Saat ini aku sedang berjalan menyusuri lorong sekolah yang sepi dan gelap. Hanya ada aku seorang diri, setelah tadi lembur sampai malam untuk mengoreksi soal-soal ujian.Tiba-tiba, aku mendengar suara samar-samar yang tak asing di telingaku. Desahan seorang wanita! Tanpa berpikir panjang, aku segera menelusuri asal suara itu. Dan tak lama kemudian, aku menemukannya - suara itu berasal dari ruang audio visual.Jantungku berdebar-debar. Perlahan-lahan, aku mengintip ke dalam ruangan itu. Dan pemandangan yang kusaksikan membuat mataku terbelalak lebar. Di sana, Ryan sedang menunggangi seorang wanita dengan intensitas yang luar biasa!Tubuh mereka saling bergerak dengan irama yang konstan, menghasilkan suara kecipak basah yang membuat nafsuku tersulut. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari pemandangan erotis itu. Tiba-tiba, tanpa sadar, aku membuka pintu ruangan itu perlahan.
Ryan memandangku lurus, tatapan matanya tajam dan menusuk. Namun, ia tak menghentikan gerakan pinggulnya yang terus menghantam tubuh wanita itu dengan kuat dan brutal."Ooohh... Aaah... Ahn..." si wanita terus mendesah penuh nikmat, seakan tak peduli akan kehadiranku. Tubuhnya bergerak seirama dengan hentakan pinggul Ryan, menerima setiap tusukan kontolnya dengan rakus."Ry... Ryan..." Aku terbata-bata, tak tahu harus berkata apa. Pemandangan di hadapanku ini begitu membuatku terpesona sekaligus bergairah. "Si-siapa wanita itu?"Ryan tetap diam, tatapannya seolah menelanjangi diriku. Ia justru semakin mempercepat tempo godokannya, membuat si wanita semakin kalap dan menggila dalam kenikmatan."Aahhh... Ya! Terus sayang, jangan berhenti!" pekik wanita itu di sela-sela desahannya yang membahana. Tubuhnya bergetar hebat, seakan siap mencapai klimaks kapan saja.Aku menelan ludah gugup. Entah kenapa, rasa penasaran dan nafsu bercampur aduk di dadaku. Aku ingin tahu siapa wanita itu, sekaligus ingin ikut bergabung merasakan kenikmatan yang mereka rasakan...
Nafasku tercekat ketika Ryan menyibak jilbab wanita itu, memperlihatkan wajah yang sangat familiar bagiku. Bu Maya, guru matematika di sekolah kami! Aku tak percaya melihat pemandangan di hadapanku ini."Kau terlalu naif, Bu Angel..." ucap Ryan dengan nada mengejek, sembari menjambak rambut Bu Maya dengan kasar. "Ibu pikir aku tidak punya budak yang lain?"Tubuhku bergetar, campuran antara rasa terkejut, takut, sekaligus bangkitnya hasrat yang tak terkontrol. Aku terpaku melihat pemandangan erotis di hadapanku - Ryan yang mendominasi Bu Maya dengan begitu brutalnya.Bu Maya sendiri tampak tak keberatan, bahkan desahan nikmatnya semakin menjadi-jadi. Ia menengadahkan kepala, menyerahkan diri sepenuhnya pada permainan kasar Ryan."Ooohh... Aahhh... Ya, terus sayang, hukum aku..." erangnya parau, tubuhnya bergerak liar mengikuti hentakan pinggul Ryan.Aku menelan ludah dengan susah payah. Entah kenapa, pemandangan ini justru semakin membakar gairahku. Tanpa sadar, kedua tanganku bergerak meraba-raba tubuhku sendiri, mencari-cari titik sensitif yang bisa meringankan hasrat yang membuncah.
