Gadis itu sedang berlari menaiki tangga, nafasnya tersengal-sengal seiring dengan staminanya yang memudar. Dia dipanggil oleh salah satu gurunya, di kamar lantai 3 hotel tempat mereka sedang study tour. Gadis berhijab hitam itu, dengan kaos ketat warna putih.
Celana jeans warna biru tua, dan jaket bomber warna putih yang kancingnya terbuka seluruhnya. Sering menjadi sorotan oleh teman-teman dan guru prianya. Toket yang berukuran 39D itu, sering membuat para pria salah fokus. Batang mereka berdiri tegang.
Meski tak sedikit pun belahan yang ditunjukkan gadis itu kepada mereka. Namun tanpa belahan pun, kaos ketat putih itu yang menyeplak bra warna hitam. Mampu membuat setiap pria salah fokus melihat kedua toketnya itu. Dia kini sudah sampai di lantai tiga.
Karena jarang olahraga, dia sedikit kelelahan. Dia sempat berhenti sebentar, sambil memegang handle tangga yang paling atas. Tubuhnya sedikit membungkuk ke depan, tersengal-sengal mengambil nafas. Kamar gurunya hanya berjarak 4 kamar dari tempatnya.
“Aduuh, Pak Rendra bisa-bisanya manggil pas aku lagi nenenin cowoku. Untung aja gak ketauan, sumpah aku sudah jantungan karena hampir ketauan. Sekarang aku harus lari cepat ke atas. Nafasku makin ngos-ngosan,” keluhnya di saat dia masih mengatur nafas.
Saat dia sedang berdiam diri sebentar di sana, gurunya yang bernama Pak Rendra itu keluar dari kamar. Kepalanya menoleh ke samping kanan, dengan mudah dia bisa melihat gadis itu berdiri di dekat tangga. “Firda? Pantesan lama, ternyata kamu kecapean dulu.”
Firda pun berusaha menghapus letihnya, dia berdiri tegak sekaligus berusaha berjalan mendekati Pak Rendra. “Ma—Maaf, Paak. Tadi saya lagi ngobrol sama pacar saya. Ehh, Dodi bilang Bapak manggil saya. Ada apak yaa, Pak? Apa terkait syarat dari Bapak itu?”
“Iyaa, masuk dulu aja ke kamar. Ngobrol di dalem aja biar kamu gak keringetan begitu.” Pak Rendra pun menarik lembut tangan Firda. Sembari berjalan masuk ke dalam kamar. Syarat yang dimaksud, adalah hutang atas biaya study tour yang digratiskan.
Tepatnya bukan gratis, namun Pak Rendra dan rekannya bernama Pak Yono. Mereka berdua sepakat patungan, untuk membiayai uang study tour Firda selama 3 hari ke kota Bandung. Namun semua itu bukan tanpa syarat, Firda sudah diberi tau bahwa ada syarat.
Meski Firda masih belum diberi tau, apa syarat yang akan dikasih oleh Pak Rendra dan Pak Yono. Mereka berdua mengatakan, syarat itu akan diberitahu saat mereka sudah sampai di hotel tempat mereka akan menginap. Firda sama sekali gak merasa curiga.
Dia masuk begitu saja ke kamar Pak Rendra, yang kebetulan saat itu juga sudah ada Pak Yono di dalam. Mereka akan memberitahu apa syarat itu ke Firda. Sedikit informasi untuk kalian, Firda memang gadis yang berasal dari keluarga perekonomian kelas bawah.
Bapaknya adalah tukang ojek, sedangkan ibunya pembantu rumah tangga. Firda berkeinginan untuk menjadi seorang dokter. Namun cita-cita itu, sepertinya harus lebih keras dia kejar. Kini dia masuk ke salah satu SMK kesehatan, SMK paling murah di sana.
SMK swasta yang kualitasnya entah berantah, namun meski begitu Firda sama sekali tak merasa malu. Dia bangga dengan pengorbanan dan kerja keras bapak ibunya. Dalam aktivitas sekolah, gadis berusia 16 tahun itu sering kekurangan. Tidak hanya study tour.
