Jam istirahat ,aku berdiri di depan mading kelasku bersama teman-temanku . tiba-tiba dari arah barat terdengar seseorang menyebut namaku . akupun menoleh ke arah suara itu . kudapati pria tampan itu duduk di bangku dekat pintu . aku yakin tadi yang menyebut namaku adalah dia . tapi saat ku menoleh dia hanya tersenyum dan diam membisu . akupun tak memperdulikannya . sejak inilah dia mulai usil padaku.
jam pelajaran dimulai, aku duduk di depan sebangku dengan safani. Aku melihat kearah pria tampan itu duduk. Ketika aku melihatnya baru kusadari bahwa bola matanya mengarah padaku. Akupun mulai heran dengan sikap pria itu kemudian aku bertanya pada salah satu temanku.
“hey…siapa pria itu? Apa kau mengenalnya?” tanyaku.
“dia itu sani kekasihnya fia”sahutnya padaku.
“orang manakah dia?”
“orang cabean”
“trus fia itu anak mana?” aku jadi penasaran.
“fia itu anak bondot, masak gak kenal iniloh anaknya(sambil memegang pundak fia)”
Lalu tiba-tiba fia bertanya padaku “kenapa?”
“tidak…tidak apa-apa. Kamu pacarnya sani ya?”
“hmmm…(sambil tersenyum)”
aku pun diam dan membalas senyumannya itu. Karena senyumnya itu sudah menandakan bahwa jawabannya adalah iya. Rasanya sedikit kecewa sih mengetahui hal itu tapi…ah masa bodoh begitu pikirku. Aku yang masih polos tak terlalu peduli dengan hal semacam itu. Yang ada dipikiranku hanyalah belajar dan ingin mendapat peringkat pertama itu saja. Tapi entah kenapa meskipun sani sudah bersama fia aku tetap memikirkannya mungkin karna dia selalu usil padaku aku jadi mulai tertarik padanya. Disela-sela jam pelajaran dia selalu menggodaku terkadang dia mengejekku dengan menyebut nama orangtuaku dan kemudian aku membalasnya. Itulah hari-hariku bersamanya. Aku merasa begitu dekat dengannya ketika jam pelajaran tapi ketika diluar jam itu kami terliat biasa saja. Entah aku tak mengerti semua ini. Aku harus ingat bahwa dia telah memiliki kekasih dan aku hanyalah sebatas teman baginya. Aku tak boleh berfikir lebih dari itu…meskipun tingkahnya itu sangat menghibur bagiku. Aku harus tetap biasa saja.
Hari demi hari ku lewati masa-masa itu. Masa dimana aku jatuh cinta kepada seseorang dan tak lama kemudian aku jadian. Kini aku sudah memiliki seorang kekasih seperti layaknya sani dengan fia. Tapi tak ku duga tiba-tiba aku mendengar kabar bahwa sani telah putus dengan fia. Aku pun menanggapinya dengan biasa saja. Sehari-hari aku dan sani tetap seperti biasanya yaitu becanda disela-sela jam pelajaran. Meski Dia mempunyai pacar atau aku yang mempunya pacar, hubungan kami tetap sama tak berbeda malah kita semakin dekat.
Beberapa bulan kemudian safani berpacaran dengan kekasihku. Entah apa yang ada dipkirnya. Akhirnya aku pun putus dan kembali sendiri. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa cinta pertama sekaligus pacar pertama tidak mudah terlupakan begitu saja. Tapi aku tak boleh terpengaruh dengan semua itu. Aku harus tetap belajar dan belajar. Karena semangatku bukan kekasihku itu melainkan sani yang setiap hari menghiburku dan membuatku semangat. Tak lama kemudian aku naik kelas 8 dan syukurlah aku mendapat peringkat pertama seperti apa yang aku inginkan selama ini.
Menginjak kelas 8 hubunganku dengan sani tak jauh berbeda dari sebelumnya. Dia tetap seperti biasanya yaitu mengisi hari-hariku. Kami saling tanggap menanggapi. Dan akupun masih dengan peringkatku sperti kelas 7 kemarin. Sani selalu menggangguku tapi aku sama sekali tak merasa terganggu justru aku menjadi lebih semangat. Pernah suatu ketika aku sedang merasa sedih sekali melihat safani begitu dekat dengan mantanku itu. Aku masuk kelas dan menuju ke bangku tempat dudukku. Aku merasa sani sedang memperhatikanku tapi aku tak peduli dengannya karena aku merasa ini bukan waktunya untuk becanda dengannya. Aku meletakkan kepalaku diatas meja cukup lama aku lakukan hal itu lalu aku menoleh kearah sani. Kulihat sani juga menatap wajahku dan ku temukan raut wajahnya yang penuh iba melihatku. Mungkin dia mengerti bahwa aku lagi bersedih.
Esoknya dia menatapku lagi,sepertinya dia ingin becanda denganku tapi dia ingin tau bagaimana suasana hatiku saat ini. Dia pikir aku masih sedih seperti kemarin kemudian akupun menggodanya dengan mengulurkan lidahku kearahnya seperti biasanya untuk memberi tanda bahwa aku tak sedih lagi dan sudah siap bertempur dengannya.
Bel istirahatpun berbunyi. Aku diajak salah satu temanku menemui seseorang yang mau mengantarnya beli sesuatu. Di pinggir jalan temanku itu meminta tolong kesana kemari dan tak ada seorangpun yang mau, tiba-tiba sani lewat dengan naik jupeternya. Temanku itupun memanggilnya dan meminta tolong.
“san…bisa antarkan aku beli?”
“iya bisa…tapi harus dua orang yangku bonceng”
“iya (sambil memanggilku)”
Lalu temanku itu membagi duduknya dan aku diberi duduk belakang tapi apa yang terjadi sani berkata “enggak…aku gak mau kalau kamu yang tengah. Kamu yang belakang saja!” perintahnya kepada temanku itu. Temanku pun mundur dan member tempat padaku.tapi aku menolaknya. Aku tak ingin ikut dengan mereka lalu temanku mengajak orang lain tapi sani menolaknya mungkin dia ingin aku yang diboncengnya. Itu pikirku.
Bulan puasa pun datang. Sekolahku mengadakan pondok ramadlan. Sejak pagi temannya sani member tauku bahwa sani ingin bertemu denganku dilantai dua. Akupun menjawab iya, aku mengerti bahwa pasti dia akan berkata sesuatu padaku. Hingga malam pun tiba aku sudah mau pulang tiba-tiba dari lantai dua terdengar sani memanggilku berulang kali. Aku pun melihatnya kemudian aku berpura-pura sedang tergesa-gesa. Akupun meninggalkannya.
Esoknya dia memperlihatkan wajah kecewanya padaku. Aku hanya bisa tertawa dalam hati dan berpura-pura tak mengerti maksudnya.
ns 15.158.61.20da2