Tak kusangka, guru matematika yang selama ini dikenal sebagai sosok yang cerdas, rendah hati, dan salehah, ternyata bisa direbut begitu saja oleh Ryan. Bu Maya, dengan wajah cantik khas Sunda, kulit putih bersih, dan tubuh langsing nan seksi, kini tengah berada di bawah kuasa Ryan.Kedua buah dadanya yang besar dan kencang tampak mengintip menggoda dari balik jilbab yang ia kenakan. Entah bagaimana Ryan bisa menaklukkan wanita yang sudah bersuami dan memiliki anak ini. Apakah ada semacam tipu daya yang ia lakukan?Aku menelan ludah dengan susah payah, tak bisa mengalihkan pandanganku dari pemandangan di hadapanku. Tubuhku terasa panas, bergairah, seakan ingin ikut bergabung dalam permainan panas mereka."Bu Maya..." gumamku pelan, sementara tanganku semakin berani meraba-raba tubuhku sendiri, mencari-cari titik sensitif yang bisa memuaskan hasratku yang membuncah."Oooh... Aaaanhh..." Bu Maya terus mendesah penuh nikmat, seolah tak peduli lagi pada statusnya sebagai seorang guru yang terhormat. Ia hanyut dalam permainan kasar Ryan, menyerahkan dirinya tanpa perlawanan.
Saat Ryan memerintahkan Bu Maya untuk menjawab, tubuh wanita itu langsung bergetar penuh gairah. Kedua buah dadanya yang besar dan montok bergoyang-goyang erotis setiap kali Ryan menghantamkan kontolnya ke dalam memek Bu Maya yang basah dan becek."Ahhh... Ohhh... Bu-bu Angel..." desah Bu Maya di sela-sela erangan nikmatnya. "Aku... Aku adalah... Ahhh... Budak tuan Ryan... Ohh..."Melihat pemandangan itu, jantungku berdegup kencang. Tubuhku seakan dialiri aliran listrik, membuat seluruh pori-poriku berdenyut penuh gairah. Tanpa sadar, aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri, mencari-cari titik sensitif yang bisa menyalurkan hasratku.Bu Maya terus mengerang keenakan, seakan tak lagi peduli dengan statusnya sebagai seorang guru yang terhormat. Tubuhnya yang semula tertutup jilbab kini terekspos sepenuhnya, memamerkan kulitnya yang mulus dan lekuk-lekuk indah tubuhnya.Ryan terus menggenjot memek Bu Maya dengan brutal, membuat wanita itu menjerit-jerit penuh kenikmatan. Kontol besarnya keluar-masuk dengan tempo yang konstan, menciptakan bunyi kecipak basah yang menggema di ruangan.Aku menelan ludah gugup, bayangan-bayangan erotis memenuhi pikiranku. Aku ingin sekali ikut bergabung, merasakan kenikmatan yang sama seperti yang mereka rasakan...
Wajah Bu Maya kini terlihat begitu memerah, matanya setengah terpejam dengan air liur mengalir di sudut bibirnya. Desahan-desahan tak jelas terus meluncur dari mulutnya, bergaung memenuhi ruangan."Oooh... Ahhh... Hnn... Ahh..." erangnya tak karuan, seolah kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata yang jelas. Tubuhnya bergerak liar, mencoba mengimbangi setiap hentakan brutal Ryan pada memeknya.Kedua buah dadanya yang besar dan kenyal bergoyang-goyang erotis, seakan menantangku untuk meremas dan menghisapnya. Kulitnya yang mulus dan putih bersih berkilat oleh keringat, menambah kesan seksi yang terpancar dari dirinya.Aku menelan ludah dengan susah payah, nafas terengah-engah. Pemandangan di hadapanku ini benar-benar membakar hasratku. Rasanya aku ingin segera menerjang dan ikut bergabung dalam permainan panas mereka.
Pemandangan di hadapanku semakin membakar gairahku. Bu Maya kini duduk di pangkuan Ryan, bergerak naik-turun dengan liar di atas kontol besarnya.Tubuh sintal Bu Maya bergoyang erotis, membuat kedua buah dadanya yang brutal dan kencang bergerak menggoda. Ryan dengan rakus menyambar salah satu putingnya, menghisap dan mengulumnya dengan penuh gairah."Ooohh... Ahhh... Terus sayang, jangan berhenti!" erang Bu Maya di sela-sela desahannya yang membahana. Tubuhnya bergetar hebat, seakan siap mencapai klimaks kapan saja.Aku menelan ludah dengan susah payah, nafasku memburu. Tanganku meraba-raba tubuhku sendiri, mencari-cari titik sensitif yang bisa memuaskan hasratku yang membuncah.Aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari adegan panas di hadapanku. Aku ingin segera bergabung, merasakan kenikmatan yang mereka rasakan. Entah apa yang harus kulakukan untuk bisa ikut bermain...
