Mari kita beralih sejenak Bu Maya. Ia juga mengalami gangbang yang tidak lebih baik daripada Bu Angel.
Namaku Anggita Nirmaya (Maya), aku telah menjadi guru matematika di Sekolah ini sejak 5 tahun yang lalu. Kulitku putih, wajahku cantik khas wanita Sunda. Salah satu fitur terbaik tubuhku adalah proporsi payudaraku yang berukuran 37D sangat kontras dengan tubuhku yang mungil, langsing, dan tidak terlalu tinggi. Meski sudah menikah dan melahirkan, aku pandai merawat diri. Gaya jilbab dan pakaianku selalu modis. Aku juga sering mendengar pujian bahwa aku terlihat jauh lebih muda dari usia asliku yang 30 tahun.Namun kini hari-hariku hanya dipenuhi nafsu, setelah Ryan, salah satu muridku berhasil memiliki aku dengan cara memuaskan tubuhku saat les privat. Ia menaklukkanku dengan tubuhku, bukan hatiku.Kini, aku tengah terikat di ring basket di gymnasium indoor di sekolah. Tanganku terikat di atas, pakaianku telah sepenuhnya meninggalkan tubuhku. Hanya tersisa jilbab menutupi rambut pendekku. Payudaraku yang besar dan vaginaku yang berjembut tipis terpampang jelas di hadapan 10 orang anggota tim basket di depanku. Aku memang ditugaskan menjadi pembina tim basket yang hari ini tengah latihan persiapan turnamen. Sialnya, Ryan adalah kapten dari tim ini. Ryan saat ini memerintahkan aku untuk memberikan suntikan 'semangat' kepada tim.
Aku meneguk ludah dengan gugup saat Ryan memintaku untuk memotivasi mereka. Meskipun tak ingin, namun dorongan nafsu membuatku tak berdaya."A-anak-anak... Kalian boleh... menggunakan tubuhku. J-jadi... bersemangatlah berlatih," ujarku dengan suara yang bergetar, perlahan membuka pahaku hingga memekku yang basah terekspos.Ryan menyeringai lebar, tangannya mencengkeram erat payudaraku yang besar. "Nah, dengar itu anak-anak? Sekarang ayo kita 'dribble' Bu Maya!"Aku hanya bisa mengerang pelan saat Ryan meremas dan memainkan payudaraku dengan kasar. Tubuhku terasa terbakar oleh gairah yang membuncah, membuatku tak lagi berdaya melawan hasrat yang menguasaiku.
Ryan sudah sangat tahu titik kelemahan tubuhku. Ia dengan lihai memainkan payudaraku besar-ku, meremas dan memilin putingku yang telah menegang dengan gemas. Desahan-desahan kecil lolos dari bibirku yang mulai membengkak, tubuhku bergetar menahan gejolak nafsu yang semakin membuncah."Lihat, ini memang kelemahanmu ya Bu Maya," Ryan menyeringai lebar, tak henti-hentinya mengejekku. "Toket besarmu ini benar-benar menggoda, pantas saja murid-murid kita ingin 'bermain' denganmu."Salah satu murid yang sudah menanggalkan pakaiannya mendekati kami, matanya menatapku lapar. "Mantap banget toket si guru jilboob ini. Boleh aku coba-coba juga, Bos?"Aku meneguk ludah dengan gugup, tubuhku bergetar oleh campuran rasa malu dan gairah yang membuncah. Meskipun aku tahu ini salah, tapi entah kenapa aku tak bisa menolak keinginan mereka. Tubuhku seakan berkhianat, bergerak atas keinginannya sendiri.
