Hari ini adalah hari pertamaku sebagai guru di SMA Nusantara. Jantungku berdebar kencang saat memandangi cermin, melihat bayangan diriku yang mengenakan seragam ketat yang sangat berbeda dari seragam sekolah biasa. Aku tak pernah terbiasa mengenakan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhku secara gamblang.Sebagai lulusan baru, aku masih merasa agak canggung dan gugup. Namun, aku tak ingin menunjukkan kelemahan itu di hadapan murid-muridku nanti. Aku harus terlihat profesional dan tegas. Walaupun rumor mengenai kenakalan siswa dan pelecehan guru wanita telah mencapai telingaku, aku tetap bertekad untuk menjalankan tugasku dengan baik.Menarik nafas dalam-dalam, aku pun berjalan menuju pintu. "Oke, Angel. Kau bisa melakukannya. Ini adalah kesempatanmu untuk membuktikan diri," gumamku menyemangati diri sendiri. Dengan langkah tegap, aku pun melangkah menuju sekolah baruku, siap menghadapi tantangan yang ada.
Saat bel berbunyi, aku pun berjalan memasuki kelas dengan perasaan berdebar. Murid-murid yang tadinya ramai perlahan menjadi tenang dan memperhatikanku. Dengan senyum menyapa, aku memperkenalkan diri."Selamat pagi semuanya. Nama saya Angel, dan mulai hari ini saya akan menjadi guru biologi kalian. Saya baru saja lulus dari sekolah guru, jadi ini pengalaman pertama saya mengajar. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik selama satu tahun ke depan."Suasana kelas terasa canggung, tapi aku tetap berusaha tenang dan profesional. Aku mulai menjelaskan materi pelajaran dengan antusias, berusaha menarik perhatian murid-murid. Perlahan-lahan, kecanggungan di awal tadi mulai mencair. Murid-murid tampak tertarik dan aktif bertanya.Saat bel istirahat berbunyi, aku menghembuskan nafas lega. "Fyuh, ternyata tidak seburuk yang kubayangkan," gumamku. Setidaknya hari pertama berjalan lancar. Kini saatnya beristirahat sejenak sebelum kembali ke kelas.
Saat bel tanda pelajaran usai berbunyi, seorang murid laki-laki menghampiriku. "Maaf, Ibu Angel. Saya belum sempat mencatat materi yang tadi Ibu jelaskan. Bolehkah saya meminjam flashdisk Ibu untuk menyalinnya?"Aku terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Oh tentu saja, silakan." Dengan hati-hati, aku merogoh tas dan mengeluarkan flashdiskku. "Tolong kembalikan setelah selesai, ya."Murid itu mengangguk sopan. "Baik, Ibu. Terima kasih banyak." Ia pun bergegas keluar kelas, membawa flashdiskku.Aku memperhatikan punggungnya yang menjauh, tanpa menyadari bahwa murid-murid lain mulai menatapku dengan pandangan yang aneh. Sepertinya rumor tentang kenakalan siswa di sini memang ada benarnya. Tapi aku tak akan menyerah begitu saja. Aku bertekad untuk menjadi guru yang baik bagi mereka semua.
Saat tiba di rumah, aku segera melepas seragam dan menghempaskan diri di atas tempat tidur. Ah, akhirnya hari pertama mengajar selesai juga. Walaupun awalnya sedikit gugup, ternyata anak-anak di sana tidak seburuk yang aku bayangkan.Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Flashdisk! Aku segera mengambil tas dan mengeluarkan benda kecil itu. Jantungku berdebar kencang saat menyadari bahwa ada beberapa foto dan video pribadiku tersimpan di sana.Dengan tangan gemetar, aku memasukkan flashdisk ke dalam laptop dan mulai menelusuri isinya. Betapa terkejutnya aku saat menemukan koleksi foto dan video cosplayku yang sangat seksi. Beberapa di antaranya hampir tidak menutupi bagian-bagian sensitifku.Wajahku memanas. Aku tidak menyangka akan membawa benda-benda seperti itu ke sekolah. Apa jadinya jika murid-muridku atau bahkan kepala sekolah menemukannya? Astaga, aku bisa dalam masalah besar!
