Deni terlihat bingung dengan pertanyaan Shifa, dia yang handphonenya mati dan ditinggal di kamar hotel. Sama sekali gak mengetahui di mana keberadaan Firda. “Gua gak tau, Shif. Hp gua mati dari tadi pagi, belum ngobrol sama Firda lagi dari semalem Shif.”
Shifa terlihat jengkel, karena Pak Rendra sudah meminta seluruh anak osis berkumpul di halaman parkir. “Duuh! Ini anak osis udah pada disuruh ngumpul soalnya! Pake acara hp lu rusak lagi! Atau minimal lu bantuin gue nyari Firda deh, yok ikut gue!”
Shifa seketika menarik tangan Deni, dan memaksa Deni ikut ke lantai empat. Dalam hatinya, Deni merasa sangat kesal. Pagi hari itu terasa begitu menyebalkan buat dia. Segala hal di kehidupannya terganggu, dari coli, mandi, sampai makan pun masih diganggu terus.
“Gini amat hidup gua kagak bisa tenang kayanya! Shifaa lu bikin gua emosi sumpah! Gua makan baru berapa suap udah disuruh ikutin lu aja!” sergah Deni yang gak punya pilihan. Sementara di kamar hotel Dodi, Firda saat itu sedang menggila kehilangan kendali.
Dengan begitu ganasnya Firda menduduki wajah Dodi di atas kasur. Dia begitu menikmati jilatan dan hisapan bibir Dodi di memeknya. Rambut Dodi sampai dijambak, kepala Dodi ditarik dan ditekan kuat-kuat. Menempel sangat kuat di bibir memeknya itu.
“Aaahhh! Aaahhh! Doo! Doo! Terus jilatin memek guee, Doo! Aaahhh! Gilaa nikmat banget! Hisap yang kenceng klitoris gue, Doo! Aaahhh! Aaahh! Iyaa, Doo! Iyaaa gituu! Aaahhh!” Firda menjerit kesetanan, dia begitu menikmati permainan lihai lidah Dodi.
Bagaimana pun, Dodi sebenarnya juga seorang pemain. Yang sudah pernah berhasil membuat beberapa siswi di sekolahnya untuk buka seragam dan bra. Firda adalah korban kesekian, meski Dodi memang gak semahir dan senikmat Pak Rendra. Tapi masih bisa lah.
Masih bisa untuk dijadikan pelampiasan oleh Firda. Mulut Dodi sampai dibanjiri oleh cairan memek Firda. Cairan memeknya gak berhenti mengalir keluar, terus saja keluar setiap klitorisnya disedot kenceng oleh Dodi. Firda pun menikmatinya sambil mainin kedua toket.
Kedua toketnya dia remas dan kedua putingnya dia mainin sendiri. Dalam pikirannya dia membayangkan sesuatu yang jauh lebih nakal. Firda terpikirkan bagaimana rasanya digangbang, muncul keinginan dari hatinya. Bahwa dia ingin dientot banyak cowo sekaligus.
Dia membayangkan, bagaimana jika dalam posisi ini ada dua cowo lagi yang menghisap kedua toketnya bersamaan. Dia membayangkan, dalam posisi ini ada satu cowo lagi yang cipokan dengannya. Atau menaruh kontol gede di mulutnya, dia berkhayal itu.
Namun saat sedang berkhayal, tubuh Firda tiba-tiba gemeteran begitu hebat. “Aaahhh! Doo! Gue mau keluaar, Doo! Gilaa! Ini gue mau muncrat yang ketiga kalinya! Aaahhh! Aaahhh! Doo! Teruss, jangan dipelanin! Kencengin teruss! Aaahhh! Aaahhhh!!!”
Firda berteriak begitu keras, di saat yang sama Shifa dan Deni sudah berada di lantai empat. Dia mencari ke berbagai sudut tempat yang ada di lantai empat. Dan mereka secara samar-samar, mendengar suara jeritan Firda. Yang terdengar sangat pelan di mereka.
Shifa dan Deni pun saling bertatapan, mereka sama-sama mendengar suara yang baru saja lewat. “I-Itu suara teriakan siapa, Den? Suaranya kedengeran kurang jelas, tapi gue denger ada suara cewe teriak. Dari kamar nomor berapa yaa? Masa iyaa Firda di kamar?”