Suara desahan vulgar Bu Maya semakin membangkitkan hasratku. Tubuhnya yang sintal bergerak mengikuti irama permainan, membuat kedua buah dadanya yang besar dan kencang itu terus bergoyang-goyang dengan menggoda."Ohhh... Kontolmu... enaaak sekali..." erang Bu Maya di sela-sela desahannya yang membuat telingaku berdengung. "Aku suka... Aku suka kontolmu yang besar ini..."Tanganku bergerak semakin liar, meremas-remas tubuhku sendiri dengan gairah yang membara. Aku ingin sekali menjadi bagian dari permainan panas ini, merasakan kenikmatan yang sama dengan yang mereka rasakan."Ahh... Ahh... Ryan, aku mau... Aku mau lagi..." rancau Bu Maya, matanya terpejam erat sementara mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan penuh nafsu.Tubuhku seakan dialiri aliran listrik, membuatku semakin bergairah. Tanpa sadar, aku mulai menggerakkan pinggulku sendiri, berusaha memuaskan hasrat yang bergejolak di dalam diriku.
Tubuh Bu Maya terus bergerak liar di atas pangkuan Ryan, memek basahnya berulang kali menelan kontol besar pria itu dengan rakus. Kedua buah dadanya yang sintal berguncang-guncang erotis, seakan menantang untuk diremas dan dihisap."Ahh... Oooh... Aku... Aku adalah budakmu, Tuan Ryan..." racau Bu Maya di sela-sela desahan nikmatnya. "Lakukanlah apapun yang kau mau... Aku... Aku milikmu sepenuhnya..."Sementara itu, tanganku tak bisa diam. Jari-jari lentikku bergerak turun, menelusuri lekuk tubuhku sendiri. Tanpa sadar, kancing kemeja dan rokku telah terlepas satu per satu, mengekspos kulit putih porselin yang mulus tanpa cacat.Bra yang semula menutupi dadaku yang montok kini sudah hilang entah kemana, membiarkan dua gunung kembar itu mengintip penuh goda. Celana dalamku juga sudah teronggok di lantai, mengekspos memekku yang basah dan menggoda.Tanpa pikir panjang, aku mulai menjejalkan jari-jariku ke dalam memekku sendiri, mencoba memenuhi hasrat yang bergejolak di dalam diri. Tusukan jari-jariku semakin cepat dan intens, mengikuti irama permainan panas Ryan dan Bu Maya di hadapanku.Desahan-desahan nikmat terus meluncur dari bibirku, memenuhi ruangan. Aku tak bisa lagi menahan keinginanku untuk segera bergabung dan merasakan kenikmatan yang sama...
Pemandangan di hadapanku semakin menggila. Ryan dengan gagah menggendong tubuh mungil Bu Maya, lalu dengan kasar menghantamkan kontolnya yang besar ke dalam memek wanita itu."Ahh... Oooh... Iya, terus sayang... Jangan berhenti..." erang Bu Maya di sela-sela desahan nikmatnya. Tubuhnya yang semula berada di pangkuan Ryan kini meregang lurus, membiarkan kedua buah dadanya yang sintal berguncang-guncang brutpal.Aku menggigit bibir bawahku, menahan gejolak hasrat yang semakin membuncah di dalam diri. Tubuhku bergetar hebat, jari-jariku terus bergerak liar di dalam memekku yang basah dan becek."Ahh... Mmhh... Oooh..." aku meracau tak karuan, berusaha menyalurkan sedikit kenikmatan yang kurasakan. Namun, semua itu tak sebanding dengan apa yang tengah dirasakan oleh Bu Maya.Aku ingin segera bergabung, merasakan kenikmatan yang sama dengan mereka. Aku ingin merasakan kontol besar Ryan mengoyak-ngoyak memekku dengan brutal, membuat tubuhku bergetar penuh kenikmatan.Ryan semakin gencar menghantamkan kontolnya ke dalam memek Bu Maya, membuat wanita itu menjerit-jerit penuh kenikmatan. Aku tak bisa menahan diri lagi. Aku harus segera bergabung dengan mereka...