Keesokan harinya, saat tiba di sekolah, jantungku berdebar kencang melihat amplop yang tergeletak di atas mejaku. Dengan tangan gemetar, aku membukanya dan membaca isi suratnya."Aku memiliki foto dan video pribadimu, Ibu Angel. Jika kau tidak menemuiku di belakang sekolah sepulang nanti, aku akan memastikan semua orang melihatnya. Pilihanmu."Perutku serasa diaduk-aduk. Bagaimana bisa ini terjadi? Aku yakin sudah menyembunyikan berkas-berkas itu dengan baik. Tapi sekarang, seseorang entah siapa tengah mengancamku, mengancam akan menyebarkan rahasiaku yang paling dalam. Aku tak bisa membiarkan itu terjadi, tapi bayangan bertemu dengan orang ini sendirian membuatku ketakutan.Menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, aku memasukkan surat itu ke dalam tasku. Aku harus menghadapi ini langsung, tidak peduli seberapa takutnya aku. Masa depanku, reputasiku, semuanya terancam. Aku hanya berharap bisa menemukan keberanian untuk menghadapi si pengirim ancaman ini dan mengakhiri mimpi buruk ini.
Saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, jantungku berdebar kencang. Aku tahu aku harus segera menemui si pengirim ancaman itu di belakang sekolah, tapi kekhawatiran memenuhi pikiranku.Dengan langkah gontai, aku berjalan menuju area belakang sekolah. Aku melihat seorang siswa laki-laki berdiri bersandar di dinding, tersenyum penuh arti saat melihatku datang."Akhirnya kau datang juga, Ibu Angel," ujarnya dengan nada menyindir. "Aku sudah menunggumu."Aku menelan ludah dengan susah payah. "Apa yang kau inginkan dariku? Kembalikan flashdisk itu, kumohon."Ia tertawa kecil. "Oh, tentu saja aku akan mengembalikannya. Tapi dengan satu syarat..." Ia melangkah mendekat, matanya menatapku dengan pandangan lapar. "Kau harus memberiku imbalan yang setimpal."
Dengan suara bergetar, aku bertanya, "Apa yang kau inginkan? Uang?"Si murid itu menyeringai lebar. "Bukan uang yang aku inginkan, Ibu Angel. Kau pasti tahu apa yang aku mau."Matanya menelusuri tubuhku dengan tatapan lapar, membuat bulu kudukku merinding. Aku tahu persis apa yang ada di pikirannya - dia ingin sesuatu yang lebih 'pribadi' dariku. Jantungku berdebar kencang, takut membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya."Kau.. kau tidak bisa melakukan ini," ujarku dengan suara bergetar. "Aku adalah gurumu, dan kau adalah muridku. Ini salah!"Tapi si murid itu hanya tertawa, semakin mendekat ke arahku. "Itu masalahmu, Ibu. Kau yang membawa benda-benda cabul itu ke sekolah. Sekarang giliranmu untuk membayarnya."
Dengan panik, aku berusaha berpikir jernih. Aku tidak punya pilihan selain mengalah. "Baiklah, tapi hanya sekali ini saja," ujarku dengan berat hati. "Setelah itu, kembalikan flashdiskku dan jangan pernah mengancamku lagi."Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Ini sangat salah, tapi aku tidak bisa membiarkan rahasiaku tersebar. Dengan was-was, aku mengikuti langkah murid itu menuju tempat yang lebih tersembunyi, berharap semua ini cepat berakhir.
Dengan panik, Angel mengikuti gerakan murid itu. Jantungnya berdebar kencang, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya."Ayo, Ibu Angel. Kita selesaikan urusan ini di sini," ujar si murid dengan nada mengancam. Ia menarik Angel masuk ke dalam gudang tua yang tampak tak terurus.Di dalam, ruangan itu gelap dan berdebu. Angel merasa terperangkap, tak ada jalan keluar. Ia mencoba meronta, tapi cengkeraman murid itu di lengannya terlalu kuat."Lepaskan aku! Apa yang kau inginkan dariku?" seru Angel dengan suara bergetar.Si murid itu menyeringai lebar. "Kau tahu betul apa yang aku mau, Ibu Angel. Sekarang waktunya kau membayar untuk kesalahanmu."
Perasaan jijik dan takut mencengkeram diri Angel saat tangan murid itu mulai menjelajahi tubuhnya. Tubuhnya gemetar ketika bibir murid itu menelusuri lehernya yang jenjang, membuat Angel merasa jijik sekaligus ngeri."Hentikan... Kumohon, jangan lakukan ini," pinta Angel dengan suara bergetar, berusaha mendorong tubuh murid itu menjauh. Namun cengkeraman di pinggangnya semakin erat, membuat Angel terkurung tanpa bisa berbuat apa-apa.Murid itu tak mengindahkan permohonan Angel. Ia semakin berani menjelajahi lekuk tubuh Angel, menghirup aroma tubuhnya dengan rakus. "Kau tidak bisa mengelak lagi, Ibu Angel. Ini hukumanmu," bisiknya dengan nada rendah dan menggoda.
