MASIH 5 TAHUN YANG LALU
3842Please respect copyright.PENANA4E0CoYTiA3
Setelah kejadian di malam itu, hubungan terlarang antara Pak Baroto dan Yanti makin menjadi. Situasi dipermudah karena Bu Diajeng mulai ikut disibukkan mengurus bisnis keluarga yang sebelumnya hanya dikelola oleh Pak Baroto. Ini adalah salah satu trik pria tersebut agar istrinya sering meninggalkan rumah sehingga dia bisa memiliki banyak waktu berduaan bersama Yanti.
Yanti yang awalnya bisa menolakpun lama kelamaan mulai ikut larut dalam permainan tabu ini. Apalagi Pak Baroto juga sering memberikan sejumlah uang tambahan ketika selesai menuntaskan hasratnya. Yanti yang seorang janda dan haus belaian seperti mendayung dua tiga pulau sekaligus, kepuasan batin serta kepuasan materi dari Pak Baroto.
Seperti yang terjadi malam ini ketika rumah dalam keadaan sepi karena Bu Diajeng beserta ketiga putra dan putrinya sedang pergi ke Surabaya untuk menghadiri resepsi pernikahan salah seorang saudara. Dengan alasan pekerjaan, Pak Baroto memilih untuk pergi keesokan harinya. Alhasil, kesempatan seperti ini tak disia-siakan oleh pria kaya raya tersebut, birahinya menagih untuk dipuaskan oleh Yanti.
"Pak, kok kita di sini sih? Saya ndak enak sama Ibu." Ujar Yanti ketika berada di dalam kamar pribadi Pak Baroto.
"Nggak apa-apa, lagian Ibu kan nggak ada di sini. Bosen maen di kamarmu Yant, sempit, mana panas lagi." Kata Pak Baroto.
"Ta-Tapi Saya..."
"Udah jangan bawel, ini minum dulu."
"Apa ini Pak?" Yanti tampak bingung setelah menerima sebutir pil berwarna putih dari Pak Baroto.
"Itu obat biar maennya makin hot, udah minum aja. Aman kok, Aku juga minum nih."
Seolah meyakinkan Yanti, Pak Baroto lebih dulu meminum pil berukuran kecil tersebut. Tak lama kemudian Yanti dengan terpaksa mengikuti majikannya tersebut. Senyum kemenangan penuh intimidatif tergambar pada wajah Pak Baroto. Menyaksikan Yanti begitu tunduk menuruti setiap kemauannya.
Pria berbadan tegap itu kemudian membawa ke atas tempat tidurnya, tempat dimana biasanya bersama sang istri memadu kasih. Namun kali ini, ranjang tersebut dia gunakan untuk meniduri wanita lain.
"Kamu cantik banget Yant..." Puji Pak Baroto sambil menggenggam tangan Yanti, kemudian menggandeng, dan merebahkannya ke atas ranjang.
Pria bertubuh gagah itu memandang takjub tubuh Yanti yang hanya mengenakan daster tipis sebatas lutut. Paha mulus janda sintal itu terpancar temaram lampu kamar, kuning langsat, mulus tanpa cacat. Nafas Yanti yang memburu membuat buah dadanya yang berukuran besar naik turun seiOm Hendra tarikan nafas, makin membuat birahi Pak Baroto tak terkendali.
Sang majikan nampak tak sabar untuk segera melucuti seluruh pakaian yang dikenakan Yanti. Dengan terburu nafsu, Pak Baroto meloloskan daster itu, lalu menyusul kemudian melucuti BH dan celana dalam hingga tubuh sintal Yanti telanjang bulat.
"Sempurna..." Desis Pak Baroto yang mulai melepas pakaiannya sendiri.
Pengaruh obat yang diberikan oleh Pak Baroto rupanya mulai bereaksi pada tubuh Yanti. Wanita cantik itu nampak semakin gelisah, geksturnya tak tenang, rasa hangat kemudian berubah menjadi panas mendadak menjalari tubuhnya. Entah obat macam apa yang diberikan oleh Pak Baroto tadi, tapi yang pasti tiap tindakan cabul sang majikan lambat laun membuat Yanti mulai ikut bernafsu.
