x
Farel Bintang POV765Please respect copyright.PENANA29rqhciJgI
765Please respect copyright.PENANAbTn722j7KG
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
765Please respect copyright.PENANAbYQSwLtwYz
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
765Please respect copyright.PENANAO3CIdKUk0n
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
765Please respect copyright.PENANASYpZoNUOpz
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
765Please respect copyright.PENANAX5DwDKrIr6
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
765Please respect copyright.PENANAHCEaDBBSxm
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
765Please respect copyright.PENANAOM8vEkLngD
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
765Please respect copyright.PENANAPHO1xMDxpq
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
765Please respect copyright.PENANAcOIxcz5Xyf
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
765Please respect copyright.PENANAMYxowcWJy2
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
765Please respect copyright.PENANACdM4NQDqud
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
765Please respect copyright.PENANAqZk47WuF0c
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
765Please respect copyright.PENANAAOGxvq5pIL
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
765Please respect copyright.PENANASO3sPo0v2l
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
765Please respect copyright.PENANAVnVVQIL4QQ
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
765Please respect copyright.PENANAzTtSEKwhRx
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
765Please respect copyright.PENANAPv02Le4wgn
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
765Please respect copyright.PENANAEwUxb4G4cV
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
765Please respect copyright.PENANAazHhddfuOX
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
765Please respect copyright.PENANAHdGTYjEr0o
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
765Please respect copyright.PENANAQKucBweyvV
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
765Please respect copyright.PENANAXaX5aDPked
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
765Please respect copyright.PENANA3ovNwzLOb1
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
765Please respect copyright.PENANA0LwMEXfeDK
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
765Please respect copyright.PENANAy7SxF6U0tV
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
765Please respect copyright.PENANANRduVdKF8x
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
765Please respect copyright.PENANAZ7BZKuY7AT
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
765Please respect copyright.PENANAYQobwVUYpT
765Please respect copyright.PENANAyQD8HWRwXO
765Please respect copyright.PENANA3PYGSGuaS8
765Please respect copyright.PENANAv8j44id3XM
765Please respect copyright.PENANAkcZ84usH4l
765Please respect copyright.PENANAOeNBkQ34Lh
765Please respect copyright.PENANAd9H2szrwZf
765Please respect copyright.PENANAt5q3sXRHUT
765Please respect copyright.PENANAAnVZsM9YEF
765Please respect copyright.PENANAmX82fK7BTW
765Please respect copyright.PENANAXiXVnaiPvp
765Please respect copyright.PENANARGpIDWb1Yz
765Please respect copyright.PENANAyduJfefNQN
765Please respect copyright.PENANA9AHmGbcMD8
765Please respect copyright.PENANAxQUJmPUoZg
765Please respect copyright.PENANAThLHPCZbH3
765Please respect copyright.PENANApsAc2q9Htg
765Please respect copyright.PENANAc9r1sP03XE
765Please respect copyright.PENANAyPkNgsfd50
765Please respect copyright.PENANA3OtNJbi4Aq
765Please respect copyright.PENANAqnKS9DWhdK
765Please respect copyright.PENANAbeoghjGUUb
765Please respect copyright.PENANAQy7Xaa5Sal
765Please respect copyright.PENANAUVhW3ecuZn
765Please respect copyright.PENANAIwxoRgJfbM
765Please respect copyright.PENANA9kLwvzbsXB
765Please respect copyright.PENANA3Xv0zAsneJ
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
765Please respect copyright.PENANAWFPuRwNfWi
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
765Please respect copyright.PENANAb0shZMYir1
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
765Please respect copyright.PENANA5mAAXf38vu
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
765Please respect copyright.PENANAK9Xf4kVR4b
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
765Please respect copyright.PENANAZSoRb7yKX1
"Kau, kan?" tanyaku.
765Please respect copyright.PENANA1OV6N2cSLd
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
765Please respect copyright.PENANAkFAKzddEyp
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
765Please respect copyright.PENANAebuP1B2DkQ
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
765Please respect copyright.PENANA4D9qi4cRJa
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
765Please respect copyright.PENANASCN7Q9GJ7w
Ia benar-benar membenciku.
765Please respect copyright.PENANA2T8JpoKtB2
***
765Please respect copyright.PENANAV6Sof07xzs
ns 15.158.61.7da2