“Gimana? Hah? Lu mau berita tentang lu netein Deni kesebar satu sekolah? Atau lu kasih jatah ke kontol gua dan semuanya aman? Gua ngeliat lu semalem dan gua foto lu dari kejauhan. Berani banget lu netein cowo lu di parkiran bus,” ancam Dodi kepada Firda.
Situasi ini tidak mudah bagi Firda, apa lagi rasa geli di memeknya makin menjadi jadi. Dengan tekanan mental sekuat itu, bikin geli di memeknya malah jadi tambah parah. Firda sampai berdiri dengan kedua kaki dia rapatkan sekuat mungkin. Situasi yang sulit baginya.
“Ke—Kenapa lu pakai fotoin sih, Do! Please jangan disebarin gue mohon! Hapus, Do! Jangan bikin nama baik gue jelek! Gue mohon hapus foto itu! Aaahhh… Hapuss, Doo!” jawab Firda yang memohon Dodi untuk hapus foto itu. Firda pun tak kuasa menahan desahan.
Rasa geli di memeknya makin gak tertahankan. Pikirannya saat itu sudah melayang kemana-mana. Pikirnya jangan sampai dia mengkhianati Deni lagi. Tapi sayangnya situasi ini terlalu sulit bagi Firda, untuk tetap menjaga kesetiaannya kepada Deni. Pilihan yang sulit.
Dodi pun mengangguk pelan sambil menarik handphonenya. “Okee, jelas bakal gua hapus. Tapi biarin kontol gua masuk ke memek lu. Cukup itu aja syaratnya, 3 kali lu kasih gua jatah ngentot. Gua hapus ini foto, dan gua pastiin semuanya aman gak akan kesebar Fir.”
Firda yang nafsunya sudah tinggi bukan main. Dia sampai melirik ke celana Dodi, dia berusaha menerka nerka seberapa besar kontol Dodi dibalik celana panjang warna abu-abu itu. Tiga kali jatah ngentot, dia butuh dientot dan ada cowo yang mau ngentotin dia.
Firda menelan ludahnya, menelan salivanya berulang-ulang. Kini ngentot sudah jadi kebutuhan biologisnya yang mau gak mau harus terlampiaskan. Atau semua acaranya hari ini akan kacau. Firda kakinya sampai gemetar, sudah terbayang pikiran nakal di otaknya.
“Ti—Tiga kali yaa? Okee, tapi 15 menit aja yaa. Soalnya kita udah mau berangkat. Biar aman main di kamar lu aja. Jangan di kamar gue, takutnya Shifa masuk dan nyariin gue. Tolong jadiin ini rahasia hanya kita berdua,” jawab Firda yang sudah gak punya pilihan.
“Okee, kamar gua kosong kok. Yuk kita ngentot di kamar gua.” Dodi merasa menang bukan main. Dia bahkan bisa ngentotin Firda tanpa harus mengeluarkan kocek serupiah pun. Tanpa harus diketahui Deni, uangnya bisa dia simpan untuk keperluan dia yang lain.
Dodi dan Deni terbilang orang yang kurang lebih sama. Mereka berdua sama-sama anak bermasalah. Sama-sama anak pindahan dari sekolah lain. Bedanya Dodi masuk lebih awal, dan dia bisa masuk ke osis. Sementara Deni, dia masuk di bulan kelima awal sekolah.
Tepatnya di bulan November tahun lalu, sedangkan Dodi masuk di bulan September. Baru dua bulan sekolah, Dodi sudah dikeluarkan karena kasus pelecehan. Berbeda dengan Deni yang nakal karena narkoba, Dodi nakal karena gak bisa menahan nafsu tingginya itu.
Dodi pun menggandeng tangan Firda, dengan pasrahnya Firda menerima genggaman tangan Dodi. Dia menurut seperti kerbau yang lehernya diikat. Dibawa masuk ke dalam kamar hotel Dodi. Mereka berdua pun masuk ke kamar itu, dan Dodi pun mengunci pintu.
Tubuh Firda dipojokkan ke pintu kamar, gadis setinggi 160 cm itu bibirnya seketika disambar oleh teman yang tidak begitu dia kenali. Mereka berdua cipokan, Firda meski nafsunya sudah tak terbendung lagi. Dia masih bisa berlagak sedikit sok jual mahal ke Dodi.