Pak Baroto sesaat turun dari ranjang untuk mengambil dua buah borgol BDSM dan seutas kain hitam penutup mata yang biasa dia gunakan saat bercinta dengan Bu Diajeng. Rupanya pria itu ingin melakukannya juga bersama Yanti.
"Apa itu Pak...?" Tanya Yanti saat menyaksikan sang majikan kembali ke atas ranjang sambil membawa benda asing yang baru dilihatnya.
"Jangan takut, ini cuma alat agar ngewe kita makin hot. Mau kan Yant?"
Tak punya opsi lain selain menuruti perintah sang majikan, Yanti hanya mengangguk pasrah sembari menggigit bibir bawahnya sendiri. Yanti mulai membayangkan tindakan cabul brutal yang akan dilakukan Pak Baroto pada tubuhnya.
Pak Baroto mulai memborgol kedua tangan Yanti, memasangnya pada sisi ranjang yang terbuat dari besi. Setelah semua terpasang, barulah ia mengeluarkan penutup mata berwarna merah untuk menghalangi pandangan Yanti.
"Kamu siap melayaniku?"
"Siap,Pak."
"Bagus!"
Pak Baroto mulai beraksi. Tangan kekarnya mulai menyentuh bagian tubuh Yanti mulai dari bibir, leher, bahu, ketiak, payudara, sampai gundukan jembut di area kewanitaan.
"Aku tidak mau dibohongi dengan permainan cinta palsu, Yanti. Aku tidak suka orgasme palsu darimu lagi." Kata Pak Batoto, suaranya yang berat makin membuat bulu kuduk Yanti merinding.
"Kamu sekarang adalah budakku. Apapun yang Aku mau, Kamu harus menurutinya. Kapanpun, dimanapun, Kamu harus siap memuaskanku..."
Yanti mendengar ucapan Pak Baroto dan merasa mulai terangsang. Efek pil tadi mulai hebat bereaksi. Perlahan titik-titik sensitive di tubuhnya menjadi sedemikian responsif. Yanti menjadi begitu peka terhadap rangsangan sekecil apa pun. Bahkan lebih dari itu, puting payudaranya juga menjadi begitu keras bersamaan dengan tegaknya bulu kuduk halus di tangan, tengkuk dan paha.
Yanti menggeliat erotis. Tangannya mencengkram borgol kuat-kuat. Kakinya digoyang-goyangkan, berusaha meredakan semua getaran impuls rangsangan yang datang. Pak Baroto mulai mencium bibir Yanti. Penuh gairah. Penuh syahwat. Yanti pun tak tinggal diam, pagutan bibir sang majikan disambutnya pula dengan tak kalah binal. Lidah mereka saling bertaut, bibir saling mengecap, bertukar liur.
Gairah Yanti menjadi semakin tak terkendali akibat permainan lidah Pak Baroto. Saking bergairahnya lidah Yanti kini menari-nari mengundang lidah Pak Baroto untuk bergulat. Ajakan ini langsung disambut oleh Pak Baroto, membuat lidah mereka berdua seketika bertaut begitu mesra. Semua jilatan, belitan dan hisapan lidah dilakukan Yanti dengan penuh gairah. Sangat bergairah.
"Kamu hebat, Yanti..." Puji Pak Baroto.
"Aaaah..." Yanti menjawab pujian Pak Baroto sambil mendesah.
Pak Baroto tersenyum lebar melihat Yanti makin terangsang akibat pengaruh pil yang diberikannya. Tak mau hanya menjelajahi bibir Yanti saja, Pak Baroto mulai beralih pada lekuk tubuh Yanti yang sintal dan mulus. Ciumannya bergerak menuju leher, lidahnya bergerak simultan menjilatinya.