Ryan mengijinkan permintaan itu tanpa berpikir panjang. Segera saja murid itu menghampiriku, tangannya yang kasar mulai menggerayangi tubuhku dengan rakus. Bersama Ryan, mereka berdua dengan brutal menampar, meremas, dan memilin payudaraku yang besar, membuat desahan-desahan nikmat lolos dari bibirku tanpa henti."Mmhhh... Ahh... Ryan... Ohh..." Aku terus melenguh dan mengerang, tubuhku bergetar hebat menahan gejolak birahi yang semakin memuncak. Memekku telah basah kuyup, cairan bergairah terus mengalir keluar tanpa henti.Aku sudah tak peduli lagi dengan norma dan moralitas. Yang ada di pikiranku hanyalah kenikmatan yang terus menyerang tubuhku. Aku hanya ingin memuaskan hasratku yang membara, tak peduli apapun resikonya nanti.
Dengan sebuah cubitan di puting, aku mengerang keras, gelombang kenikmatan membanjiri seluruh tubuhku. Tubuhku melengkung dalam orgasme yang dahsyat, namun kedua tanganku yang terikat mencegahku bergerak bebas."Bener-bener guru hyper nih. Masa dimainin toketnya aja udah keluar," ejek mereka sembari membuka satu per satu pakaian, memperlihatkan tubuh telanjang dan kontol mengacung perkasa.Aku menelan ludah gugup melihat pemandangan di depanku. Tubuhku memanas, bergairah akan apa yang akan mereka lakukan padaku selanjutnya. Entah kenapa, aku justru berharap mereka segera 'menghukum' diriku yang tak tahu diri ini.
Masih dalam gelombang orgasme yang membuat tubuhku gemetar, aku dipaksa berlutut di hadapan sepuluh kontol menegang yang siap memuaskan nafsu bejat mereka. Dengan enggan, aku membuka mulutku, namun sebelum sempat berbuat apa-apa, jilbabku langsung dijambak kuat-kuat dan wajahku dipaksa menyodok salah satu kontol yang mengacung tegak.Sementara itu, kontol-kontol lainnya tak mau kalah. Mereka menampar-nampar wajah dan tubuhku dengan kasar, membuatku merintih tertahan di sela-sela kegiatan oral yang sedang kulakukan. Aku benar-benar tak berdaya, hanya bisa pasrah menerima perlakuan memalukan ini.
Aku semakin birahi saat mereka mengejek kemesumanku. Ejekan-ejekan vulgar yang meluncur dari bibir mereka malah semakin membakar gairahku. Tubuhku bergetar hebat, hasratku yang membara seakan mengendalikanku."Mhhh enak banget lidah guru matematika ini," salah satu dari mereka mendesis, sementara kontolnya kupompa dengan gerakan cepat. "Sepongan cewek bersuami emang hebat banget," yang lain menimpali, tangannya meremas-remas payudaraku yang membusung."Liat nih, toketnya makin ngaceng ditampar sama kontol," yang lain kembali mengejek, lalu dengan sadis menampar-nampar putting-puting sensitifku yang menegang.Aku hanya bisa terus mengerang tak terkendali, lidahku sibuk melumuri batang-batang kontol yang bergantian menusuk mulutku. Cairan bening terus mengalir dari memekku yang semakin basah, mengkhianati akal sehatku.
Satu persatu kontol itu menegang dan mencapai klimaks, memuncratkan cairan kental nan kental ke seluruh tubuhku. Aku hanya bisa pasrah menerima guyuran hangat itu, membiarkan mereka menodai jilbab dan wajahku dengan cairan putih yang lengket."Haha, lihat tuh si guru jilboob. Mukanya udah belepotan kaya abis dimakan es krim," ejek salah satu dari mereka sambil tertawa keras.Alih-alih merasa jijik, entah kenapa aku justru tergoda dengan aroma peju yang memenuhi indera penciumanku. Napasku semakin memberat, tubuhku bergerak gelisah, seolah meminta untuk dilecehkan lebih jauh lagi."Udah, jangan cuman mukanya doang yang dilumuri. Toketnya juga mau kita banjirin nih," ujar yang lain sambil menyeringai.Tanpa menunggu persetujuanku, mereka langsung menyerbu, menumpahkan cairan kental nan lengket itu ke seluruh tubuhku. Aku hanya bisa mengerang pasrah, menikmati sensasi basah dan lengket yang membalut tubuhku.
