
Sumber gambar : pinterest
Bu Alvi menarik napas panjang-panjang. Tangannya menjutai lemas di kanan dan kiri tubuh. Kaos hitamnya melorot perlahan, menutup kembali setengah payudaranya.
Aku mendudukkan diri, mengelap wajah dari cairan itu dan iseng, mencoba menjilatnya seperti di film-film porno. Rasanya asin dan janggal, tapi bikin nagih.
Bu Alvi menatapku dalam-dalam, tubuhnya tidak kaku lagi. "Nolan ...."
"Bu ...."
Kami berdua saling tatap.
Tiba-tiba dia tersenyum. "Gimana?"
"Memek Ibu ... enak ...." Aku kembali menjilat tanganku yang masih ada sisa cairan kenikmatannya tadi. "Gurih, asin."
Bu Alvi bangun, merangkak ke arahku. "Cukup pemanasannya," katanya.
Dalam hati, aku berseru senang.
Dia melingkarkan tangan ke leherku, menciumkan. Awalnya lembut, makin lama semakin kuat dan panas. Sosok Bu Alvi yang satu ini benar-benar tak terduga. Ternyata dia punya sisi nakal yang luar biasa.
Dia mendorong dadaku, membuatku terlentang. Celanaku dilepas dengan tidak sabar lalu dilempar entah ke mana. Kontol ngacengku jadi pusat perhatian Bu Alvi walau ia sedang sibuk melepas kaos dan bh juga celana dalam.
Kini di hadapanku adalah seorang wanita dewasa tanpa sehelai benang pun. Ia benar-benar telanjang, jauh lebih terbuka ketimbang malam itu ketika ia bermain dengan Pak Wan.
"Bu Alvi ...." Aku hanya mampu melihat sosoknya yang indah luar biasa.
Payudara besar menggantung manja, perut langsing khas ibu-ibu muda dengan sedikit lemak. Pinggul lebar, paha mulus seksi. Dilihat dari atas ke bawah, tubuh Bu Alvi melengkung indah. Dada besar dan perut langsing disusul pinggul lebar, luar biasa sekali.
"Nolan, saya ambil keperjakaanmu." Bu Alvi bergumam lirih seraya menatap mataku. "Kamu nggak akan nolak, kan?"
Sebuah pertanyaan yang tak perlu, menurutku. "Saya masih penasaran, Bu."
Bu Alvi tersenyum. "Nolan sayang, saya bakal bikin kamu terbang malam ini."
Bu Alvi naik ke tubuhku, kaki terpentang di kanan dan kiri. Sejenak kami saling tatap dalam diam. Bu Alvi memegang kontolku, mengarahkan ke memeknya. Perlahan, tubuh Bu Alvi bergerak turun.
"Uughh ...." Kami sama-sama mengeluh saat ujung kontolku menyentuh bibir memeknya.
Karena sudah pengalaman, Bu Nolan dengan mudah memasukkan kontolku ke memeknya. "Aaahhh!" desahnya. Ia memaksa tubuhnya terus bergerak turun.
Namun saat baru setengah masuk, ia berhenti.
"Bu, kenapa?"
Bu Alvi meringis lalu menggeleng. "Nggak apa-apa, Sayang. Cuma ... mmmhh ... bentar yah, saya belum terbiasa sama yang gede kayak punyamu. Mmhh ... punya suami ... ahhh ... gak segede ini ... aahh!"
Dalam desahan terakhir yang juga termasuk teriakan, Bu Alvi berhasil memasukkan kontolku ke memeknya sampai pangkal. Tubuhnya mengejang untuk beberapa saat lalu napasnya tak beraturan, dadanya bergerak naik turun.
Aku memejamkan mata, menikmati sensai asing yang penuh kenikmatan ini. Memek Bu Alvi ketat sekali. Aku tak tahu itu memang ketat atau karena aku belum pernah melakukannya sehingga tak ada pembanding. Yang jelas sensasi lengket sekaligus lembut di dalam memek Bu Alvi benar-benar menggugah gairah.
"Bu ...." Aku memegang pinggang Bu Alvi. "Bu Alvi ...."
"Iya sayang ...." Suaranya merdu dan lembut, apalagi dengan panggilang "sayang", membuatku makin bernafsu untuk segera melakukan adegan panas bak film porno.
Ia meraba perutku, menaikkan kaosku sampai atas. Kemudian kedua jarinya menggelitik putingku.
"Aaahhh ...." Aku merasa geli sekaligus nikmat.
"Saya mau gerak, siap, ya."
Tubuh itu bergerak perlahan. Maju, mundur, maju, mundur. Temponya masih pelan.