"Ahhhhhh, Bapak...." Desah Yanti saat lehernya dikerjai Pak Baroto.
"Aaaaahhhh....Aaahhhh....Aaahhhhh.." Desah Yanti terdengar makin kencang.
"Hegggggh!" Pak Baroto juga menggumam. Jelas dirasakan batang penisnya sendiri mulai keras sempurna.
Bagaimana pun semua gairah kewanitaan yang di pancarkan Yanti, lengkap dengan aroma tubuh wangi dan pesona tubuh sintal nan semok, membuat kemaluan Pak Baroto bangkit. Apalagi pengaruh obat perangsang yang diminumnya juga mulai bereaksi. Ciuman Pak Baroto mulai menjelajahi pundak Yanti, merasakan getaran-getaran hebat denyut kehidupan yang mengalir di sana. Merasa belum puas di bahu, Pak Baroto bergerak menyamping menyusuri lengan, menciumi seluruh bagian lengan Yanti dengan kekaguman teOm Hendrat sangat.
Yanti yang masih dalam keadaan tak berdaya hanya bisa terus menikmati berbagi sensasi kenikmatan dari Pak Baroto. Matinya indera penglihatan karena terhalang oleh penutup mata membuat berbagai rangsangan semakin tak tertahankan lagi.
Sekarang Pak Baroto tengah menciumi lengan si cantik dengan penuh kekaguman dan penghayatan. Kedua hal ini timbul bukan hanya disebabkan wangi lengan Yanti yang terhirup, namun juga berkat pemandangan lembah ketiak milik si janda cantik. Bagaimana bisa pemandangan indah lembah ketiak seorang wanita bisa begitu mengundang birahi?
Berkali-kali Pak Baroto melihat pemandangan indah ketiak milik Yanti dengan penuh kekaguman sampai pada suatu titik, pemandangan indah lembah ketiak Yanti benar-benar membuat ia tak tahan lagi. Dipenuhi nafsu membara, Pak Baroto bergerak cepat mendekati ketiak Yanti, kemudian ia mengangkat sedikit lengan itu agar terbuka lebar dan mulai menghirup aromanya.
Tanpa rasa jijik Pak Baroto mulai menciumi ketiak tersebut, aroma wangi semerbak menandakan keseriusan Yanti dalam merawat tubuh. Apabila diibaratkan, aroma ketiak yang terhirup memancarkan aroma feminin nan begitu memikat dan menggairahkan. Aroma ketiak Yanti membuat Pak Baroto menjadi kalap, kemudian tanpa mau menunggu lebih lama lagi, mulai dihirup lalu diciumi setiap titik lembah ketiak yang menggoda itu, dihisapnya dalam–dalam.
"Acchh Pak!! Jangan disitu!! Geliii! Aaaccchhh...." Yanti menjerit merasakan ciuman dan hisapan bertubi-tubi di ketiak.
"Aaaaahhhhhhhhhhhh...Ooooohhhh..."
Tubuh Yanti mengejang hebat sementara dengan rakusnya Pak Baroto terus menjilati ketiak wanita sintal tersebut.
"Aaachhh! Sudah Pak!! Ampun!! Aaachh!!" Pekik Yanti tak tahan mendapat serangan bertubi-tubi seperti itu.
Pak Baroto berpindah meninggalkan ketiak sexy milik Yanti menuju puting payudara yang telah mengeras. Sedari tadi kedua puting Yanti seperti menantang Pak Baroto, kedua puting itu mengacung, ereksi dan meledek untuk dijamah. Pria itu langsung melahap kedua puting Yanti secara bergantian dengan buas.
"Bapak.. Aaauuuuhh...Bapak...Ahhh!!!"
Yanti meledak secara histeris akibat sedotan bergantian di puting payudaranya. Pandangan yang tertutup membuat Yanti hanya bisa menerka giliran puting sebelah mana yang akan dikulum oleh sang majikan. Sensasi penasaran bercampur dengan panasnya birahi.