Ketika ujian praktek pun begitu, dia harus meminta kepada kekasihnya. Yang bernama Deni untuk bisa melanjutkan ujian. Berbeda dengan Firda, Deni bukan lah anak dari keluarga miskin. Dia anak yang sangat bermasalah, dikeluarkan dari dua sekolah.
Dari dua sekolah sebelumnya, meski bukan dari keluarga yang kaya raya. Setidaknya perekonomian Deni jauh lebih baik ketimbang Firda. Deni juga merupakan orang pertama, yang pernah menancapkan batangnya di lubang kenikmatan Firda. Sudah berkali-kali.
Firda sudah kehilangan keperawanannya, sejak 3 bulan lalu tepatnya. Dia rela tubuhnya digenjot berkali-kali oleh Deni. Asal Deni mau terus menjadi pacarnya, dan memberikan uang agar dia bisa melanjutkan sekolah. Simbiosis mutalisme bagi mereka.
Sudah 10 menit berlalu, di dalam kamar itu Firda sudah mengetahui syarat apa yang harus dia lakukan. “Aaahhh… Pak Rendraa… Pak Yonoo… Jangan kenceng-kenceng nyedot kedua puting saya Paak. Aaahhh… Aaahhh… Saya gak tau syaratnya harus seperti ini!”
Kedua tangan Firda diangkat dan ditahan ke atas oleh kedua gurunya itu. Beserta kaos putihnya yang ketat itu, sudah tersingkap sampai ke leher. Kedua toket sekelnya, yang begitu putih dan mulus. Juga aerola dan puting berwarna coklat muda, bisa terlihat jelas.
Bisa terlihat jelas oleh kedua guru mesumnya itu. Kini mereka berdua, sedang menikmati kedua gundukan gunung kembar dari gadis berusia 16 tahun itu. Pak Rendra menghisap toket sisi sebelah kiri, sementara Pak Yono menghisap sisi yang sebelah kanan.
Sembari menghisap, tangan mereka tak ada hentinya meremas toket yang masih padat dan kencang itu. “Firdaa, toket kamu masih kenceng banget. Slurrrppp… Emang toket gadis SMA itu gak ada obat. Mereka baru tumbuh, belum tersentuh dan masih fresh.”
Seusai Pak Rendra berkata seperti itu, Pak Yono pun ikut mengomentari kedua gunung kembar indah milik Firda. “Serasa minum susu dari sumbernya. Slurrrppp… Baahh, kulit toketnya mulus. Putingnya coklat terang, toket daun muda yang masih seger banget.”
“Aaahhh… Aaahhh… Kalo ini memang syarat dari Bapak. Saya terima Pak, gadis miskin seperti saya memang harus melalui ini. Aaahhh… Tapi tolong jaga nama baik saya yaa, Pak. Aaahhh… Jangan sampai ada yang tau,” jawab Firda yang menggeliat di pojok.
Sementara di saat yang sama, Deni yang menunggu di samping parkiran bus pariwisata sekolah. Dia duduk sambil memperhatikan jam. “Lama banget cewe gua kagak dateng-dateng. Dipanggil disuruh ngapain sih dia? Sering banget dia dipanggil guru.”
Dodi yang saat itu duduk di samping Deni, dia pun menyengir licik dan berkata. “Iyaa namanya juga siswa teladan. Ehh, lu tadi habis ngapain sama Firda? Jangan pikir gua gak ngeliat, lu lagi nyedot toket anak orang yaa? Kalo gua laporin, lu bisa dikeluarin lagi Den.”
“Hahaha… Yaelah lu mau jadi cepu di sekolah ini? Biarin aja orang dia cewe gua. Mau jadi pahlawan kesiangan lu? Kalo gua sampai dikeluarin, ya jangan salahin gua kalo besok lu masuk rumah sakit,” jawab Deni dengan entengnya. Dia sama sekali gak terlihat takut.
“Gini ajaa, mending kita bikin kesepakatan yang sama-sama enak. Gua bayar lu 150 ribu, gua sedot toket cewe lu dan gua entot. Gua sebenernya pengen bayar 300 ribu. Tapi anggep aja 150 ribunya duit tutup mulut. Gimana?” tawar Dodi sambil tertawa licik di sana.2476Please respect copyright.PENANArpxUJWvnMg
2476Please respect copyright.PENANADJJ157NGNW