Walaupun pelan, justru itu yang membuat kenikmatannya bertambah. Aku dapat merasakan setiap sudut memek Bu Alvi lebih detail. Gurat-guratannya, pergerakan ototnya, gesekannya. Aku merasa kontolku sedang mendapat layanan pijat spesial.
"Aahh ... ahhh ... mmmmm." Bu Alvi terus bergerak seperti itu sambil mendesah lirih. Sepertinya dia ingin membiasakan diri dengan kontolku lebih dulu atau justru dia ingin aku terbiasa dengan memeknya
Saat kubuka mata, Bu Alvi sedang memandangku. Lagi-lagi kami saling tatap. Mataku setengah terpejam, demikian pula dengan mata Bu Alvi.
"Saya lagi sange banget, sayang ...," bisiknya.
"Saya juga, Bu ...." Aku meraba pinggangnya, tanganku mengelus lembut dari pinggang ke atas sampai tiba di sepasang payudara besarnya. "Bu Alvi ... Bu Alvi ...."
"Nolan Sayaaangg aaahhh ...."
Desahan manja terdengar saat aku mencubit sepasang puting coklatnya. Ia menggelinjang kenikmatan.
Perlahan kurasakan goyangan Bu Alvi makin cepat dan intens. Namun, masih bergerak maju mundur, dia masih menggesek-gesek, belum membuat kontolku keluar masuk. Tapi begitu saja sudah membuatku kenikmatan akibat jepitan memeknya.
"Oohh ... aahhhh ...!" Sepertinya Bu Alvi semakin menikmati ini, membustku semakin senang pula.
Aku sejak tadi tak bergerak dan hanya mengikuti permainannya. Aku benar-benar masih polos, aku hanya menonton video porno tapi belum pernah mempraktikkannya. Mungkin Bu Alvi sekarang sedang mengajariku. Terima kasih ilmunya, Bu Alvi!
Kami saling raba puting sampai Bu Alvi bergerak makin cepat. Kebetulan di sebelah kiriku ada lemari yang punya kaca besar. Aku memandang bayangan Bu Alvi dalam kaca itu.
"Ibu cantik banget ...," kataku saat memandang tubuh Bu Alvi dari samping melalui pantulan kaca.
Tubuh yang seksi itu kelihatan makin menggairahkan seiring gerakannya maju mundur. Seperti gelombang air, Bu Alvi bergerak dalam kelihaian seorang profesional.
Aku memandang matanya lekat-lekat. "Ibu suka goyangin Pak Wan, ya?"
"Kenapa ... ahhh ... ahh ... memangnya kenapa?"
"Ibu kayak bintang porno," ucapku tanpa sadar. "Kalau posisi kayak gini ... lincah banget ... seksi ...."
"Aaaahhhhh!!!"
Mungkin ucapanku membuat gairah Bu Alvi makin tak terkendali. Dia melepas tangan dari putingku dan menggulung rambut ke atas kepalanya. Ia mendongak, entah dengan mata terbuka atau tidak.
Tadi walau gerakannya makin cepat, tapi masih teratur dan beritme tetap. Tepat setelah ucapanku tadi, gerakan Bu Alvi makin liar tak karuan.
"Aaahhh ... Sayang ... Sayang ... Aahh lihat sayaaa!!"
Dia membusungkan dada, sengaja memamerkan tubuh depannya.
"Aahhh Buu!" Aku meremas dua payudara itu tanpa ragu lagi.
Kasur bergoyang hebat, mengeluarkan suara berkerenyit. Namun, suara Bu Alvi jelas lebih mendominasi. Untung bagian belakang rumah Bu Alvi ini dikelilingi tembok tinggi, dengan pintu dan jendela tertutup rapat, kurasa jeritannya tak menyebar sampe terlalu jauh.
"Huuh ... hahh ... aaahhhh ... aaawww!"
Dia memandangku lagi, kini Bu Alvi menurunkan tangan, menggerayangi pinggang dan perutnya. "Lihat saya ... lihat saya ... aaahhhhh ... ahhhh ... Sayang ...."
Aku terus melihatnya, aku terus terpaku pada tubuh indahnya. Bu Alvi kelihatan girang, ia tersenyum lebar.
Tiba-tiba, gerakannya berhenti. Bu Alvi menekan perutku dan mengangkat pinggul, sebelum aku bersiap, dia sudah membantingnya lagi.
Plokkk!!
Suara keras terdengar.
"Aaahhhhh!" Berbareng dengan itu, kami mendesah bersamaan.
Bu Alvi mengulanginya lagi, lagi, dan lagi. Makin lama makin cepat. Kini dia mulai serius.
Plokk ... Plokk ... Plokk ....
