“Siaal!” gumamnya dengan pelan di tengah makan. Rasa geli itu tiba-tiba meningkat, membuat dia gak bisa fokus menikmati sarapannya. Firda pun menggerak-gerakan kakinya, dengan tujuan sebagai bentuk pelampiasan dari rasa gelinya. Berharap geli itu berkurang.
“Kenapa, Fir? Kok lu mengumpat gitu barusan?” tanya Shifa yang gak sengaja mendengar Firda mengumpat. Firda terdiam sesaat, berusaha mencari alasan ke Shifa. Namun Shifa kembali bertanya lagi. “Lu lagi gak enak badan? Kok lu kaya gelisah gitu?”
Firda pun menggeleng, dia melontarkan alasan yang dia bisa pikirkan saat itu. “E-Enggak, Shif. Gue tadi gak tau kenapa tiba-tiba kaya merinding gitu. Tempat ini angker kah? Iyaa pokoknya yang barusan gue rasain gak jelas. Udah lah gak usah dipikirin yaa, Shif.”
Shifa pun mengangguk pelan, dan dia akhirnya melupakan apa yang terjadi barusan. Di saat yang sama, memek Firda perlahan mulai becek. Rasa geli itu membuat memeknya basah. Firda rasanya sangat ingin memasukkan jari ke memeknya, dan kembali mengocok.
Dia berusaha melupakan rasa geli itu, Firda berusaha fokus melanjutkan sarapannya. Sementara itu Deni baru saja selesai mandi. Tiba-tiba saat dia memeriksa handphonenya. Deni melihat handphonenya gak nyala. Deni seketika panik, berusaha charge hp miliknya.
Namun ketika dicharge, handphonenya sama sekali gak merespon. “Ahh, parah banget sih! Masa di waktu kaya gini hp gua rusak! Gara-gara Bagas sama Jaka nih! Mereka berdua narik hp gua sampai rusak begini. Duhh, gimana mau chatting sama cewe gua!”
Deni beneran gondok setengah mati, pagi itu mungkin jadi salah satu hari paling apes buat dia. Berawal dari ngocok kontol di kamar mandi, semua masalah malah terjadi secara berentetan. Namun meski begitu, Deni tetap membawa hpnya turun ke lobby.
Di saat yang sama, Firda pun berusaha menelfon pacarnya. Dengan sembunyi-sembunyi, dia mengirim pesan chat kepada Deni. “Sayaang, aku tiba-tiba sange berat. Ngentot dulu yuk sebentar, gak tau kenapa aku tiba-tiba sange. Kamu ada di mana?”
Namun betapa kesalnya Firda, ketika chat yang dia kirim hanya ceklist satu. Tanda bahwa pesan chatnya gak kekirim. Firda pun langsung mengumpat lagi. “Aahh, bangke! Udah dikasih foto toket malah ngilang! Padahal cewenya lagi sange berat begini pula!”
Firda saat itu butuh kontol, dia berusaha mencari cara agar bisa ngentot sama Deni sebelum berangkat wisata. Memeknya semakin basah, bahkan cairan memeknya mulai ngalir ke paha belakangnya. Untung aja orang-orang di situ sama sekali gak ada yang sadar.
“Shif, kita nanti berangkat jam berapa sih? Pertama kali kita bakal ke kebun mangrove kan? Berapa lama lagi kira-kira dari sekarang?” tanya Firda kepada Shifa. Firda berniat untuk menyambangi kamar Deni. Karena dia gak melihat ada Deni di lobby hotel.
“Kita berangkat jam 8 pagi, sekarang masih jam 7. Iyaa kurang lebih satu jam lagi lah. Lu kenapa emangnya, Fir? Lu mau ngapain dulu sebelum berangkat?” tanya Shifa yang merasa curiga dengan Firda. Karena tingkah Firda hari ini terlihat sangat aneh bagi dia.
Firda pun mengeles, dia mencari alasan logis lain yang bisa dia pikirkan secepat mungkin. “Iyaa gue mau ke kamar dulu. Ada barang ketinggalan, sama gue mau buang air besar. Habis merinding tadi, tiba-tiba perut gua mules. Apa gua ada masalah pencernaan?”
