x
Farel Bintang POV768Please respect copyright.PENANAbKRq20ZSA8
768Please respect copyright.PENANAcTgnUpjXY2
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
768Please respect copyright.PENANA8Gt60VNnSp
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
768Please respect copyright.PENANAPuQIco52ov
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
768Please respect copyright.PENANAuy7010LHrN
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
768Please respect copyright.PENANAe0eDThz7IK
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
768Please respect copyright.PENANAqi6CwczpdQ
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
768Please respect copyright.PENANADSNqEQKALI
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
768Please respect copyright.PENANAgPVgUBb7hF
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
768Please respect copyright.PENANA5gCxGYvQdW
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
768Please respect copyright.PENANA7zNjasS99O
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
768Please respect copyright.PENANAAxmgWEpt7U
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
768Please respect copyright.PENANAPxchfiCwiB
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
768Please respect copyright.PENANASp8cGU9Bq0
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
768Please respect copyright.PENANA4J0oIZVA9b
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
768Please respect copyright.PENANABiDqJ9ywTX
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
768Please respect copyright.PENANAd0olnaMvJK
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
768Please respect copyright.PENANApjthVqoJeT
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
768Please respect copyright.PENANAjNaaXS3HFb
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
768Please respect copyright.PENANAvTKSf9ZWGD
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
768Please respect copyright.PENANAu3lW8IUtzv
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
768Please respect copyright.PENANA70PaKIV2Vz
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
768Please respect copyright.PENANA4Wu3nFxPNm
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
768Please respect copyright.PENANA6UVs6iKZOE
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
768Please respect copyright.PENANAfFjS6lpO8e
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
768Please respect copyright.PENANAIuqjAG2dfB
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
768Please respect copyright.PENANAKLAne0zC7q
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
768Please respect copyright.PENANA1B4NAtEkHm
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
768Please respect copyright.PENANAHChZQL9O8T
768Please respect copyright.PENANAv9lEsnbPpj
768Please respect copyright.PENANApYTLK7gHqH
768Please respect copyright.PENANAI7b70KZTdM
768Please respect copyright.PENANA4ZwU4N0RtC
768Please respect copyright.PENANAdDF1TkGASV
768Please respect copyright.PENANAbygLkNTBeP
768Please respect copyright.PENANADNZrtp285X
768Please respect copyright.PENANA0rgTtGH8H2
768Please respect copyright.PENANAppp9C373ZV
768Please respect copyright.PENANAv0NvBYi46U
768Please respect copyright.PENANAhJtTgsRFGy
768Please respect copyright.PENANApkMoMhtdC0
768Please respect copyright.PENANACwgOBYNXNl
768Please respect copyright.PENANAZObLscG6m0
768Please respect copyright.PENANA2PMkgP3GkH
768Please respect copyright.PENANAeOwESpiZ1v
768Please respect copyright.PENANAA49olel4y1
768Please respect copyright.PENANANVJBAYWgX8
768Please respect copyright.PENANAdc1GiO2PIl
768Please respect copyright.PENANAIcHMf9jbrO
768Please respect copyright.PENANA44QmgST6lg
768Please respect copyright.PENANATm3UI5qjX6
768Please respect copyright.PENANAJl4EZMRg0I
768Please respect copyright.PENANAXKKfoa80DD
768Please respect copyright.PENANASurrinr247
768Please respect copyright.PENANAV606dcTkPV
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
768Please respect copyright.PENANAYkHZ8fzqZ2
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
768Please respect copyright.PENANALWZEqhQP5F
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
768Please respect copyright.PENANAOHogtp6LVC
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
768Please respect copyright.PENANA5YaVqQIS3X
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
768Please respect copyright.PENANAsulLPAWqJU
"Kau, kan?" tanyaku.
768Please respect copyright.PENANAzdV238MLHT
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
768Please respect copyright.PENANAVAYQUnz7fg
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
768Please respect copyright.PENANAZe5EphUgQw
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
768Please respect copyright.PENANAOLhPP6dPFW
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
768Please respect copyright.PENANA2skENLO1bY
Ia benar-benar membenciku.
768Please respect copyright.PENANAMDkyQoF1iO
***
768Please respect copyright.PENANACzEecBxo4q
ns 15.158.61.6da2