Ryan kemudian melepas ikatan di tanganku, lalu mengarahkan tubuhku dalam posisi menungging di hadapan mereka. Satu per satu, mereka berbaris dan mulai melesakkan kontol tegang mereka ke dalam memekku yang basah kuyup."Nngghhhh..." Aku mengerang keenakan, tubuhku bergetar merasakan setiap hentakan keras dari kontol-kontol perkasa itu. Mereka memang sangat atletis setelah berlatih dengan giat, kontol mereka terasa begitu kuat dan tegang, memenuhi seluruh rongga memekku dengan sempurna.Goyangan pinggul mereka yang brutal menghantam tubuhku dengan kasar, namun justru memicu gairahku semakin memuncak. Aku tak peduli lagi dengan ejekan-ejekan mereka, yang ada di pikiranku saat ini hanyalah kenikmatan yang terus menyerang seluruh inderaku."Ah, ternyata bener ya kalo memek guru jilboob ini emang nikmat banget," kata salah satu dari mereka dengan nada meremehkan, sementara kontolnya terus menghujam memekku dengan kasar.Aku hanya bisa mendesah tak terkendali, membiarkan mereka leluasa memperlakukan tubuhku sesuka hati. Tak ada lagi rasa malu ataupun rasa bersalah yang tersisa, yang ada hanyalah hasrat yang menggebu-gebu untuk dipuaskan.
Tangan pemain itu meraih jilbabku, menjambaknya dengan kasar hingga berantakan. Tubuhku terus dikoyak, diobok-obok oleh kontol-kontol perkasa mereka yang tanpa ampun menghujam memekku yang basah dan becek."Enak kan kontol murid lo, Bu Maya? Hah?" ejek mereka sambil menjambak jilbabku, menggenjot memekku dengan brutal, dan menampar pantatku yang bergoyang-goyang."Ah..ah..iya..kon-tol..ibu suka kontol keras..." Entah mendapat keberanian dari mana, aku justru mengumandangkan kalimat mesum itu, seolah tubuhku telah sepenuhnya dikuasai oleh hasrat birahinya.Aku sendiri tak menyangka bisa berkata-kata sedemikian vulgar, menunjukkan betapa diriku telah kehilangan akal sehat. Yang ada di benakku hanyalah kenikmatan tiada tara yang terus menyerang seluruh inderaku, membuatku lupa diri dan larut dalam nafsu belaka.
Seorang pemain mengacungkan kontolnya ke wajahku, tanpa aba-aba langsung melesatkan kejantanannya ke dalam mulutku yang setengah terbuka. Aku merasakan sensasi berganda, saat pinggulnya bergerak liar menyodok mulutku, sementara memekku terus dihujam kasar oleh kontol-kontol lainnya."Hisap yang kuat, Bu Maya. Jangan sampai nyicip sedikit pun," geramnya, tak henti-hentinya mencaci dan menghinaku.Aku berusaha keras untuk memenuhi keinginan mereka, menghisap kontol di mulutku dengan segenap kemampuan. Sementara itu, memekku semakin dihujam brutal, membuat seluruh tubuhku terasa terbakar oleh kenikmatan yang luar biasa."Haha, liat tuh Bu gurunya. Udah jadi pelacur beneran sekarang," cibir yang lain sambil terus menggenjot memekku tanpa ampun.Aku tak lagi peduli dengan ejekan-ejekan mereka. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah hasrat untuk terus dipuaskan, tanpa mempedulikan lagi apapun norma dan etika yang selama ini kujunjung tinggi.