Sementara kedua tangan Dodi, sudah tak sabar mendarat di kedua gunung kembar milik Firda itu. Mereka berdua saling beradu bibir, Firda pun tipis tipis ikut membalas cipokan dari Dodi itu. Dia menikmati remasan kedua tangan Dodi di toketnya dari sisi luar.
Dengan sedikit paksaan, Dodi memasukkan lidahnya ke dalam mulut Firda. Liur mereka seketika bercampur jadi satu. Lelaki berkulit hitam itu, kini melumat habis lidah Firda dengan ganasnya. Firda pun pada akhirnya mulai membalas permainan lidah Dodi.
Mereka berdua saling bersilat lidah, bahkan di dalam hati Firda sebenarnya dia sudah tak sabar. Sudah tak sabar ingin kontol Dodi segera masuk ke memeknya. Untuk mempercepat durasi, karena Firda juga sudah sange berat. Firda pun melepas kancingnya.
Dengan sendirinya dia melepas kancing kemejanya satu persatu. Hingga seluruh kancing terlepas, kini kedua tangan Dodi bisa menyentuh bra warna hitam yang dikenakan Firda. Beserta belahan toket yang di sana ada bekas cupangan dari Pak Rendra semalam.
Dodi melirik ke bawah, dia melihat bekas cupangan yang berjumlah 3 buah itu. Di pikirannya itu pasti bekas cupangan dari Deni. Dia sama sekali gak masalah, meski sebenarnya Deni tak pernah diizinkan untuk meninggalkan bekas cupangan di toket Firda.
“Mmmhhh… Mmmhhh…” Firda mendesah pelan, dia sangat menikmati cumbuan dari Dodi saat itu. Nafsunya yang sudah gak terbendung itu, membuatnya bisa menikmati permainan bibir Dodi. Sisi jual mahalnya sudah tak bisa dia pertahankan lagi pada saat itu.
Dia membalas setiap cipokan bibir yang dilancarkan Dodi. Dia bahkan membalas menghisap balik lidah Dodi yang berada di dalam mulutnya. Firda menikmati dengan kedua mata terpejam. “Mmmhhh… Mmmhhh… Slrrrppp… Slrrrppp… Mmmhhh… Mmmhhh…”
Setelah puas meremas kedua toket Firda dari luar bra. Dodi pun menyingkap bra Firda ke atas, hingga kedua toket Firda pun mencuat, memantul keluar seperti bola. Betapa kagetnya Dodi, ketika menyentuh kedua puting Firda yang sudah sangat tegang dan keras.
Hingga dia pun melepas ciuman bibirnya dari mulut Firda. Dan menanyakan sambil sedikit mengejek Firda. “Puting lu udah tegang dan keras banget, Fir. Lu diem-diem emang udah horny yaa? Kok bisa belum diapa-apain puting lu udah setegang ini? Ngaku lu, Fir.”
Firda pun wajahnya memerah, dia memalingkan wajahnya ke samping kanan. Dia malu untuk mengakui, meski sudah tak bisa berkilah. “I-Iyaa, udah apa Do. Langsung emut aja kalo mau. Waktu kita gak banyak, sebentar lagi kita berangkat. Ayoo udah buruan!”
“Hahaha, lu jangan-jangan naik ke atas mau nyari Deni yaa? Mau ngentot lu yaa sama Deni? Gua ini bukan pemain baru, Fir. Udah ada banyak cewe yang gua entot. Pengalaman gua udah banyak. Gua paham isi pikiran cewe,” ejek Dodi menertawai Firda.
Dodi memang sudah jadi seorang pemain sejak lama. Meski wajah jelek dan kulit hitam, tapi sudah ada puluhan gadis yang pernah dihentak kontolnya. Shifa adalah salah satu korban, meski tak sampai kontol masuk. Tapi Shifa pernah dibuat dengan suka rela.
Memberikan kedua toketnya kepada Dodi, Shifa pernah nenenin Dodi ketika mereka belajar bersama. Berakhir dengan blowjob, sepongan Shifa berhasil membuat Dodi crot di tenggorokan Shifa. Dan kini Firda pun sepertinya akan bernasib lebih buruk dari Shifa.1036Please respect copyright.PENANAN0uhTki3ZN
1036Please respect copyright.PENANAP18myE7x6q