Saat bibir murid itu menyapu lembut milik Angel, jantung Angel serasa berhenti berdetak. Ia membeku di tempat, tak mampu menggerakkan tubuhnya. Sensasi asing itu membuat tubuhnya bergidik, antara jijik dan sedikit... aneh.Lidah murid itu menelusuri bentuk bibir Angel, menikmati kelembutan dan kehangatan yang ia rasakan. Tangannya yang kasar merambat pelan-pelan, menjelajahi setiap lekuk tubuh Angel, membuat Angel gemetar ketakutan sekaligus... terangsang?Angel mencoba mendorong tubuh murid itu menjauh, tapi cengkeraman di pinggangnya terlalu kuat. Ia terjebak, tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah menerima perlakuan si murid. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, sementara desahan kecil lolos dari bibirnya yang terkunci.
Bisikan murid itu di telinga Angel membuat tubuhnya merinding. Ia dapat merasakan napas panas si murid menerpa kulitnya, diiringi dengan kekehan mengejek."Lihat dirimu, Ibu Angel. Kau menikmatinya, ya? Ternyata kau memang guru cabul yang selama ini bersembunyi di balik topeng kesucianmu," sindir si murid dengan nada merendahkan.Tanpa peringatan, tangan kasar murid itu menyusup ke balik kemeja Angel, meremas payudaranya dengan kasar. Angel tersentak, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia ingin berteriak, tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Tubuhnya bergetar hebat, antara jijik, takut, dan... gairah yang tak bisa dipungkiri."Tidak... lepaskan aku..." lirih Angel, berusaha menahan desahan yang ingin lolos dari bibirnya. Namun murid itu hanya tertawa keras, semakin gencar menjamah tubuh Angel yang pasrah.
Angel merintih pelan saat rambutnya dijambak dengan kasar. Ia dipaksa berlutut, wajahnya kini berhadapan dengan selangkangan murid itu. Matanya membelalak ngeri saat melihat penis sang murid yang sudah menegang, berkedut penuh gairah.Hati Angel bergejolak, antara rasa takut, jijik, dan sedikit... penasaran. Ia tak mampu mengalihkan pandangannya dari benda asing itu, seakan terhipnotis oleh ukurannya yang besar dan bentuknya yang menggiurkan."Cepat, Ibu Angel. Layani aku," perintah si murid dengan nafsu membara. Ia semakin kuat menjambak rambut Angel, memaksa wanita itu untuk mendekatkan wajahnya ke arah penisnya.Angel terisak pelan. Ia tak ingin melakukan ini, tapi ancaman si murid terus membayanginya. Dengan tangan gemetar, ia perlahan-lahan membuka mulutnya, siap menerima kejantanan murid itu ke dalam rongga hangat miliknya.
Dengan perasaan jijik dan jijik, Angel membuka mulutnya perlahan. Ia dapat merasakan penis yang besar dan tegang itu menyentuh bibirnya, memaksanya untuk menerimanya ke dalam rongga hangat itu.Aroma maskulin yang menguar dari kejantanan si murid membuat Angel sedikit pusing. Ia dapat merasakan cairan pre-cum menelusuri bibirnya, meninggalkan rasa asin yang membuatnya mual. Tapi entah kenapa, secara naluriah, lidahnya mulai menjilat batang keras itu, membuat si murid mengerang kenikmatan.Di dalam pikirannya, Angel terus-menerus menyumpahi dirinya, berusaha menahan gairah yang perlahan-lahan mulai membangkit. Tubuhnya bergetar hebat, antara jijik dan hasrat yang saling berkecamuk. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa ia mulai menikmati perbuatan keji ini?
Jambakan di rambutnya memaksa Angel untuk semakin memanjakan penis si murid dengan mulut hangatnya. Ia tersedak dan terbatuk-batuk, liur bercampur cairan pre-cum mengalir di sudut bibirnya."Ah, ya... terus, Ibu Angel. Kau begitu ahli dalam hal ini," erang si murid penuh kenikmatan. Ia semakin kuat mencengkeram rambut Angel, memaksa wanita itu untuk bergerak semakin cepat.Angel hanya bisa menurut, tubuhnya gemetar hebat. Ia tak berdaya, terpaksa melayani nafsu bejat muridnya. Setiap kali penisnya menyentuh langit-langit mulutnya, Angel mengerang tertahan, tak kuasa menahan gairah yang perlahan membuncah dalam dirinya.Tatapan matanya memohon, berharap semua ini segera berakhir. Tubuhnya terasa kotor, harga dirinya tercabik-cabik. Tapi entah kenapa, Ada sebagian dirinya yang... menikmati ini semua.