Kedua kontol itu memuncratkan bibit cintanya secara bersamaan, membanjiri seluruh memekku dengan cairan kental yang hangat. Rasa nikmat yang menjalar seolah menggerayangi seluruh tubuhku, membuat tubuhku semakin mengelinjang tak terkendali.Pemain lain yang ada di belakangku, tanpa basa-basi langsung membalikkan tubuhku hingga telentang di atas lantai gym yang dingin. Dengan sigap ia menghunjamkan kontolnya ke dalam memekku yang masih berdenyut-denyut, lalu mulai menggenjot dengan gerakan cepat dan brutal.Tangannya yang kekar mencekik leherku, membuat napas tersendat. Namun, justru sensasi mencekik itu semakin menambah nikmat yang kurasa. Semakin keras ia menyodok, semakin keras pula suara kecipak yang terdengar dari pertemuan organ kami.Pemandangan erotis itu tak ayal semakin memicu ejekan-ejekan mereka yang semakin tak terkendali. Payudaraku yang bergoyang-goyang terekspos, membuat mereka semakin gencar melumurkan umpatan-umpatan vulgar.Aku tak lagi peduli dengan apapun. Yang ada di pikiranku hanyalah hasrat untuk terus dipuaskan, tanpa mempedulikan lagi apapun norma dan etika yang selama ini kujunjung tinggi. Tubuhku seakan terpisah dari jiwaku, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu belaka.
Wajahku pasti sudah tak karuan saat ini. Dicekik dan diperkosa dengan brutal, air mata mengalir deras dari mataku yang terbuka lebar. Namun, sensasi kenikmatan yang menjalar hingga ke seluruh tubuhku terasa begitu memabukkan, membuat birahi semakin memuncak hingga ke ubun-ubun."Liat tuh muka guru ini. Makin dicekik malah makin sange!" ejek mereka dengan nada mencemooh, semakin gencar menghujam memekku tanpa ampun. Tubuhku seakan melayang, terseret arus nafsu yang tak terkendali. Aku tak lagi bisa membedakan mana rasa sakit dan mana rasa nikmat. Semuanya berbaur menjadi satu, menciptakan sensasi yang luar biasa, membuatku tak kuasa menahan desahan dan erangan yang lolos dari bibirku.Mereka semakin gencar menyodok-nyodokkan kontol mereka ke dalam memekku yang berkedut-kedut, sementara tangan-tangan kasar mereka meremas-remas payudaraku dengan brutal. Cairan bening yang mengalir deras dari antara kedua kakiku semakin membasahi seluruh lantai gym yang dingin.
Puas menggenjot, kontol-kontol itu dicabut dari memekku yang kini banjir cairan cinta. Tubuhku terkulai lemas, namun hasratku belum juga terpuaskan sepenuhnya.Salah seorang dari mereka kemudian mengangkat tubuhku, lalu mengarahkanku untuk duduk di atas kontolnya dalam posisi woman on top. Tanpa basa-basi, aku langsung bergoyang dengan liar, mengulum dan mengulek kontol keras itu dengan gerakan pinggul yang menggoda."Ahh... ah... ahhh... Ya Tuhan..." Aku melenguh penuh kenikmatan, membuka mulutku lebar-lebar, seakan siap menerima apapun yang akan mereka berikan.Kontol lain langsung menyambar mulutku, memenuhinya dengan kejantanan yang berurat-urat itu. Tak tinggal diam, tanganku pun bergerak lincah, meremas dan mengocok dua kontol lainnya yang berdiri tegak menantikan giliran."Kamu sange banget ya, Bu? Siapa pemilik memek ini sekarang, hah?" goda salah satu dari mereka sambil terus menghentak pinggulku."Ah... ah... memek ibu... punya... punya kalian, ahhh..." Aku menjawab di sela-sela desahan kenikmatan, tak lagi peduli dengan status dan harga diriku sebagai seorang guru."Mulut Ibu punya siapa?" tanya yang lain dengan nada mengejek."Mmmhh... mulut Ibu... punya kalian... kalian bebas memakai mulut Ibu, ohhh..." Aku membalas dengan suara parau, semakin larut dalam kegilaan ini.