"Aahhh ... iihhhhh ... iihhh ... dalem banget sayaaangg ... aaaahhhh!"
"Bu Alvi!!" Aku menggertakkan gigi, menahan kenikmatan luar biasa ini.
Bu Alvi terus bergerak naik turun tanpa ampun. Peluh menetes membasahi tubuh kami. Semakin intens, semakin nikmat, semakin panas dan semakin bergairah.
Mata sayuku menatap wajah Bu Alvi yang ada di atasku. Melihatku membuka mata, dia tersenyum. "Mmhhh ... mmmhhh ... kamu nggak lagi mimpi Sayang, kamu lagi ngewe sama ibu kosmu sekarang ... Aahhh!"
Bukan itu masalahnya.
"Bu ... saya mau crot lagi ...."
"Oohhh ....!" Bu Alvi justru mempercepat gerakannya. "Aaahhh ... aaahhh ... saayaaang!"
"Bu Alvi, nggak tahan ... errgggg!"
"Tahan Sayang ... tahaaann ... aaahhh ... ahhhhh!" Bu Alvi bergoyang makin cepat.
Aku mencoba mengencangkan otot pinggul sebisanya, rasa ingin keluar tadi sedikit terobati. Namun, itu tak lama, beberapa menit berselang kembali terasa, aku menahan lebih keras sampai rasanya sakit.
"Bu Alvi ... Bu ... saya ... nggak kuat ...."
Dia takut kalau crot di dalam, akan berdampak buruk bagi Bu Alvi. Akan tetapi, wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda mau berhenti, dia terus bergoyang tanpa ampun.
Ketika aku sudah berada di ujung tanduk, Bu Alvi menjerit keras. "Aaaaaaahhhh!!" Ia mencabut kontol lantas mengarahkan memeknya ke wajahku sambil mencoloknya dengan dua jari. Ia mengocok memeknya keras sekali. "Aaahh ... kencing ... kencing ... ayo kenciiiinggg aaaahhhh!!!"
Dan tiba-tiba ....
"Aaaaahhhh ... aaaahhhh!!!"
Desahan Bu Alvi panjang dan keras, tubuhnya mengejang. Dari memeknya tadi, benar-benar menyembur air seperti kencing. Warnanya bening.
Bu Alvi mencapai orgasme yang katanya sangat nikmat bagi para wanita. Squirt!!
"Bu ... mmmhhh ...." Air saquirt Bu Alvi mengenai wajahku, tapi aku tak bisa mengelak. Alhasil aku miringkan kepala sembari menjilat air yang ada di sekitar bibir.
"Hah .. hah ... haaahh ...." Napas Bu Alvi tak karuan, dia menurunkan pantatnya perlahan.
Sebelum aku sempat bereaksi, sepertinya dia langsung ingat satu tugas yang belum selesai. Aku belum crot!
Lantas Bu Alvi membuka mulutnya lebar-lebar, menunduk dan memberikan blowjob nikmat untuk yang kedua kali.
"Oohhh ... Buuu ...."
Mataku nyaris terpejam, sensasi tadi kembali datang.
Bu Alvi juga menggelitik sepasang bolaku, menambah kenikmatan yang luar biasa.
"Croott ... aaahhh aku crot, Bu!!"
Badanku sedikit naik, kontolku menusuk lebih jauh, dan sperma pun keluar, menembak isi mulut Bu Alvi tanpa ampun.
"Mmmmffff ...." Bu Alvi hanya memejamkan mata dan menerima semuanya. Suara tegukan terdengar tiga sampai empat kali sebelum kepala Bu Alvi kembali bergerak untuk membersihkan kontolku.
Tubuhku lemas, aku merasakan tenagaku benar-benar habis terkuras.
Saat Bu Alvi menyelesaikan tugasnya di bawah sana, ia merangkak ke depan wajahku, menutupi cahaya lampu dengan tubuhnya. Senyum lembut terukir di wajahnya.
"Sekarang kita udah bener-bener saling kenal. Kita udah kenal luar dalam." Bu Alvi mengecup bibirku sesaat. "Hihi ... kamu lucu deh." Ia mencubit hidungku.
Bu Alvi menciumku sekali lagi, kini kita beradu lidah pula. Ciuman itu cukup lama hingga Bu Alvi menarik tubuhnya lalu berkata. "Selamat tidur, Nolan sayang."
____________
Gimana nih adegan sex pertamanya?🤣
Apakah hot? Atau kurang hot? Ataukah karena penulisannya terlalu detail maka jadi bertele-tele?
3 bab brooo🤣
Komen pendapat kalian ya bro heheh😂
ns 15.158.61.51da2