Dengan hentakkan keras, Ryan menghujamkan kontolnya ke dalam memek Bu Maya. Tubuh wanita itu melengkung indah, matanya terbuka lebar dengan sorot pandangan yang sayu."Ahhh... Oooh..." Bu Maya mengerang panjang, merasakan kenikmatan tiada tara saat cairan panasnya menyembur deras memenuhi rahimnya. Kontol besar Ryan terus bergerak cepat, membuat peju yang begitu kental dan banyak menetes dari sela-sela pertemuan kemaluan mereka.Pemandangan itu benar-benar menghancurkan pertahananku. Tubuhku bergetar hebat, jari-jariku bergerak semakin liar di dalam memekku yang basah dan becek. Tanpa bisa kutahan lagi, aku akhirnya mencapai puncak kenikmatan, orgasme dahsyat yang menghantarkanku pada surga duniawi."Aaahhhh...!" Aku menjerit penuh kenikmatan, tubuhku melengkung indah dengan cairan cinta menyembur deras membasahi selangkanganku. Saat itu, aku benar-benar tak bisa lagi membedakan antara realita dan fantasi.Seolah terhanyut dalam kenikmatan yang sama, Bu Maya pun menggelepar tak berdaya di dalam pelukan Ryan. Tubuhnya melemas, jilbabnya terjatuh ke lantai, memamerkan wajah cantiknya yang kini dipenuhi oleh sirat kenikmatan.Aku tak dapat menahan diri lagi. Tanpa pikir panjang, aku segera bangkit dan menghampiri mereka, siap untuk bergabung dalam permainan panas yang tiada akhir ini...
Dengan tatapan penuh gairah, aku merangkak mendekati kontol besar Ryan yang masih berdiri tegak. Walaupun baru saja menyemburkan begitu banyak peju ke dalam rahim Bu Maya, kejantanannya itu masih terlihat kokoh dan menggiurkan.Tanpa ragu, aku langsung melahap kontol itu, melumatnya dengan rakus. Lidahku bergerak lincah, membersihkan sisa-sisa cairan kental yang masih menempel di permukaannya. Rasanya begitu nikmat, membuatku tak ingin berhenti.Ryan memandangiku dengan tatapan menggoda, jemarinya bermain-main dengan helaian rambutku yang terurai. Ia terlihat puas dengan performa yang aku berikan, membuat gairahku semakin membuncah."Pintar sekali kau, malaikatku..." desisnya rendah, suaranya terdengar sarat akan gairah yang membara. "Teruslah hisap kontolku seperti itu... Buat aku puas..."Aku mengangguk pelan, tak sanggup menjawab karena mulutku sibuk memanjakan kejantanan Ryan yang begitu besar dan keras. Aku ingin terus merasakan nikmatnya, memuaskan hasrat kami bersama...
Saat aku sibuk melumat kontol Ryan dengan rakus, tiba-tiba Bu Maya bangkit dari gelombang orgasmenya dan bergabung denganku. Kini kami berdua melakukan double-blowjob, memanjakan kejantanan pria itu.Sementara aku terus melahap batang kontol Ryan, Bu Maya dengan ahli memanjakan biji dan selangkangannya. Gerakan lidahnya begitu cermat dan terlatih, persis seperti sosoknya sebagai guru matematika berpengalaman."Ooohh... Pintar sekali kalian berdua..." desah Ryan di sela-sela erangan nikmatnya. "Terus, sayang... Jangan berhenti..."Aku dan Bu Maya saling beradu pandang, seakan mencoba membaca satu sama lain. Namun, dalam sekejap, kami kembali fokus pada tugas kami - memuaskan hasrat Ryan dengan segenap kemampuan kami.Lidah kami bergantian menjilat, mengulum, dan menghisap kontol besar itu dengan liar. Kami tak menyisakan sedikitpun cairan kental yang tersisa, berusaha memanjakan Ryan sepenuhnya.Atmosfer di ruangan itu semakin panas dan basah, dipenuhi oleh aroma seks yang menyengat. Kami berdua terus memanjakan Ryan, tak ingin membiarkan pria itu menahan nikmat yang ingin dirasakannya...