Tubuhku terus bergoyang mencari kenikmatan yang lebih lagi, memuntahkan desahan dan erangan penuh birahi. Kedua tanganku tak henti-hentinya mengocok dua kontol lainnya, sementara mulutku sibuk menjilati dan menjilati batang-batang kejantanan itu tanpa ampun.Jilbabku yang berantakan semakin membuatku terlihat semakin liar dan menggairahkan. Wajahku yang merah padam penuh peluh serta tatapan mataku yang sayu penuh nafsu, menambah kesan sensual yang terpancar dari diriku."Ahhh iya.. lebih cepat lagi.. lebih keras.. ahh..." racauku tak karuan, tak lagi peduli dengan apapun selain kenikmatan yang terus menyerang seluruh tubuhku.Mereka semakin gencar menggoda dan mencaci, semakin membakar nafsuku yang tak terbendung lagi. Payudaraku yang bergoyang-goyang seolah mengundang mereka untuk meremas dan memainkannya semakin liar."Terus goyang begitu Bu, kontol kami lebih enak daripada punya suami Ibu kan?" Goda mereka dengan nada meremehkan.
Hinaan itu membuat tubuhku mencapai orgasme, memuncratkan cairan birahinya yang hangat dan kental, membasahi seluruh kontol-kontol yang masih mencoba memenuhi lubang-lubang sensitifku.Tak puas hanya dengan itu, Ryan tiba-tiba menarik tubuhku, menggendongku dengan kedua tangan kekarnya yang memegang erat pahaku. Dalam sekejap, kontolnya yang besar dan perkasa menyeruak masuk, menghujam memekku tanpa ampun."Ohhh Ryan.. iyaahh.. ahh," panggilku dengan ekspresi penuh ekstasi. Tak ada yang bisa menandingi kenikmatan yang kudapatkan dari kontol Ryan. Begitu keras, besar, dan bertenaga, memenuhi seluruh tubuhku dengan kenikmatan yang luar biasa.Setiap hentakan Ryan, cairan birahi kembali memuncrat dari memekku yang tak kuasa menahan gejolak nafsu. Aku terus meracau tak karuan, tak mampu lagi berpikir jernih."Ah Ryan.. oh" "Ryan, kontol kamu.. e-enak banget" "Ahh, lebih enak dari suami ibu.. ahhh," jeritku penuh gairah, hanya ingin terus menikmati kenikmatan surgawi yang diberikan Ryan padaku.
Aku benar-benar istri yang berkhianat. Di sini aku berada, dalam dekapan seorang muridku sendiri, melakukan perbuatan hina yang tak termaafkan. Tubuhku telah dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahinya, tak lagi mempedulikan apapun selain kenikmatan yang terus menyerang setiap indera.Namun, di balik rasa bersalah yang kini mengganggu pikiranku, aku tak bisa memungkiri betapa memekku telah sepenuhnya dimiliki oleh kontol besar dan perkasa milik Ryan. Setiap sentuhan, setiap hentakan, memberikan kenikmatan yang tak terbandingkan, membuat seluruh tubuhku serasa melayang di awang-awang.Aku tahu ini salah, namun hasrat untuk terus disenggama oleh Ryan seakan telah menguasai diriku seutuhnya. Tak peduli lagi dengan norma dan etika yang selama ini kujunjung tinggi, yang kuinginkan hanyalah terus menikmati kenikmatan tiada tara yang diberikannya."Ohh Ryan... terus.. terus.." racauku tak karuan, hanya ingin merasakan kontolnya yang besar itu kembali menghujam memekku tanpa ampun.
Perlahan, Ryan menyingkap jilbabku, membuka aurat terakhir milikku yang selama ini tersembunyi. Tubuhku yang semula tertutup rapi kini terpampang jelas di hadapan mereka semua, tanpa sehelai benang pun yang menutupi.Wajah mereka langsung dipenuhi dengan ekspresi gairah yang tak terbendung. Mata mereka menatapku dengan lapar, seakan siap untuk menelanku bulat-bulat."Oh jadi ini wujud bu Maya tanpa jilbab! Jilboob yang geulis," ejek salah seorang dari mereka dengan nada meremehkan.Tanpa membuang-buang waktu, seorang pemain lain langsung menghampiriku dan Ryan. Ia dengan kasar menyodokkan kontolnya yang telah dibanjiri pelumas ke dalam lubang pantatku yang sempit."Ohh ahh.. ahh enak banget.. i-ibu belum pernah.. ahhh belum pernah diginiin," aku menjerit penuh kenikmatan ketika merasakan dua kontol besar itu menyerang kedua lubangku secara bersamaan.Mereka tak menyia-nyiakan momen seksual kami, dengan semangat langsung merekam adegan panas ini. Ekspresi wajahku yang penuh dengan nafsu birahi, serta erangan dan lenguhan yang lolos dari bibirku, pasti terlihat sangat membakar gairah mereka."Bagus, Bu. Keluarkan suara-suara indahmu itu. Buat kami semakin bernafsu," goda salah satu dari mereka sambil terus menggenjot lubang analku dengan brutal.