“Mungkin Firda udah balik kali ke parkiran Bus. Iyaa itu suara siapa juga gak tau. Di lantai empat kan yang nginep bukan anak sekolah kita doang. Kalo ada suara begituan bisa jadi tamu yang lain. Udah lah gua mau lanjut makan,” jawab Deni berpikir positif saat itu.
“Iyaa juga yaa? Yang nginep di sini bukan anak sekolahan kita doang. Duuh, gimana nih? Kalo Firda sampai gak ketemu gue bisa dimarahin Pak Rendra. Gue pasti ini udah ketinggalan briefing juga. Gimana menurut lu, Den?” tanya Shifa yang kepikiran hal itu juga.
Deni pun mengangkat kedua bahunya, sebagai tanda kalo dia gak tau dan gak peduli. “Iyaa paling Firda kalo gak ada di sini, yaa udah ada di halaman hotel. Udah lu balik aja ke halaman hotel, dari pada lu gak ikut briefing osis sama sekali. Nanti juga Firda muncul.”
Tanpa mereka sadari, mereka melewati pintu kamar bernomor 416, kamar di mana Firda baru saja menyelesaikan orgasmenya. Firda mengangkat pantatnya, dan cairan memeknya berjatuhan membasahi seluruh wajah Dodi. Meski begitu Dodi terlihat puas.
Sementara Firda terlihat mulai lemas, ini adalah orgasme ketiga Firda. Yang pertama pakai jari dikocok, yang kedua dikocok sampai dihisap kedua toketnya, dan yang ketiga dijilmek dengan posisi face sitting. Meski terlihat lemas, Firda tersenyum sangat bahagia.
Firda pun menjatuhkan tubuhnya telentang di atas kasur. “Gilaa, gue rasanya kaya terbang melayang. Permainan lidah lu hebat banget, Doo. Sayangnya lu belum ngecrot satu kali pun. Gak berasa kita udah 25 menit main, ayoo Do sini entot gue. Biar cepet selesai.”
Dodi pun bangun dari tempat tidurnya, dia menuju ke wastafel untuk mencuci wajahnya sebentar. Sementara Firda, dia tidur telentang dengan kedua kaki mengangkang. Dia sebenarnya sudah merasa puas, tiga kali orgasme sudah cukup bagi seorang Firda.
Namun dia merasa gak enak dengan Dodi, yang masih belum ngecrot dari tadi. Bagi Firda rasanya gak adil, Dodi udah bikin dia puas dan dia gak muasin Dodi. Setelah Dodi selesai mencuci muka, Dodi pun naik ke atas kasur lagi. Dengan posisi man on top di kasur.
Dodi memasukkan kontolnya sepanjang 14 cm itu ke dalam memek Firda. “Gua langsung kencengin yaa, Fir. Lu tahan gua mau main kasar dan brutal nih. Semoga aja gua bisa keluar cepet, gua suka gak nentu. Kadang keluarnya cepet, kadang keluarnya lama.”
Tanpa basa basi, Dodi langsung menggenjot habis memek Firda. Dengan kecepatan dan rpm yang tinggi, kontol Dodi menyodok habis memek Firda puluhan kali dalam semenit. Firda yang baru pertama kali ngerasain dientot dengan teknik rough, dia pun kelimpungan.
“Gilaaa! Gilaaa! Aaahhh! Kontol lu emang gak terlalu gede, Doo! Tapi teknik genjotan kontol lu kenceng bangeet! Aaahhh! Doo! Doo! Lu senafsu itu kah sama guee? Aaahhh! Gilaa memek gue langsung becek lagi, Doo!” desah Firda dengan sangat keras waktu itu.
Di saat yang sama, Deni kembali ke lobby hotel untuk melanjutkan sarapannya. Sementara Shifa kembali ke halaman hotel untuk mengikuti briefing. Sesampainya di sana, Shifa sama sekali gak melihat keberadaan Firda. Shifa menarik dan menghela nafas panjang.
Habis sudah, dia pasti akan dimarahi oleh Pak Rendra. Shifa berusaha menghubungi Firda, namun chat beserta telfonnya sama sekali gak diangkat. Sementara di depan Pak Rendra sedang memberikan arahan, terkait acara hari ini. Mereka akan pergi ke dua tempat.
Note : Untuk baca kelanjutan ceritanya silahkan kunjungi 4106Please respect copyright.PENANA3acdzPSPtd
https://karyakarsa.com/beelesmana33/gairah-hijab-nakal-chapter-1-60-end-8826904106Please respect copyright.PENANATOXN5XrwPA
https://novelkita.online/series/sang-hijab-ganas-end/