"Achhhh! Pak! Aampun! Aaachhhh..." Raung Yanti tak kuasa menahan serangan bertubi-tubi dari lidah serta bibir Pak Baroto.
Tubuh Yanti menegang. Naik turun tak beraturan. Kepalanya menggeleng-geleng tak karuan, sebentar mendongak sambil mendesah, sebentar kemudian terbanting-banting ke kiri dan kanan, menunjukkan ketidakmampuan mengendalikan gelombang klimaks yang menghajar tubuhnya. Vaginanya sudah basah bukan main, namun Pak Baroto belum sekalipun menyentuhnya.
"Keluarin aja Yant, jangan ditahan..." Goda Pak Baroto seolah telah memenangkan pertarungan.
Ledakan itu merambat datang, tubuh Yanti sudah lelah melenting berkali-kali, hingga akhirnya wanita bertubuh sintal itu melenguh panjang ketika dorongan kuat di dalam rahimnya memaksa untuk keluar. Orgasme meskipun belum disetubuhi oleh Pak Baroto.
"Aaaach! Pak!! Yanti keluar....Aaarhht!!"
Saking nikmatnya, Yanti baru bisa menarik nafas lega beberapa menit kemudian atau setelah seluruh rangkaian badai kenikmatan dahsyat itu surut. Tepat disaat itulah, Yanti dapat merasakan kepercayaannya kepada sang pejantan tua tumbuh menjadi sebuah kepercayaan positif. Matanya memang masih belum bisa melihat karena masih tertutup rapat. Namun dia bisa merasakan, Pak Baroto sangat menyayanginya dilihat dari cara Pak Baroto tadi menghisap payudaranya secara total sampai titik kenikmatan terakhir.
Tanpa terasa akibat merasa disayang, keyakinan total mulai hadir di dalam diri Yanti kepada Pak Baroto. Sebuah keyakinan yang membuat dia hanya diam saja saat sang pejantan ternyata tidak memberikan waktu istirahat sama sekali. Alih-alih memberikan waktu istirahat, sang pejantan sudah bergerak menyerang lubang pusarnya.
"Hahhhhhh..... Aaaaahhhh.... Bapak....." Desah Yanti tanpa berusaha melawan. Pak Baroto semakin bersemangat.
Tapi berbeda dari sebelumnya, majikan Yanti tersebut tidak berlama-lama bermain di sana. Pak Baroto cepat sekali berpindah ke kedua sisi pinggang kemudian turun lagi bergerak ke arah pangkal kewanitaan. Pria itu bisa menyaksikan kemaluan yang ditumbuhi bulu-bulu tipis, tak rimbun dan tercukur rapi, tanda jika Yanti begitu merawatnya.
Yanti merasakan kepala Pak Baroto mulai merangsek maju. Masih dalam kondisi kedua tangan terborgol dan kaki mengangkang lebar, Yanti berusaha menjadi lebih tenang ketika sapuan lidah Pak Baroto mulai menghampiri area kewanitaannya.
"Aaaucchhhh...Pakkkk...." Pak Baroto langsung membenamkan lidahnya, menyapu seluruh permukaan dinding liang senggama milik pembantunya itu.
"Oocchhhh!! Pak!! Aaachh!!!"
Yanti menggelinjang penuh nikmat saat lidah Pak Baroto mulai intens menjilati klitorisnya, bahkan sesekali dihisapnya daging kecil itu. Lenguhan manja Yanti kini berganti dengan desahan binal, karena semakin tak tahan akan tindakan mesum dari lidah majikannya. Birahi janda itu seperti tengah dibawa oleh Pak Baroto menuju ketinggian tanpa batas, Yanti tak kuasa untuk sekedar menahannya.
"Aaachhh! Pak! Ampun Pak!! Aaachh!!!"
Kedua tangan Yanti kali ini menjambak keras rambut Pak Baroto, menariknya agar segera menyudahi serviz lidah pada area senggama. Yanti sudah tak tahan dan ingin segera merasakan lesakan penis kekar milik sang majikan.