Meskipun aku pernah disodomi oleh Ryan sebelumnya, sensasi double penetration ini benar-benar merupakan sesuatu yang baru bagiku. Kedua kontol besar itu bergerak dengan sinkronisasi yang sempurna, menghujam lubang-lubang sensitifku secara bergantian.Saat salah satu kontol menarik diri, kontol lain langsung menyodok masuk, menciptakan sensasi penuh yang menghantam titik-titik terdalam di dalam diriku. Aku merasakan seakan-akan tubuhku akan terbelah menjadi dua, namun justru rasa nikmat yang luar biasa yang menjalar ke seluruh tubuhku.Bahkan suamiku sendiri belum pernah menyentuh lubang pantatku ini. Ia hanya fokus pada memekku yang sempit, tanpa pernah berniat menjelajahi area yang lebih tabu. Namun kini, lubang analku ini dibobol dengan kasar oleh kontol-kontol besar yang tak kenal ampun.Cairan-cairan bercampur aduk, melumasi setiap gesekan yang terjadi. Bunyi kecipak dan decitan yang memekakkan telinga mengiringi setiap hentakan ganas yang mereka lancarkan. Tubuhku seakan dipermainkan seperti boneka, terombang-ambing di antara kenikmatan dan rasa sakit yang bercampur aduk.
Guna meredam lenguhan-lenguhan yang terus meluncur dari bibirku, aku meraih wajah Ryan dan melumat bibirnya dengan penuh gairah. Pelukan di tubuhnya semakin erat, seakan ingin menyatu dengan dirinya seutuhnya."Ohhh.. ohhh.. ya Tuhan.. ampun ohh. Ibu bisa gila..." Aku menjerit di sela-sela pagutan kami, suaraku terdengar parau dan penuh nafsu.Lidah kami saling membelit, menyalurkan gejolak birahi yang tak terbendung. Sementara itu, kedua kontol raksasa itu terus menghujam lubang-lubangku tanpa ampun, menciptakan sensasi kenikmatan yang membuatku seakan melayang.Tubuhku terasa terbakar, seakan-akan setiap saraf di dalam diriku terangsang hingga batas maksimal. Aku tak lagi peduli dengan status dan harga diriku sebagai seorang guru yang terhormat. Yang ada di pikiranku hanyalah memuaskan hasrat bejatku yang tak terkendali.
Maafkan aku, Tuhan. Aku telah terjerumus ke dalam dosa yang paling keji. Memabukkan diriku dalam lumpur kemaksiatan, menghianati sumpah suci pernikahan demi memuaskan nafsu bejatku.Ketika pelumas sebagai tanda kelemahan iman itu menghujam lubang pantatku, rasa pedih yang menyengat langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Namun justru rasa sakit itu malah semakin membakar gairahku, membuat nafsuku semakin tak terbendung.Dengan kasar, pemain itu menjambak rambutku, memaksa wajahku untuk menatapnya lekat-lekat. Ia menatapku dengan tatapan meremehkan, seolah aku hanyalah seonggok daging yang siap dipermainkan sesuka hatinya."Kamu suka banget dientot kayak gini Bu? Suka dientot dikasarin?" tanyanya dengan nada mengejek.Tak kuasa menahan gejolak nafsu, aku hanya bisa mengangguk lemah sambil meracau tak karuan."Ohhh.. iya.. i-ibu suka.. banget," jawabku dengan suara bergetar.Mendengar jawabanku, seringai lebar terkembang di wajah pemain itu. Dengan kasar, ia menghujamkan kontolnya sekali lagi ke dalam lubang pantatku, membuatku menjerit kesakitan sekaligus kenikmatan."Kalau begitu, ini hadiah buat Ibu, terima!" serunya tepat sebelum cairan panasnya menyembur deras, memenuhi lubang analku yang telah menyempit.
