarik tubuh telanjang Naila yang mengkilat menggairahkan dengan butir kecil keringat. Menuntun untuk duduk di atas pangkuannya. Mencoba menyatukan alat kelamin mereka. Bokong Naila yang kenyal menggesek paha berotot Arga di bawahnya. Lembut luar biasa. Nikmat menggairahkan. Tegang! Sangat tegang ketika alat kelamin saling menggesek. Nikmat, geli, penasaran. Jantung berdetak cepat.
"Awwwwhh..!"
"Sakiit... pelan-pelan ya." Naila merintih.
Arga mencabut kembali penisnya, mencium bibir Naila, menyedot lidah. Wanita cantik itu lupa rasa sakit, dia membalas ciuman dengan rakus. Satu tangan Arga bermain di payudara, dan satu lagi menggesekan penis di vagina.
Naila lebih rileks, saat dia merasa kemaluan Arga kembali masuk, dia semakin memperdalam ciuman, mengigit lidah dan bibir pria gagah itu untuk mengurangi rasa sakit. Itu berhasil, penis Arga masuk semakin ke dalam, mendorong dinding dan masuk lebih dalam dari yang pernah Rasyid lakukan. Sakit! Perih! Tetap saja Naila merasakanya.
Dia belum berani bergoyang di atas tubuh Arga. Pria gagah itu mencium payudaranya, menyedot dan menjilat. Elektrik kecil mulai menimbulkan getaran gairah kembali. Apalagi saat Arga membelai dan meramas bokongnya, Naila mulai menggerakan pinggul. Pelan-pelan, pinggul Naila bergerak, bokong kenyal menggesek paha, kelamin mereka bergesekan. Nikmat, mulai terasa.
Arga tahu yang harus dilakukan. Serangan bibir pada leher, dagu, pundak dan dada mulus Naila semakin gencar. Tangan sudah bergeriliya di banyak tempat, pangkal paha, bokong, payudara, perut. Usap mengusap, remas meremas.
"Aaahhh...Ahhh…"
"Hasshhh...Hppppmm...Iyaaahhh!"
Desahan Naila semakin sering. Nafasnya berat, nafsunya naik semakin tinggi, goyanganya semakin cepat. Dia ingin merengkuh nikmat. Tanganya menahan kepala Arga, kepalanya turun mencari bibir lelaki itu. Mencium dengan rakus. Vagina yang semakin becek sudah terbiasa dengan penis. Rasa perih sudah berubah menjadi nikmat luar biasa. Bukan hanya di dalam vagina tetapi di seluruh tubuh. Tubuh Naila melonjak liar diatas tubuh Arga.
"Sayang...Aku nggak tahan..." Rintih Naila sambil memejamkan kedua matanya.
"Ahhh...Hhhhmmmpp…"
Hentakan pinggul Naila kuat dan panjang. Tubuhnya terkulai di atas tubuh Arga. Kenikmatan luar biasa hinggap di tubuhnya. Rileks, tenang, bahagia. Itu perasaanya saat ini. Sensasi itu belum berakhir, Arga membaringkan tubuh lemas Naila di ranjang. Mencium bibirnya, meraba perut, menjilat payudara.
Kelamin mereka kembali menyatu. Sodokan demi sodokan, kadang cepat kadang melambat. Naila kembali merintih. Kenikmatan luar biasa diberikan Arga. Dia seolah lupa segala hal, lupa statusnya sebagai istri orang. Tidak peduli kalau dia bercinta dengan pria lain karena dia hanya ingin kenikmatan.
"Aku mau keluar, Sayang!" Ujar Arga sambil terus mengenjot tubuh Naila dari atas.
Dia merasa begitu bergairah melihat bentuk payudara Naila yang bergoyang seiring gerakan tubuhnya yang maju mundur, ditambah ekspresi keenakan wanita cantik itu. Penisnya mulai berkedut.
"Kamu pilih keluarin di mana? Di mulut atau di vaginamu?" Naila tidak menjawab. Ada desah tertahan di mulutnya karena menikmati sodokan itu. Ada kenikmatan yang sukar dilukiskan.
"Kalau pilih mulut, aku berhenti sekarang." Naila sudah tidak perduli dengan perlakuan Arga, dia hanya pasrah dan menikmati.
"Hmmmpp..."
"Hsssstthhhh.." Hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Naila.
"Kalau pilih di dalam vaginamu, kamu bisa hamil." Ujar Arga dengan suara bergetar. Hentakan pinggulnyanya lebih keras dan tusukan penis lebih pelan tapi dalam.
"Aku mau punya anak dari rahimmu sayang!" Naila panik hendak melepaskan tubuh si pejantan tetapi cengkraman Arga begitu kuat.
"Jangan! Jangan keluarkan di dalam! Aku enggak mau hamil! Tolong jangaannn!" Hati Naila berteriak dan memberontak, tetapi tubuhnya tidak kuasa melawan kenikmatan.
"Arrrrrggggggghhhhhh!!!"
Tubuh Arga mengejang di sertai hentakan keras, sperma menyemprot di dalam vagina Naila. Wanita cantik itu merasankan hangat sperma tersebut, tubuhnya juga mengejang, orgasme untuk kedua kalinya.
543Please respect copyright.PENANAACKskYZrWI
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.5da2