Tubuh telanjang Yanti seperti tersetrum saat lidah Pak Baroto yang basah dan begitu liar meliuk-liuk menjilati seluruh dinding vagina. Yanti makin tak kuasa menahan gelombang kenikmatan itu, tubuhnya menggelinjang liar akibat jilatan demi jilatan yang diberikan oleh Pak Baroto. Bahkan sampai membuat Pak Baroto harus memegangi dua batang paha milik Yanti.
"Paak!! Aaachh!! Ampun Paak...!" Lenguh Yanti ketika ujung lidah Pak Baroto tengah bermain-main pada klitoris. Yanti menjerit kecil setiap kali ujung lidah Pak Baroto menyentuh bagian paling sensitif itu.
Tubuh Yanti mulai sedikit basah oleh peluh, sekuat tenaga dia berusaha menahan gejolak birahi dalam dirinya makin kuat pula kenikmatan yang dia terima dari perlakuan Pak Baroto. Setelah bertahan cukup lama akhirnya janda cantik itu menyerah, tubuhnya menggelinjang dahsyat, tanpa sadar dia malah mengangkat selangkangannya, makin mendekatkan pada wajah Pak Baroto yang masih sibuk menjilati vagina. Yanti menggerakkan bagian bawah tubuhnya dengan sedikit menghentak, lalu detik berikutnya tubuhnya mengejang hebat.
"Aaaaacchh!! Paak!! Aku keluar lagi Pakk!!! Aaachh!!!!"
Yanti mengerang, suaranya bahkan nyaris parau saat badai orgasme keduanya menerpa begitu hebat membuat tubuhnya yang ramping bergejolak bak dihantam tsunami. Pak Baroto menyudahi aksi liar lidahnya, pria gagah itu mendekati wajah Yanti yang terkulai lemas tak berdaya, kedua matanya sayu. Pak Baroto tersenyum menatap wajah pembantunya itu.
"Udah Pak..Udah...Ampun..." Racau Yanti masih dalam pengaruh orgasme, nafasnya tersenggal bukan main.
Pak Baroto merangkak ke atas tubuh mulus Yanti, janda cantik itu memposisikan kakinya sedikit melebar hingga membentuk seperti huruf M. Keduanya sudah siap untuk melakukan persenggamaan, Pak Baroto perlahan menindih tubuh Yanti dari atas hingga dada kenyal milik pembantunya itu terasa sesak.
Pak Baroto mulai mengarahkan ujung kepala penisnya pada bibir vagina, menguaknya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya dengan satu gerakan menekan batang penis kekar itu menelusup masuk, memenuhi rongga kewanitaan Yanti.
"Aaaaachhh!!!"
Pak Baroto mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, gerakan itu awalnya perlahan namun lama kelamaan menjadi semakin cepat. Yanti tak bisa berhenti melenguh saat ujung penis Pak Baroto merangsek masuk seperti menyentuh bagian paling dasar liang senggama. Gesekan demi gesekan yang timbul antar kulit kelamin keduanya menimbulkan sensasi nikmat pada tubuh Yanti.
Menit demi menit berlalu, Pak Baroto terus menggenjot tubuh Yanti dari atas tapi belum ada tanda-tanda jika pria gagah itu segera menyelesaikan permainan. Rupanya khasiat pil perangsang yang diminumnya tadi benar-benar bekerja, stamina serta vitalitasnya sebagai seorang pria bertambah berkali lipat.
Sementara Yanti hanya terkulai pasrah menikmati tiap sodokan penis Pak Baroto pada liang vaginanya. janda cantik itu sudah hanyut dalam keliaran birahi yang diciptakan oleh majikannya sendiri. Saat keduanya bertatapan, seulas senyum mengembang tulus. Pak Baroto mengecup bibir tipis Yanti sambil terus menggerakkan pinggulnya. Yanti menyambut ciuman itu dengan pagutan disertai desahan manja.