Saat kami berdua sibuk memanjakan kontol Ryan, tanpa sadar aku dan Bu Maya saling meraba-raba buah dada kami masing-masing. Kami sengaja mengeluarkan banyak saliva untuk melumasi kejantanan perkasa itu, membuat gerakan lidah kami semakin licin dan liar.Aku bisa merasakan nikmatnya liur Bu Maya di sepanjang batang kontol Ryan. Kadang-kadang, lidah kami saling bertemu saat menyusuri bagian-bagian yang sama, menciptakan sensasi tersendiri yang membuat kami semakin bergairah.Kontol Ryan terus berkedut-kedut di dalam mulut kami, seolah meminta untuk segera dimanjakan lebih jauh. Aku dan Bu Maya menjadi semakin gemas dan bergairah, tak sabar untuk segera merasakan kejantanan itu menyeruak masuk ke dalam lubang-lubang surgawi kami.Kami terus mempercepat gerakan lidah dan bibir kami, berusaha membuat Ryan mencapai puncak kenikmatan. Sensasi basah, licin, dan hangat memenuhi seluruh bagian kontol tegangnya, membuat pria itu mengerang penuh nikmat...
Aku bisa merasakan kontol Ryan semakin menegang, tanda bahwa pria itu akan segera mencapai orgasme lagi. Tanpa ragu, aku langsung melahap seluruh panjang kejantanannya ke dalam mulutku.Tak lama kemudian, Ryan meneriakkan nama kami saat ia mencapai puncak kenikmatan. Cairan panasnya menyembur deras, memenuhi seluruh rongga mulutku. Aku bisa merasakan semburan demi semburan peju yang begitu kental dan memabukkan.Sebelum aku sempat menelan semua cairan itu, Bu Maya tiba-tiba menarik wajahku dan mencium bibirku dengan ganas. Ia ikut menyedot dan mencecap peju Ryan yang masih tersisa di dalam mulutku. Lidah kami berdua beradu, seakan menjadi blender yang mengaduk-aduk komposisi kenikmatan surgawi ini.Tubuhku bergetar hebat, merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalari seluruh syarafku. Aku tak kuasa menahan desahan dan erangan nikmat yang lolos dari celah bibir kami. Sensasi basah, licin, dan hangat membuatku semakin tenggelam dalam gairah yang membara.Kami terus berciuman dalam hasrat yang menggebu, seolah tak ingin melepaskan setetespun cairan kental yang masih tersisa. Tubuh kami menempel erat, saling mencari kehangatan dan kepuasan yang tiada akhir...
"Kalian berdua memang guru bispak terbaikku!" Mendengar pujian Ryan, aku dan Bu Maya saling bertukar pandang penuh gairah. Tanpa basa-basi, kami berdua menungging dengan posisi yang sangat menggoda, memamerkan bokong sintal dan kenyal kami.Dengan jemari gemetar, kami membuka lebar lubang memek yang basah dan berkedut, seolah memohon untuk segera diisi oleh kontol besar Ryan."Masukin kontolmu ke dalam kami, Ryan... Oh... Kami mohon..." aku merengek penuh nikmat, suaraku terdengar putus-putus karena hasrat yang membuncah."Iya, Ryan... Masukkan ke dalam aku juga... Ibu mohon..." Bu Maya turut menimpali, memohon dengan suara yang terdengar semakin lemah dan putus asa.Pikiranku sudah benar-benar kosong, tak tersisa lagi harga diri atau moral. Yang ada hanya birahi yang membara, hasrat untuk segera merasakan kejantanan Ryan menyeruak masuk ke dalam lubang-lubang sensitif kami.Aku dan Bu Maya terus menatap Ryan penuh harap, menunggu pria itu segera menghujamkan kontolnya ke dalam tubuh kami yang sudah siap sedia...