Rasa hangat dan lengket itu memenuhi seluruh bagian dalam tubuhku, membuatku merinding penuh kenikmatan. Cairan kental nan creamy itu terasa memenuhi setiap inci lubang pantatku, seakan mengklaim kepemilikan penuh atas tubuhku.Tak hanya itu, Ryan pun tak mau kalah. Dengan brutal, ia terus menghujamkan kontolnya ke dalam memekku yang telah basah kuyup. Setiap tusukan membuatku menjerit penuh ekstasi, tubuhku terasa melayang di angkasa."Ahh Ryan, iya.. terus.. terus hujam aku," racauku tak karuan, tak mampu lagi berpikir jernih.Cairan cinta Ryan pun akhirnya menyembur deras, membasahi seluruh permukaan memekku yang telah memerah. Sensasi hangat dan lengket itu membuatku semakin tenggelam dalam jurang kenikmatan tiada tara.Aku bahkan tak peduli lagi dengan nasib suamiku di rumah. Yang kuinginkan hanyalah terus menikmati godaan syahwat ini, membiarkan diriku hanyut dalam gejolak nafsu birahinya yang tak terbendung.
Selama satu jam ke depan, ke 10 murid bejat itu terus menggenjot memek dan pantatku yang penuh syahwat. Tubuhku seakan tak mengenal lelah, terus menerus menggelinjang dalam kenikmatan duniawi yang mereka berikan.Entah sudah berapa kali aku menjerit dan menggelinjang, saat kontol-kontol besar nan perkasa itu menghujam seluruh lubangku tanpa ampun. Entah sudah berapa liter air mani yang ditelan oleh mulut maupun memekku yang tak henti-hentinya berdenyut penuh gairah.Berkali-kali wajahku ditampar dengan kurang ajar, leherku dicekik hingga nafasku tersenggal, sementara toket-toket besarku dengan sadis dijepit dan dipelintir oleh tangan-tangan kurang ajar itu.Namun, bukannya merasa jijik atau jera, aku malah semakin tenggelam dalam gejolak nafsu yang membuncah. Tubuhku seakan berkhianat, hanya meminta untuk terus dipenuhi kontol-kontol perkasa itu tanpa henti."Ahh.. lebih..lebih keras lagi..," erangku penuh kemesuman, tak peduli lagi dengan rasa sakit yang menyiksa. Yang kuinginkan hanyalah terus menikmati kenikmatan surgawi yang diberikan oleh murid-murid bejatku ini.
Akhirnya latihan itu pun berakhir, meninggalkanku terbaring tak berdaya di pinggir lapangan. Seluruh auratku terpampang tanpa dosa, dipenuhi dengan sisa-sisa semprotan peju yang bercampur dengan keringat yang membanjiri tubuhku.Lelehan cairan cinta itu bahkan masih menetes dari sudut bibirku, juga dari lubang memek dan pantatku yang merekah. Mataku menatap kosong ke langit-langit, sementara nafasku terengah lemah, diselingi desahan penuh kepuasaan.Sementara itu, ke-10 pemain bejat itu melanjutkan latihan mereka, tak peduli dengan kondisiku yang sudah tak berdaya. Ahh... semoga saja tim kami bisa memenangkan turnamen nanti, berkat "pelatihan" ekstra yang telah kuberikan pada mereka.Tubuhku masih terasa nyeri di sana-sini, namun rasa puas dan bangga memenuhi seluruh diriku. Aku telah berhasil menjalankan tugasku sebagai "pelatih" dengan sangat baik. Kini tinggal menunggu hasil akhirnya saja.
ns 15.158.61.8da2