Selang beberapa menit berlalu, tubuh Yanti yang sudah basah oleh peluh kembali mengejang hebat. Kakinya yang jenjang menghentak, sementara kedua tangannya memeluk erat punggung Pak Baroto dari bawah. Lenguhan parau itu kembali terdengar dari bibirnya.
"Aaaachh!! Pak! Aku mau keluar lagi!! Aaaccchh!!!"
Janda cantik itu mengalami puncak orgasme, kedua tungkai Pakanya dirapatkan, tubuhnya yang mulus mengejang beberapa saat sungguh ini adalah badai orgasme terdahsyat yang pernah Yanti rasakan. Tapi Pak Baroto belum selesai, pria itu masih cukup perkasa untuk terus menuntaskan birahinya. Kali ini Pak Baroto mengajak Yanti untuk turun dari ranjang, dengan berpegangan pada sisi ranjang, Yanti membelakangi tubuh Pak Baroto yang berdiri di belakangnya.
Pak Baroto melebarkan kedua Paka pembantunya itu agar akses penisnya menuju liang vagina sedikit leluasa. Tapi sebelum itu, tanpa diduga, Pak Baroto menunduk kemudian menjilati lubang anal Yanti dengan beringas.
"Ooocchh!! Pak!! Jangan disitu!! Kotor!!" Yanti mejerit kecil saat merasakan ujung lidah Pak Baroto menari-nari pada permukaan lubang anus miliknya.
Selang beberapa saat, kembali Yanti merasakan ujung benda tumpul menyeruak masuk ke dalam vagina. janda cantik itu menggigit bibirnya sendiri ketika batang penis Pak Baroto bergerak masuk menyesaki lubang senggamanya inci demi inci. Sensasi nikmat itu kembali menjalar ke seluruh tubuh. Si pria gagah kembali menggerakkan pinggulnya, kali ini maju mundur, menghunuskan batang kejantanannya ke dalam vagina Yanti dengan kecepatan tinggi.
"Oocchh!! Pak! Aaach!!!"
Di tengah gempuran syahwat itu, Pak Baroto meraih rambut Yanti yang basah oleh keringat dari belakang. Sedikit menjambaknya sambil terus menggenjot tubuh janda cantik itu. Wajah Yanti mendongak ke atas dan kedua tungkai kakinya sedikit berjinjit karena dorongan tubuh Pak Baroto dari belakang, suara parau dari bibirnya kembali terdengar, memberi tanda jika gempuran Pak Baroto kali ini sungguh-sungguh membuatnya tak berdaya.
PLAK !
PLAK!
PLAK!
"Auww!!"
Yanti terpekik saat tiga tamparan ikut mendarat mulus pada permukaan pantatnya, dari belakang Pak Baroto menggeram, laksana serdadu yang lari dari kejaran musuh. Kali ini pria gagah itulah yang tengah diburu oleh nafsu birahinya pada Yanti. Setiap kali Pak Baroto menarik atau melesakkan batang penisnya di dalam liang vagina, Yanti selalu menjerit. Sesuatu yang membuat sisi liar dalam diri Pak Baroto semakin terbakar, menagih untuk segera dituntaskan.
"Aaachh!! Aaachh!! Enak banget Pak!!! Aaachh!!!"
Tubuh bugil Yanti terguncang maju mundur, bongkahan payudaranya bergoyangan cepat mengikuti iOm Hendra sodokan penis Pak Baroto dari belakang. Kepala Yanti masih terdongak ke atas, sementara bibirnya berkali-kali mendesis nikmat merasakan sensasi lesakan demi lesakan penis majikannya.
Berpuluh menit digarap oleh majikannya yang gagah, ditambah deraaan orgasme yang luar biasa dahsyat membuat Yanti begitu dimabukkan oleh persetubuhan terlarang ini. Matanya sayu menggoda, ceracauan terus mengalir mulus dari dalam bibir mungil miliknya. Lama kelamaan gerakan tubuhnya makin tak terkendali, beruntung Pak Baroto sigap dengan mencengkram pinggul Yanti dari belakang sambil terus menekan penis maju mundur.