Tanpa diduga, Ryan tiba-tiba mengambil sebuah penggaris besar yang panjang. Sebelum aku dan Bu Maya sempat bereaksi, ia langsung memukul keras bokong kami secara bersamaan."Dasar guru-guru cabul! Meminta kontol dari muridnya! Kalian harus dihukum!" raungnya penuh amarah."Ahhh... Maaf... Kami memang guru cabul..." rintihku di sela-sela erangan nikmat. Tubuhku menggelinjang ketika merasakan sensasi nyeri dan kenikmatan yang bercampur aduk.Suara benturan penggaris itu bergema nyaring, membuat bokong kami bergoyang dengan indah. Bekas merah membara pun tercetak jelas di kulit yang memerah itu.Meskipun terasa sakit, aku tak bisa menyembunyikan ekspresi nikmat yang menghiasi wajahku. Hasratku seakan semakin membuncah, menuntut untuk segera dipuaskan oleh kontol besar Ryan.Aku melirik ke arah Bu Maya, melihat ekspresi sakit bercampur nikmat yang serupa tergambar di wajah cantiknya. Kami benar-benar sudah kehilangan harga diri, hanya menginginkan untuk dipuaskan nafsu bejat kami...
Wajahku dan wajah Bu Maya saling berhadapan, menatap satu sama lain dengan pandangan penuh nafsu. Tubuh kami berdua bergetar hebat setiap kali penggaris besar itu menampar bokong kami, memberikan tanda kepemilikan Ryan atas diri kami.Rasa sakit yang seharusnya membuat kami ngeri dan takut, justru memicu cairan kewanitaan kami mengucur deras dari lubang memek yang berdenyut. Aku yakin wajahku pasti terlihat sangat binal saat itu, dengan lidah yang terjulur dan air mata kenikmatan yang mengalir turun.Begitu pula dengan Bu Maya, ekspresinya tak jauh berbeda dengan diriku. Pandangan matanya terlihat sayu dan memohon, bibirnya sedikit terbuka, mengeluarkan desahan-desahan penuh gairah.Kami berdua sudah sepenuhnya kehilangan harga diri, hanya memikirkan bagaimana caranya memuaskan hasrat bejat kami. Kami rela melakukan apapun, bahkan jika itu berarti harus menjadi budak nafsu Ryan...
Saat teringat akan kontolnya yang besar dan keras, aku tidak bisa menahan keinginanku lagi. Dengan tidak sabaran, aku langsung melebarkan kedua kakiku dan memamerkan memekku yang basah dan berkedut di hadapan Ryan."Masukin kontolmu ke dalem aku, Ryan... Aku udah gak tahan lagi..." aku merengek penuh nafsu, tanpa peduli lagi akan harga diriku.Ryan menyeringai lebar melihat kebinaanku. Dengan gerakan cepat, ia segera mengarahkan kejantanannya yang sudah menegang sempurna ke dalam lubang memekku yang menganga lebar."Ini hadiah untuk guru biologi paling cabul..." desisnya penuh napsu, sebelum akhirnya menghujamkan kontolnya dengan sekali sentak."Ooohh yeaahh... Ahhh!" Aku mendesah keras, merasakan betapa nikmatnya kontol besar itu menyodok titik terdalamku. Setiap hentakan Ryan terasa begitu membakar gairahku, membuatku semakin tidak sanggup menahan kenikmatan yang membuncah.Di sisi lain, Bu Maya langsung berdiri dan dengan ganas melumat bibir Ryan yang sedang menggenjotku dari belakang. Kami bertiga larut dalam kegilaan nafsu yang membutakan, tak peduli lagi akan apapun kecuali untuk saling memuaskan hasrat yang membara.
Aku membayangkan bagaimana reaksi mereka jika ada orang lain yang masuk ke dalam ruangan ini, aku dapat merasakan diriku semakin hina dan terkutuk. Membayangkan dua orang guru terhormat seperti kami terlibat dalam perbuatan keji nan terkutuk bersama seorang murid perkasa.Namun, meskipun perasaan malu dan jijik itu mencengkeram jiwaku, aku sama sekali tak mampu untuk menghentikan semua ini. Hasrat dan birahi yang membutakan telah menguasai sepenuhnya diriku. Aku hanya bisa pasrah menikmati setiap detik kenikmatan yang menyiksa ini.Seluruh tubuhku bergetar hebat, merasakan bagaimana kontol besar Ryan terus menghujam memekku dengan brutal. Desahan dan erangan nikmat tak henti-hentinya lolos dari bibirku, menggema di seluruh ruangan.Di sisi lain, Bu Maya semakin ganas melumat bibir Ryan, seolah tak ingin membiarkan satu tetes pun kenikmatannya terbuang sia-sia. Kami bertiga telah hanyut sepenuhnya dalam gairah hewani yang membutakan akal sehat.Andai saja ada yang melihat perbuatan terlarang kami ini, entah apa yang akan mereka lakukan. Mungkin mereka akan melaporkan kami ke polisi, atau bahkan ikut serta dalam kegilaan ini. Pikiran itu membuatku semakin bergairah, sekaligus semakin merasa sangat hina dan terkutuk...
