Sebulan berlalu tiba-tiba aku dan sani mulai berhubungan lagi berawal ketika dia mengirim pesan padaku entah dari mana dia mendapatkan nomerku. Saat ini hubungan kami mulai terjalin lagi meski bukan pacar tapi aku merasa dia mulai asik seperti dulu lagi. Kami balas mebalas pesan. Tiba-tiba dia menyatakan cintanya padaku. Aku merasa heran dibuatnya. Setelah ku pikir-pikir akhirnya aku menerimanya kembali tapi sperti sebelumnya hubungan kami hanya sementara setelah itu aku memutuskannya lagi karena aku tak bisa berhubungan jarak jauh. Fikiranku kemana-kemana aku salalu berfikir negative tentangnnya dan akhirnya ku putuskan saja dia agar aku tak merasa cemas dengannya. Dia pun menerima keputusanku. Setelah hal ini terjadi dia tak lagi menghubungiku dia menghilang seperti sebelumnya.
Tak lama kemudian tiba-tiba dia datang lagi padaku. Dia mengirim pesan dan melepon ku. Akupun menanggapinya. Aku hanya ingin terlihat biasa saja. Kemudian esoknya dia mengajak ku keluar. Dia bersama temannya menjemputku dan aku pun bersama temanku. Ini lah pertama kali aku diboncengnya. Aku diajak berenang padahal aku tak bisa berenang kemudian dia menyewakan ban untukku dan aku pun menggunakannya untuk ke tengah bersam temanku tiba-tiba temanku itu naik ke atas ban itu sehingga aku hampir tenggelam lalu sani menarikku dari dalam dan dia mengangkatku. Itu adalah moment pertama kami. Cukup lama kami berenang kemudian kami segera pulang. Diperjalanan pulang angin berhembus begitu kencang. Kami yang sedang basah kuyub merasa sangat kedinginan. Tapi karena aku yang diboncengnya dan anginnya berhembus dari arah timur sehingga aku tidak terlalu merasa kedinginan. Entah bagaimana dengannya. Kurasa dia juga merasa kedinginan.
“lif”
“ya? Knpa san?”
“aku kedinginan. Tolong kamu boncenga aku!”
“aku tak bisa naik sepeda san.”
“bisa…wong kata temenku kamu sudah bisa kok”
“kapan? Aku belum bisa. Aku ga bohong”
“udahlah bisa-bisa. Aku sangat kedinginan”
“ya sudah. Aku mintak dibonceng temanku saja biarkamu bersama temanmu”
“jangan. Masak sama-sama wanita inikan jalan raya nanti bahaya. Harus ada laki-lakinya” ujarnnya padaku.
“ya…kalaugitu aku sama temanmu dan kamu sama temanku. Gimana?” tanyaku
“tidak ah. Udahlah kamu bonceng saja aku”
“ga bisa aku”
Dia terus memaksa. Dari kata-katanya aku sudah bisa menebaknya. Dia hanya memberiku dua pilihan yaitu memboncengnya atau memeluknya. Dan dengan akalku akhirnya aku tak memilih keduanya. Dasaarrrr sani….
ns 15.158.61.44da2