"Oougghhttt!! Pak!!!"
Pak Baroto melepaskan batang penisnya sebelum kembali merebahkan tubuh Yanti yang terkulai lemas ke atas ranjang. Tanpa membuang waktu, pria gagah itu kembali menghujamkan batang penisnya ke dalam liang vagina dari atas.
"Ouucchh!!! Pak!! Kontolmu enak banget Pak!!! Aaachh!!!!" Ceracau Yanti sambil memeluk tubuh basah Pak Baroto.
"Memekmu juga enak sayang! Aaach!!" Balas Pak Baroto merasakan batang penisnya seperti sedang diremas-remas dinding vagina. Pak Baroto makin semangat memompa tubuh Yanti dengan kecepatan tinggi, tungkai kaki jenjang milik Yanti kini sudah terangkat dan melingkar mesra pada pinggang Pak Baroto.
"Ssssshh!!! Acchh!!!!! Aku udah nggak kuat Pak!! Aaach!!" Lenguhan manja kembali terdengar dari mulut Yanti, janda muda itu makin mempererat pelukannya pada tubuh Pak Baroto.
Tak lama tubuh Yanti kembali mengejang dan kelejotan, kedua kakinya makin erat menjepit pinggang Pak Baroto dari bawah. Tubuh seksinya yang sudah begitu basah oleh peluh itu terangkat tinggi ketika badai orgasme kembali menerpa tubuh.
"Arrgghtt!! Oooocchh!!!"
Yanti menjerit keras, melepaskan gejolak birahi yang sedari tadi dipermainkan oleh majikannya.
Tubuh Yanti menggelepar, janda cantik itu memeluk tubuh Pak Baroto begitu erat seolah enggan untuk melepaskan. Pada saat bersamaan Pak Baroto pun mulai merasakan desakan ejakulasi, erangan parau itu kini terdengar dari mulut si pria gagah. Bak banteng terluka dalam perlombaan matador, Pak Baroto menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam vagina Yanti.
"Arrgghhtttt!!! Aaaarrgghhtt!!!"
Pak Baroto melepaskan badai orgasmenya seiring tersemprotnya cairan kental hangat di dalam liang senggama . Pejantan itu pada akhirnya roboh juga di samping Yanti. Nafas keduanya masih memburu deru setelah melepas birahi tiada henti. Yanti tersenyum puas, janda cantik itu merebahkan kepalanya pada dada bidang Pak Baroto sambil mengelus lembut permukaannya.
"Bapak hebat..." Puji Yanti tulus, tidak ada jawaban selain helaan nafas dari Pak Baroto.
Yanti mulai merasakan sebuah keanehan ketika setelah sekian lama tubuh Pak Baroto sama sekali tak bergerak dan mulai terasa dingin. Yanti bangun dari posisi tidurnya, dia bisa melihat mata Pak Baroto tertutup rapat, tubuhnya yang kekar juga nampak terbujur kaku.
"Pak..? Bapak..?"
Yanti berusaha membangunkan majikannya dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya menggunakan tangan namun sama sekali tak ada reaksi.
"Pak?! Bangun Pak..?!" Yanti mulai panik.
Wanita cantik itu mulai bingung dan panik, bahkan terkesan histeris apalagi ketika menyadari denyut nadi Pak Baroto telah hilang, tak ada hembusan nafas sama sekali. Hingga pada akhirnya Yanti tak memiliki cara lain selain berteriak meminta tolong dan mengundang kehadiran Pak Kandar yang tak kalah terkejut melihat tubuh majikan prianya sudah tak bernyawa di dalam kamar bersama Yanti.
3842Please respect copyright.PENANAmXaBV8bHiw
BERSAMBUNG
3842Please respect copyright.PENANAvwH2i5pZuh
3842Please respect copyright.PENANANlnekTjYQN