Shifa pun mencoba menganalisa hal ini, dan dia menemukan jawaban yang paling memungkinkan. “Jarang sarapan sih lu, iyaudah lu naik dulu aja ke lantai 4. Nanti gua telfon kalo bus udah mau berangkat. Kerjaan osis udah pada selesai kok. Tinggal berangkat aja.”
Dengan lega Firda pun akhirnya menyudahi makannnya. Sarapannya masih tersisa setengah piring. Dengan tergesa Firda pun menaiki tangga menuju lantai enam. Di saat yang sama, banyak orang yang melihat Firda menaiki tangga. Termasuk Bagas dan Jaka saat itu.
Sementara Deni, dia baru saja tiba di lobby menggunakan tangga yang lain. Di hotel itu terdapat dua tangga, Firda menggunakan tangga barat sementara Deni menggunakan tangga timur. Deni pun bergegas mengambil makan setelah dia sampai di lobby hotel.
“Deni ada di sini, Firda naik ke atas. Coba ikutin kali yaa?” ungkap Bagas kepada Jaka. Namun berbeda dengan Bagas, Jaka sama sekali gak memiliki keberanian. Dia masih punya rasa takut, rasa sangenya masih belum bisa mematikan logika dan rasa takutnya saat itu.
“Aahh, lu aja lah. Lagi rame begini gak bakal bisa dapet apa-apa. Berharap bisa ngentotin Firda lu? Paling dia ke kamarnya yang khusus osis. Di lantai empat pasti ada banyak anggota osis juga kali,” jawab Jaka yang menolak ide dan pemikiran gila Bagas itu.
Namun Bagas yang sangenya itu sudah sampai melumpuhkan logikanya. Dia tetep nekat ingin mengikuti Firda. Bagas pun bangun dari tempat duduknya, dia berlari kecil menaiki tangga yang sama seperti yang digunakan Firda. Kontolnya udah kepalang tegang.
Secara perlahan dan mengendap-ngendap, Bagas mengikuti Firda di tangga. Lantai demi lantai mereka lalui, Firda masih gak sadar diikuti oleh Bagas. Sampai tiba-tiba ketika di lantai 4, Firda bertemu dengan Dodi. Yang kebetulan saat itu telat bangun kesiangan.
Firda menghentikan langkahnya, begitu juga Bagas. Dia melangkahkan kakinya mundur perlahan, berusaha nyari tempat sembunyi sebisa mungkin. Di sana dia mendengar Dodi dan Firda berbincang. “Lah, Do? Lu telat bangun yaa? Jam segini masih di lantai 4?”
Dodi yang memang semalaman begadang, menunggu Deni membawa Firda ke kamarnya. Dia seolah melihat ini sebagai kesempatan emas. “Iyaa nih gua telat bangun. Ehh, Fir gua mau ngobrol sebentar sama lu boleh? Penting banget nih, masalah serius soalnya.”
Firda mengerutkan kening, dia selama ini gak pernah terlalu dekat dengan Dodi. “Hah? Lu mau ngobrolin hal serius apa? Iyaudah ngobrol di depan kamar gue aja. Kebetulan gue mau masuk kamar. Ada barang yang mau gue ambil soalnya. Sekalian sambil jalan.”
Melihat Dodi memergokinya berada di lantai 4, Firda pun mengurungkan niatnya naik ke lantai enam. Sudah gak mungkin, bisa dicurigai nanti sama Dodi. Apa lagi Dodi termasuk cowo yang mulutnya itu biang gosip. Berita buruk selalu tersebar lewat mulut dia.
Sementara Bagas, melihat dengan jelas rok belakang Firda basah. Ada cairan yang mengalir sampai ke betis belakang Firda. “Anjirr, itu cairan apaan? Yahh udah susah ini mah buat lanjut gua ikutin. Mereka ngobrolin soal osis, udah lah gua turun lagi aja kalo gitu.”
Dengan perasaan kecewa dan kesal, Bagas pun kembali turun ke lobby hotel. Sementara Firda dan Dodi, kini mereka hanya berdua saja di lantai empat. Saat itu mata Firda terbelalak, Dodi menunjukkan layar hpnya sambil tersenyum sumringah kepada Firda.1057Please respect copyright.PENANAQak27cVCCu
1057Please respect copyright.PENANAuOsiw3stx4