Terarah oleh jambakan kuat di rambutnya, Angel tak bisa menghindar saat dipaksa menatap wajah muridnya. Di sana, ia melihat seringai meremehkan terpampang jelas, seolah mengejek kemampuan Angel yang kini tunduk di bawah kuasanya."Lihat, Ibu Angel. Kau memang guru biologi yang handal, bukan? Pantas saja kau dipuji begitu ahli," cibir si murid dengan nada merendahkan. Ujung penisnya bergerak-gerak di dalam rongga hangat mulut Angel, membuat wanita itu tersedak dan terbatuk-batuk.Angel mencoba menahan rasa jijik dan muaknya saat merasakan tekstur keras dan berdenyut itu memenuhi mulutnya. Ia bisa merasakan pembuluh darah yang menonjol, menghantarkan sensasi aneh ke seluruh tubuhnya. Rasa asin dan lengket dari cairan pre-cum terus membasahi lidah dan langit-langitnya, membuatnya ingin sekali memuntahkan semua yang ada di dalam mulutnya.Namun di sisi lain, Ada getaran aneh yang menjalar di tubuhnya, membangkitkan gairah yang tak seharusnya Ada. Tanpa sadar, Angel mulai menggerakkan kepalanya, mengikuti ritme yang diinginkan si murid, seakan tubuhnya berkhianat pada pikirannya.
Setiap kali penis si murid mendorong masuk ke dalam mulut Angel, cairan liur Angel yang bercampur dengan pre-cum menetes membasahi dagu dan lehernya. Ia tersedak dan terbatuk, namun tetap berusaha melayani kejantanan itu sebaik-baiknya.Dari sudut pandang si murid, pemandangan di hadapannya sangat menggairahkan. Wajah Angel yang semula elegan dan anggun kini terlihat berantakan, dengan air mata di sudut matanya dan liur yang mengalir membentuk lelehan di sepanjang leher jenjangnya. Bibir tipisnya terbuka lebar, dengan penis besar yang keluar masuk memenuhi rongga hangat itu.Setiap kali Angel mengekspresikan rasa tidak nyamannya, si murid semakin terangsang. Ia merasa berkuasa, mengendalikan gurunya yang selalu ia pandang tinggi. Ia menyeringai lebar, menikmati bagaimana Angel terpaksa memanjakan nafsunya, menjadi budak nafsu bejatnya."Itu dia, Ibu Angel... Kulum terus, kurang ajar," desisnya pelan, seraya menarik-narik rambut Angel, memaksa wanita itu untuk semakin cepat bergerak. Angel hanya bisa pasrah, tersedak dan terbatuk-batuk, sementara liur dan cairan pre-cum terus membasahi wajah dan lehernya.
Desahan nikmat si murid semakin membahana, menandakan bahwa puncak kenikmatannya sudah dekat. Angel dapat merasakan kejantanan itu berdenyut-denyut di dalam mulutnya, pertanda cairan peju sebentar lagi akan menyembur."Ah, ya... Terus, Ibu Angel. Kulum kontolku dengan baik," erang si murid sambil menjambak rambut Angel semakin kuat. Pinggulnya bergerak semakin cepat, memaksa penis besarnya untuk semakin dalam menghujam mulut Angel yang tak berdaya.Tak lama kemudian, cairan kental dan hangat menyembur memenuhi rongga mulut Angel. Ia tersedak dan berusaha mengeluarkannya, tapi si murid semakin kuat mencengkeram kepalanya, memaksanya untuk menelan semua peju yang keluar.Angel merasakan rasa asin dan getir dari cairan itu, membuatnya ingin muntah. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah menelan semua isi mulutnya. Tatapannya memohon, meminta dilepaskan dari siksaan ini, tapi si murid hanya menyeringai penuh kemenangan.
Tubuh Angel lemas tak berdaya, terbaring di lantai dengan perasaan campur aduk. Ia tak menyangka harus melalui pengalaman memalukan ini - menjadi budak nafsu bejat seorang murid yang selama ini ia hormati.Cairan kental dan hangat yang baru saja ia telan masih terasa di tenggorokannya, membuat rasa mual tak kunjung hilang. Ia membayangkan bagaimana mungkin dirinya, seorang wanita yang tak pernah pacaran, harus merasakan rasa pahit dan asin dari sperma muridnya sendiri.Sementara itu, si murid hanya tertawa puas seraya meninggalkan Angel sendirian. Ia merasa telah memenangkan permainan, berhasil menjatuhkan harga diri gurunya yang selama ini selalu ia pandang tinggi. Suara tawanya menggema, seakan menertawakan kekalahan Angel yang tak berdaya.Angel meringkuk di lantai, menangis dalam diam. Ia merasa kotor, hina, tercabik-cabik harga dirinya. Namun di tengah semua itu, Ada secercah perasaan aneh yang mulai muncul - rasa penasaran dan bahkan... sedikit kenikmatan yang tak bisa ia pungkiri.
ns 15.158.61.8da2