Ohh... Iya, Ryan... Terusin... Terusin! Kontolmu yang besar itu... Mmhhh... Nikmat sekali menyodok memekku yang becek ini...Aahhh... Tiap hentakan pinggulmu membuat dinding memekku terasa terkoyak nikmat... Ohh yess... Lebih dalam lagi, sayang... Aku mau kamu menghujam titik terdalam di dalamku...Sementara itu, Bu Maya sudah tak lagi bisa menahan desahannya. Ia terus menggeliat dengan heboh, saat lidah Ryan menyapu seluruh permukaan payudaranya yang sintal."Oohhh... Lidahmu... Lidahmu nikmat sekali, Ryan... Jilat terus... Hisap putingku yang menegang ini..." rengeknya dengan suara yang terdengar sangat binal.Tubuh kami bertiga bergerak seirama, tenggelam dalam kenikmatan duniawi yang memabukkan. Aku dan Bu Maya tak lagi peduli akan apapun, kecuali memuaskan nafsuku yang membara...
Melihat Ryan yang kini beralih untuk menggenjot Bu Maya, membuatku semakin terangsang. Tanpa ragu, aku segera mendekat dan mulai meremas-remas dada sintal Bu Maya yang bergoyang menggoda."Ooh, toketmu begitu kenyal dan sexy, Bu Maya..." desahku penuh nafsu, sembari mencengkeram erat buah dada yang montok itu.Bu Maya mengerang keenakan, ia mencengkeram erat tubuhku seraya memekik-mekik nikmat. Pinggulnya terus bergerak liar, menyambut setiap hentakan kuat kontol Ryan di dalam memeknya."Aaahhh... Angel... Jangan berhenti!" pekiknya di sela-sela desahan yang membahana. "Remas terus... Ohh, nikmat sekali!"Sementara itu, Ryan terus menggenjot Bu Maya dengan brutal. Setiap kali kontolnya menyodok dalam, suara daging yang bertubrukan bergema keras, diiringi erangan-erangan penuh kenikmatan.Aku dan Bu Maya larut dalam kegilaan nafsu yang membabi buta, tak lagi peduli pada apapun kecuali memuaskan hasrat yang membara.
Dengan liar, Ryan membalikkan tubuh Bu Maya, memposisikannya menungging. Aku meneguk ludah menyaksikan betapa ganas ia menghujamkan kontolnya ke dalam lubang kewanitaan Bu Maya yang basah."Ooohh... Kontolmu... Kontolmu nikmat sekali, Ryaaan..." Bu Maya mendesah keras, jari-jarinya mencengkeram seprai dengan erat.Tak membiarkan kami beristirahat, Ryan tiba-tiba menarikku mendekat. Ia langsung memasukkan kontolnya yang masih basah ke dalam memekku dengan sekali sentak."Aahh! Ya Tuhan... Teruss... Terus genjot aku, Ryaan..." aku tak dapat menahan desahanku, tubuhku terhentak-hentak oleh hentakan pinggul Ryan yang brutal.Kami bertiga terus bergantian, tubuh saling bertubrukan dalam irama yang semakin liar dan tak terkendali. Suara kecipak cairan bercampur dengan erangan nikmat yang memenuhi ruangan ini.Hingga akhirnya, entah sudah berapa lama kami bergumul dalam kegilaan ini, semuanya tiba-tiba menjadi gelap. Aku bahkan sudah tak peduli lagi akan apapun, selain untuk terus memuaskan hasrat birahinya yang tak kunjung padam...
ns 15.158.61.17da2